ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, September 17, 2013

Resensi Film Argo: Penyelamatan (Bag II)




adegan film Argo (blogspot)
Resensi Film Argo - Tony Mendez, tokoh utama film Argo, salah seorang anggota CIA, sedang menelefon anaknya. Tony, sebagai ayah yang jarang pulang ke rumah, menelefon santai. Sambil mengemil. Sementara anaknya dengan riang bercerita kepada ayahnya. Keadaan ayah-anak itu seperti sebuah mitos dalam cerita-cerita klasik, mereka yang peduli kepada orang lain akan mengabaikan keberadaan keluarganya. Bak cerita  populis, Superman tidak pernah ditampilkan sebagai sosok lelaki yang berada di tengah keharmonian keluarga. Tidak pernah tokoh-tokoh pahlawan animasi Jepang tampil dengan keluarga yang harmonis, tidak 24 jam utuh bersama serta tiada bercengkrama bersama anak dan kekasihnya.

Begitu pula Tony, menelefon dengan kehangatan kepada anak satu-satunya, lelaki. Ketika menelefon, Tony bertanya, “Sedang menonton apa?” Lantas anaknya menjawab, “Menonton film idola.” “Di saluran apa?” tanya sang ayah. “Di saluran lima,” jawab Tony. Kira-kira begitu percapakan ayah-anak itu.

Tony mencari saluran tersebut. Bermaksud ikut merasakan tontonan anaknya. Lantas Tony menyaksikan cerita yang ditonton anaknya. Imajinasinya berjalan, didukung teknik penyerotan wajah tokoh (Tony). Di sanalah ide penyelamatan keenam orang Amerika yang terjebak di kedutaan Amerika.

“Film fiksi dengan wajah bertopeng,” kata Tony kepada rekan-rekan kantornya. Tony menggagas pembuatan film fiksi sebagai media penyelamatan keenam orang Amerika tersebut. Ide itu disetujui atasan, meski tidak mudah. Fase per fase mencapai kompleksitas film terus diupayakan. Tony menemui pelaku-pelaku perfilman Hollywood. Demi menutupi siasat pembuatan film fiksi tipuan.

Fase itu cukup panjang. Setelah fase itu selesai, maka selanjutnya ialah realisasi. Aksi Tony sebagai produser film fiksi Argo dimulai.

Ekseskusi ide itu cukup sederhana. Namun, seperti umumnya film-film Hollywood, ketegangan muncul ketika timing seperti itu. Penonton mendapat feel atas adegan tersebut. Tokoh protagonis selalu dihadapkan di depan hidung tokoh antagonis. Tony berada di tengah demonstran rakyat Iran.

Tony menemui keenam orang Amerika di kedutaan Kanada. Mereka memulai aksi, menjalankan peran masing-masing sebagai tokoh fiksi tipuan demi memperdaya militer kepemimpinan Khomeini.

Demi menciptakan ketegangan yang berlebih, gerombolan tokoh protagonis itu selalu dihadapkan pada hidup-hidup tokoh yang berperan antagonis. Tony dan keenam orang tersebut melewati barisan demonstran. Pun melewati keramaian pasar yang dijaga oleh militer. Tony dan keenamnya pun kembali ke kedutaan karena mengalami kendala. Keesokan harinya, mereka mencoba lagi. Mencapai bandara udara. Di bandara mereka pun tidak mulus, harus melewati fase ketegangan dengan kelompok militer yang berjaga di bandara udara.


Dan, bimsalabim abrakadabra. Semuanya berjalan mulus. Seperti film Hollywood pada umumnya (dominan), akhir film selalu happy ending. Tony dan keenam orang tersebut mampu melewati segala rintangan. Ide pembuatan film fiksi tipuan sukses. Keenam orang tersebut kembali ke Amerika.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes