Baca Juga Resensi Film Argo (Bag I)
adegan film Argo (blogspot) |
Resensi Film Argo - Tony Mendez, tokoh utama film Argo, salah seorang
anggota CIA, sedang menelefon anaknya. Tony, sebagai ayah yang jarang pulang ke
rumah, menelefon santai. Sambil mengemil. Sementara anaknya dengan riang
bercerita kepada ayahnya. Keadaan ayah-anak itu seperti sebuah mitos dalam
cerita-cerita klasik, mereka yang peduli kepada orang lain akan mengabaikan
keberadaan keluarganya. Bak cerita
populis, Superman tidak pernah ditampilkan sebagai sosok lelaki yang
berada di tengah keharmonian keluarga. Tidak pernah tokoh-tokoh pahlawan
animasi Jepang tampil dengan keluarga yang harmonis, tidak 24 jam utuh bersama
serta tiada bercengkrama bersama anak dan kekasihnya.
Begitu
pula Tony, menelefon dengan kehangatan kepada anak satu-satunya, lelaki. Ketika
menelefon, Tony bertanya, “Sedang menonton apa?” Lantas anaknya menjawab,
“Menonton film idola.” “Di saluran apa?” tanya sang ayah. “Di saluran lima,”
jawab Tony. Kira-kira begitu percapakan ayah-anak itu.
Tony
mencari saluran tersebut. Bermaksud ikut merasakan tontonan anaknya. Lantas
Tony menyaksikan cerita yang ditonton anaknya. Imajinasinya berjalan, didukung
teknik penyerotan wajah tokoh (Tony). Di sanalah ide penyelamatan keenam orang
Amerika yang terjebak di kedutaan Amerika.
“Film
fiksi dengan wajah bertopeng,” kata Tony kepada rekan-rekan kantornya. Tony
menggagas pembuatan film fiksi sebagai media penyelamatan keenam orang Amerika
tersebut. Ide itu disetujui atasan, meski tidak mudah. Fase per fase mencapai
kompleksitas film terus diupayakan. Tony menemui pelaku-pelaku perfilman
Hollywood. Demi menutupi siasat pembuatan film fiksi tipuan.
Fase
itu cukup panjang. Setelah fase itu selesai, maka selanjutnya ialah realisasi.
Aksi Tony sebagai produser film fiksi Argo dimulai.
Ekseskusi
ide itu cukup sederhana. Namun, seperti umumnya film-film Hollywood, ketegangan
muncul ketika timing seperti itu.
Penonton mendapat feel atas adegan
tersebut. Tokoh protagonis selalu dihadapkan di depan hidung tokoh antagonis.
Tony berada di tengah demonstran rakyat Iran.
Tony
menemui keenam orang Amerika di kedutaan Kanada. Mereka memulai aksi,
menjalankan peran masing-masing sebagai tokoh fiksi tipuan demi memperdaya
militer kepemimpinan Khomeini.
Demi
menciptakan ketegangan yang berlebih, gerombolan tokoh protagonis itu selalu
dihadapkan pada hidup-hidup tokoh yang berperan antagonis. Tony dan keenam
orang tersebut melewati barisan demonstran. Pun melewati keramaian pasar yang
dijaga oleh militer. Tony dan keenamnya pun kembali ke kedutaan karena
mengalami kendala. Keesokan harinya, mereka mencoba lagi. Mencapai bandara
udara. Di bandara mereka pun tidak mulus, harus melewati fase ketegangan dengan
kelompok militer yang berjaga di bandara udara.
Dan,
bimsalabim abrakadabra. Semuanya
berjalan mulus. Seperti film Hollywood pada umumnya (dominan), akhir film
selalu happy ending. Tony dan keenam
orang tersebut mampu melewati segala rintangan. Ide pembuatan film fiksi tipuan
sukses. Keenam orang tersebut kembali ke Amerika.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.