ARTIKEL PINTASAN

Thursday, May 29, 2014

Alibi dan Cinta


 
cover film Suspect X (foto: blogspot)
Review Film Suspect X: Alibi dan Cinta - Seorang ibu dan anaknya membunuh seorang pria. Pembunuhan bermula dari ancaman yang dilakukan oleh si korban kepada kedua perempuan itu. Akibat perlawanannya, ibu dan anak itu akhirnya mengikatkan tali ke leher si korban hingga si korban tidak bernafas.
Cerita pembunuhan berkembang karena pembunuhan tersebut diketahui oleh tetangga. Si tetangga, ahli matematika yang mengajar di sebuah universitas, awalnya hanya mendengar kegaduhan di kamar tetangganya. Suara itu menarik perhatiannya, hingga ia menanyakan langsung.
“Siapa?” tanya Hanaoka ketika mendengar ketukan pintu, begitu fase awal film Suspect X ini. “Saya Ishigami, tetangga sebelah,” jawab sang tetangga. Selanjutnya Ishigami bertanya perihal kondisi di dalam kamar, apakah semua baik-baik saja atau ada kegaduhan yang benar-benar membutuhkan pertolongan.
“Hanya kecoa,” kata Hanaoka. Namun, dengan keyakinannya, karena melihat wajah Hanaoka berantakan, Ishigami mengintai dan memastikan, “Itu bukan kecoa,” kata Ishigami.
Guna membantu Hanaoka, menghilangkan jejak pembunuhan, Ishigami membangun alibi. Alibi dibangun secara cermat dan rapi.
Dengan kemampuannya berpikir matematis, Ishigami mampu mengelabui investigator dari kepolisian. Setiap kali polisi melakukan penyelidikan perihal kematian korban dan setiap kali polisi menanyai Hanaoka polisi mengarahkan konklusi sesuai harapan Ishigami.
Ibarat pepatah “sebaik-baiknya menyimpan bangkai akhirnya akan tercium juga”. Alibi mulai tercium setelah ahli fisikawan, Masaharu Fukuyama, teman lama Ishigami, mulai terbawa arus penyelidikan kasus pembunuhan tersebut.
Fukuyama melihat tanda-tanda keanehan di dalam diri Ishigami. Mulai dari pernyataan Ishigami, “Aku iri melihat dirimu yang tampak awet muda”, “Naik gunung terakhir kalinya”, “Pengemis berada di luar lingkungan sosial umumnya meski berada di tengah-tengah”, dan pernyataan lainnya.
Fukuyama dan Ishigami menjadi dua orang yang berteman yang saling adu strategi. Ishigami berusaha menguatkan alibinya dengan kecerdasan membangun logika yang diterapkan di dalam ilmu matematikanya. Di sisi lain Fukuyama berusaha merusak dan mengetahui strategi itu dengan kecerdasan sinergisitas di dalam ilmu fisika. “Mana lebih sulit, menemukan masalah yang tak terpecahkan atau memecahkan masalah hingga menemukan jawaban?” kata Fukuyama kepada Ishigami, bermaksud ingin mengadu kecerdikannya.

Di akhir film berdurasi 2 jam ini semua persoalan diakhiri dan dijawab dengan mudah secara eksplisit. Ishigami akhirnya dipenjara. Hanaoka menyesali perbuatannya. Sementara Fukuyama menjadi pemenang dalam adu kecerdikan tersebut, setelah menceritakan analisisnya kepada Ishigami perihal alibi yang dibangunnya tersebut. “Siapa yang mengira dirinya mampu mencintai seseorang sedalam itu,” kata Fukuyama kepada salah seorang polisi, mengenang motif di balik usaha pembangunan alibi Ishigami. 

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes