adegan film Unstoppable (foto: blogspot) |
Dari Bintaro ke Film Unstoppable - Belum lama ini
pikiran kita masih digentayangi peristiwa hebat, kecelakaan kereta api (KA) dengan
tangki bensin di Bintaro. Dengan ekspose bertubi-tubi yang dilakukan media
massa, tentu kontruksi di kepala begitu kuat. Apalagi, peristiwa ledakan siang
bolong itu bak film hollywood.
Dari cerita yang
berkembang, masinis kereta Commuter Line itu, sesaat sebelum peristiwa
tabrakan, telah mengetahui keretanya akan menabrak tangki. Sang masinis sempat
keluar ruangan masinis, berteriak kepada penumpang. Yang ia teriaki adalah
perihal keberadaan tangki di jalur perlintasan. Setelah berteriak, ia kembali
ke ruangan masinis. Lagi-lagi cerita ini mengingatkan kita pada film hollywood,
yang sering menunjukkan tokoh heroik.
Dari sekian
banyak film hollywood, pengingat peristiwa itu, Unstoppable menyerupai dalam hal keheroikan masinis dan peristiwa
perkeretaapian. Film berlatar kisah nyata ini, di Pennsylvania, mengisahkan
perjuangan dua masinis dalam penyelematan kereta barang tanpa awak.
Penceritaan
dimulai dari keteledoran seorang masinis, Dewey, kereta barang. Walanya dia
hendak menyesuaikan pengesetan rel kereta. Di sisi lain, pengatur rel, dari
dalam ruang stasiun, bergerak tanpa pengendalian petugas. Kereta terus melaju,
kecepatan bertambah. Dia panik melihat kereta melaju tanpa kendali. Dan kereta,
dengan latar musik pemacu adrenalin penonton, semakin kencang. Dewey
tertinggal, lantas kereta melaju tanpa awak.
Beberapa pekerja
dari perusahaan kereta api barang itu mengetahui tindakan teledor Dewey beserta
kereta. Sang kepala bagian perusahaan menginstruksikan beberapa anak buahnya
untuk mengatasi masalah, naik ke ruang masinis untuk mengendalikan kereta.
Suasana semakin
mencekam. Setelah dicari berbagai informasi mengenai perlintasan kereta,
ternyata perlintasan kereta barang itu melaju di atas perlintasan kereta
lainnya yang sedang membawa rombongan anak-anak, dengan berlawanan arah. Kereta
barang berpotensi menabrak kereta rombongan tersebut, bak laga kambing (istilah
untuk menyebut kecelakaan adu kepala).
Di perlintasan
lainnya, terdapat kereta tanpa badan, dikendalikan oleh dua orang awak, Frank
Barnes dan Will Coston. Frank, seorang ahli mesin kereta, mendapat informasi
kereta tanpa awak tersebut.
Dengan bersusah
payah, kedua orang ini mampu mengatasi kereta tak berawak. Adegan per adegan
dibumbui ketegangan, antara latar suara ketegangan dan visualisasi kecepatan.
Ya, seperti diutarakan di atas, kedua orang itulah yang menjadi hero. Mereka
mampu mengatasi masalah dan ancaman peristiwa besar. Berbeda dengan masinis
Commuter Line di Bintara itu, hangus terbakar akibat ledakan tangki bensin.
Namun, masinis di Pennsylania dan nama masinis di Jakarta itu sama-sama
mendapat penghargaan.
Masinis di bawah
otoritas perusahaan kereta api itu mendapat kenaikan pangkat, sementara masinis
di Amerika Serikat itu mendapat penghargaan materil. Yang satu menikmati
penghargaan tersebut, yang satu lagi keluargalah yang menikmati penghargaan
tersebut.
Tokoh
Denzel
Washington sebagai Frank Barnes
Chris Pine
sebagai Will Coston
Connie Hooper
Oscar Galvin’s
Ryan Scott
Dewey
gak ada link download filmnya kah?
ReplyDeletewaduh, coba cari aja di goole. banyak kok. salam...
ReplyDeletekeren filmnya ane gak pernah nih sama nih film satu ini.
ReplyDelete