ARTIKEL PINTASAN

Saturday, September 7, 2013

Perjuangan Anak: Menengok Film Iran “Father” (Pedar) bag I




Sampul film Father
Film Iran Fahter (Pedar) - Seorang laki-laki remaja membeli pakaian. Bukan cuma satu, melainkan lebih dari itu. Ia membeli dari satu toko, kemudian ke toko lainnya. Selanjutnya, ia membeli pernak-pernik tubuh perempuan.

Sekembali berbalnja itu, ia kembali ke toko. Bukan toko miliknya dirinya pribadi, tetapi ia hanya sebagai pekerja. Di kamar pribadi toko, ia mengemas barang-barang belanjaannya. Bos, si pemilik toko, datang. Masuk ke kamar tersebut. Segepok uang dilempar ke arah remaja itu. “Ini uang hasil jerih payahmu. Sisanya nanti aku bayar,” kira-kira begitu kata si bos tersebut dengan bahasa Iran –disadur dari terjemahan Saleh Bagir.

Lelaki remaja itu pulang. Ke desanya, tempat ibu dan adik-adiknya tinggal. Cukup jauh jaraknya, harus naik bus beberapa kali. Setibanya di desa, tepatnya saat turun dari bus, ia langsung berjalan. Menuju rumahnya. Di tengah jalan, ia menemukan sungai kecil. Ia membasuh mukanya. Ketika membasuh, sebuah foto terhanyut. Foto dirinya bersama sang ayah. Ia mengejar foto itu. Namun, hasilnya nihil. Di saat itu pula ia melihat sahabat lamanya sedang mengambil rumput untuk pakanan domba.

Ia menghampiri sahabatnya itu. Dari belakang. Bermaksud ingin memberi kejutan. Mengendap-endap dari balik ilalang. Da, hap. Remaja itu menutup mata sahabatnya dari belakang. “Siapa ini?” kata sahabatnya. Lantas ditebaklah siapa sesungguhnya yang menutupi matanya dari belakang.

“Mehrollah! Kamukah ini. Sudah lama kamu tidak pulang. Ibumu sudah menikah lagi, dengan polisi itu,” kata sahabatnya itu. Merollah pergi, meninggalkan sahabatnya dengan  menunjukkan kekesalan atas apa yang baru saja didengar.

Mehrollah menuju ke rumahnya. Rumah itu telah kosong, menunjukkan telah lama ditinggal pemiliknya. “Ibu dan adik-adikmu sudah pindah. Dibawa oleh polisi itu,” kata sahabatnya.

Semakin benci dirinya kepada seseorang yang menikahi ibunya, ketika sahabatnya yang bernama Latief itu menceritakan sekelumit peristiwa tentang ibu dan adik-adiknya.

Mehrollah adalah remaja. Manusia ekspresif. Masih tergerak atas dasar emosional semata. ia sangat menyayangi ibu dan adik-adiknya. Rasa sayang itu membentuk dirinya sebagai manusia pekerja keras. Mencari uang demi ibu dan adik-adiknya. Itu ia lakukan setelah ayahnya meninggal akibat kecelakaan kala ayahnya mengajari dirinya berkendara sepeda motor.


Mehrollah bekerja mencari uang demi kebutuhan ibu dan tiga orang adiknya. Ia menganggap dirinya rela menghabiskan waktu untuk bekerja. Ia menganggap dirinya rela menjauhkan jarak demi bekerja. Ia menganggap dirinya rela tidak pulang ke rumah demi itu semua. Dari itulah, ia sedang menjadi manusia aktif. Bagi Mehrollah, hal itu merupakan pembuktian cinta. Namun, baginya, kabar pernikahan ibunya dengan seorang polisi (ayah tiri) adalah penghiatan kerja keras yang ia lakukan.


Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes