ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, January 8, 2014

Media Sosial yang Mendukung Etika (Bag I)




ilustrasi (foto: blogspot)
Kebutuhan Media Sosial
Sejak dicanangkan internet di Indonesia pada belasan tahun silam, para pengguna internet terus melonjak. Pengguna rela menghabiskan waktunya di dunia maya, seakan menemukan kenikmatan hidup di dalam dunia maya. Penetrasi dari tahun ke tahun kian meningkat, seperti pernyataan lembaga riset bahwa diprediksi penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 90 juta jiwa lebih.
Tentu ini sebuah prestise tersendiri bagi persemakmuran internet Indonesia. Dengan adanya internet, dunia lebih terbuka. Bangsa kita semakin dihadapkan pada kemudahan akses dalam bersaing secara global. Dari berbagai sektor kehidupan pun akan terus berkembang. Sektor ekonomi, misalnya, para pengusaha mikro tidak perlu lagi berpikir lebih jauh bagaimana pendistribusian komoditas yang ia jual.
Cukup dengan mengakses internet, komoditas dapat diperkenalkan kepada masyarakat. Tidak lagi terbatas secara geografis. Selama calon konsumen itu telah memiliki akses internet, komoditas pun dapat diperkenalkan secara detail. Persuasifitas semakin mudah dilakukan.
Salah satu caranya ialah melalui penggunaan media sosial. Media-media sosial kini semakin menjamur, seiring tingginya peminat media sosial setiap tahun. Beberapa media sosial yang masih menjadi idola pengguna internet, yakni Facebook, Twitter, Google+, Linkedin, Blogger, Wordpress, dan Path.
Awal mulanya media sosial lahir dengan adanya pengelolaan jejaring internet. Dimulai dari berdirinya Geocities, 1995. Geocities merupakan layanan hosting, yang kemudian diikuti oleh pendirian web-web publik lainnya. Tidak lama kemudian berdirilah Classmates.com dan Sixdegree.com. Keduanya mampu melayani beberapa layanan publik dan interaksi antarindividu.

Melihat potensi kebutuhan individu di ruang maya, maka muncullah layanan situs pribadi Blogger pada 1999. Layanannya mampu menampung kebutuhan individu, dalam hal ini ialah komunikasi. Fiendster, 2002, kemudian melirik kebutuhan itu, keinginan interaksi antarindividu secara massal dan realtime. Pada masa booming, Friendster dikenal sebagai media sosial yang sangat familiar karena keterkenalannya dan fitur-fiturnya hingga mampu memediasi keinginan lintas usia. Friendster pun dianggap sebagai pelopor media sosial populis.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes