ARTIKEL PINTASAN

Sunday, January 5, 2014

Dari Bintaro ke Film Unstoppable




adegan film Unstoppable (foto: blogspot)
Dari Bintaro ke Film Unstoppable - Belum lama ini pikiran kita masih digentayangi peristiwa hebat, kecelakaan kereta api (KA) dengan tangki bensin di Bintaro. Dengan ekspose bertubi-tubi yang dilakukan media massa, tentu kontruksi di kepala begitu kuat. Apalagi, peristiwa ledakan siang bolong itu bak film hollywood.
Dari cerita yang berkembang, masinis kereta Commuter Line itu, sesaat sebelum peristiwa tabrakan, telah mengetahui keretanya akan menabrak tangki. Sang masinis sempat keluar ruangan masinis, berteriak kepada penumpang. Yang ia teriaki adalah perihal keberadaan tangki di jalur perlintasan. Setelah berteriak, ia kembali ke ruangan masinis. Lagi-lagi cerita ini mengingatkan kita pada film hollywood, yang sering menunjukkan tokoh heroik.
Dari sekian banyak film hollywood, pengingat peristiwa itu, Unstoppable menyerupai dalam hal keheroikan masinis dan peristiwa perkeretaapian. Film berlatar kisah nyata ini, di Pennsylvania, mengisahkan perjuangan dua masinis dalam penyelematan kereta barang tanpa awak.
Penceritaan dimulai dari keteledoran seorang masinis, Dewey, kereta barang. Walanya dia hendak menyesuaikan pengesetan rel kereta. Di sisi lain, pengatur rel, dari dalam ruang stasiun, bergerak tanpa pengendalian petugas. Kereta terus melaju, kecepatan bertambah. Dia panik melihat kereta melaju tanpa kendali. Dan kereta, dengan latar musik pemacu adrenalin penonton, semakin kencang. Dewey tertinggal, lantas kereta melaju tanpa awak.
Beberapa pekerja dari perusahaan kereta api barang itu mengetahui tindakan teledor Dewey beserta kereta. Sang kepala bagian perusahaan menginstruksikan beberapa anak buahnya untuk mengatasi masalah, naik ke ruang masinis untuk mengendalikan kereta.
Suasana semakin mencekam. Setelah dicari berbagai informasi mengenai perlintasan kereta, ternyata perlintasan kereta barang itu melaju di atas perlintasan kereta lainnya yang sedang membawa rombongan anak-anak, dengan berlawanan arah. Kereta barang berpotensi menabrak kereta rombongan tersebut, bak laga kambing (istilah untuk menyebut kecelakaan adu kepala).
Di perlintasan lainnya, terdapat kereta tanpa badan, dikendalikan oleh dua orang awak, Frank Barnes dan Will Coston. Frank, seorang ahli mesin kereta, mendapat informasi kereta tanpa awak tersebut.
Dengan bersusah payah, kedua orang ini mampu mengatasi kereta tak berawak. Adegan per adegan dibumbui ketegangan, antara latar suara ketegangan dan visualisasi kecepatan. Ya, seperti diutarakan di atas, kedua orang itulah yang menjadi hero. Mereka mampu mengatasi masalah dan ancaman peristiwa besar. Berbeda dengan masinis Commuter Line di Bintara itu, hangus terbakar akibat ledakan tangki bensin. Namun, masinis di Pennsylania dan nama masinis di Jakarta itu sama-sama mendapat penghargaan.
Masinis di bawah otoritas perusahaan kereta api itu mendapat kenaikan pangkat, sementara masinis di Amerika Serikat itu mendapat penghargaan materil. Yang satu menikmati penghargaan tersebut, yang satu lagi keluargalah yang menikmati penghargaan tersebut.


Tokoh
Denzel Washington sebagai Frank Barnes
Chris Pine sebagai Will Coston
Connie Hooper
Oscar Galvin’s
Ryan Scott

Dewey

Share this:

3 comments :

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes