ARTIKEL PINTASAN

Thursday, May 29, 2014

Musik dan Politik


 
ilustrasi (foto: blogspot)
Musik dan PolitikMasyarakat dominan saat ini akan menggoyangkan salah  satu bagian tubuhnya kala alunan musik mengetuk genderang telinganya. Tak kenal usia, musik seakan menjadi sarana kejiwaan. Menghilangkan kepenatan, memenatkan kehilangan, mengadakan kesepian, dan menyepikan yang ada. Seperti perenungan Nietszche, musik selalu ada selama jiwa-jiwa menghidupi dunia ini.
Musik dan jiwa sudah dipahami lebih jauh di kalangan bala tentara Jepang kala menduduki Tanah Air. “Keroncong kan ada yang tempo cepat dan ada yang tempo lambat. Jepang dulu melarang keroncong bertempo cepat karena bagi Jepang musik keroncong bertempo cepat bisa mengancam kekuasaan mereka,” kata seorang teman lama saya, Davy, alumni UNY, kala membicarakan perihal musik, Rabu (28/05).
Dia menjelaskan, musik keroncong yang kala itu digemari masyarakat Jawa sengaja direpresif tentara Jepang. “Yang bertempo cepatnya bisa membangun jiwa-jiwa pemberontakan pribumi waktu itu,” kata dia menjelaskan, dan saya teringat perihal politisasi seni bahasa oleh Belanda.
“Di Birmingham, Inggris, gamelan itu dipake buat penyucian jiwa para tahanan. Di sana ada proyek, di penjara, penenangan jiwa pake gamelan. Karena bunyi gamelan dianggap unik juga,” kata penulis cerbung di laman Jogjareview itu.
“Loh, bagaimana para tahanan itu bisa mengerti cara mengetuk gamelan? Gimana irama dan nadanya? Apa eksperimental?” tanya saya, ingin mendalami pernyataannya. “Iya, sifatnya eksperimental. Dengan eksperimental, para tahanan diberi kebebasan. Mereka jadi merasa diberi kepercayaan. Jiwa mereka akan terbangun sekaligus merasa tersucikan kembali,” kata dia menjelaskan.
Setelah keluar dari penjara tentu saja jiwa para tahanan berubah. Dari jiwa kejahatan menjadi lebih tenteram. Apa pun itu wujud kejahatan para tahanan tersebut.
Jauh sebelum perbincangan dengan alumni UNY itu, seorang sahabat saya menyatakan bahwa dirinya telah meninggalkan musik-musik aliran cadas (underground). “Bro, gua sekarang senang dengar lagu-lagunya Fatin (jebolan program RCTI). Enak toh...” tulis dia melalui pesan singkat. Kala itu saya merangkai setali dua tali, “Bukankan Fatin itu produknya perusahaan pimpinan politisi yang ingin nyapres?”

Rabu (28/05) siang, saya mendengar berita, bahwa Jaja Miharja akan membuatkan musik khusus untuk Prabowo. “Loh, kan ini masa kampanye? Kenapa baru sekarang?”

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes