ARTIKEL PINTASAN

Monday, October 10, 2016

Membumikan #BatikIndonesia

Salah satu desa wisata batik di Yogyakarta (Foto: Fredy WP)
Tak banyak pilihan membeli pakaian produk lokal bernuansa tradisi. Bisa dikatakan, lebih dari setengah produk pakaian di pasaran (toko dan ritel pakaian) bernuansa nontradisi. Artinya, pakaian di pasaran didominasi produk bercorak nonlokal.

Satu-satu produk pakaian bercorak lokal yang mampu menyaingi produk nonlokal itu semua adalah batik. Sebut saja kemeja batik, kaos batik, hingga jenis pakaian wanita batik. Di saat hendak membeli pakaian di toko-toko, ada beragam ketersediaan batik. Mulai dari toko modern hingga tradisional.

Harapan itu ada pada batik. Tentu berharap agar batik mampu menjadi produk yang membumi. Artinya, batik tidak sebatas produk milik suatu daerah saja, Yogyakarta misalnya. Batik harus menjadi pilihan bersama masyarakat Indonesia. Membumikan batik berarti menciptakan banyaknya kesempatan untuk dimiliki masyarakat tanpa batas.

Tahun 2009, Pemerintah menerbitkan Kepres Nomor 33 Tahun 2009. Kepres ini menandakan dimulainya Hari Batik Nasional, yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. Hal ini menunjukkan Pemerintah pun berusaha membumikan batik di tingkat nasional.

Usaha lainnya, usaha diplomasi meloloskan batik sebagai khazanah budaya Indonesia yang diakui dunia. Usaha ini pun akhirnya menuai hasil. Badan PBB yang menaungi kebudayaan, UNESCO, akhirnya mengukuhkan batik sebagai warisan tradisi Indonesia.

Satu hal penting mengapa batik perlu dibumikan. Motif atau corak batiknya mengandung nilai filosofis adiluhung. Inilah sebabnya batik penting dibumikan. Membumikan batik berarti membumikan nilai filosofis nenek moyang sendiri.

Batik merupakan warisan budaya nenek moyang Indonesia. Diduga, batik ada sejak sebelum abad ke-18, di era Majapahit. Lantas, mulai meluas di era Mataram Islam. Kala itu batik menjadi pakaian para penghuni kerajaan Mataram, khususnya keluarga raja. Karena sering digunakan penghuni kerajaan, masyarakat sekitarnya pun tertarik untuk ikut menggunakan pakaian serupa.

Selanjutnya, batik berkembang di sekitar Pulau Jawa bagian tengah. Di antaranya Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Namun, semakin meluasnya peminat batik, pada abad awal 20 telah tersebar ke daerah lain dengan kekhasan corak motif masing-masing.

Awal perkembangannya, struktur utama motif-motif batik didominasi dengan motif tanaman, binatang, dan alam. Tentu motif-motif tersebut bukan tanpa maksud dan tujuan. Apa yang ditampilkan dalam motif batik itu ingin menunjukkan keserasian hidup manusia dengan alam sekitarnya. Inilah nilai filosofisnya, bahwa manusia Jawa pada masa itu dekat dengan alamnya.

Seiring berkembangnya batik, motif-motifnya berkembang. Dengan mengedepankan nilai keindahannya, motif batik kemudian menjadi abstrak. Namun, bentuk abstrak itu tidak meninggalkan corak dasarnya.

Dari uraian itu semua, tentu memilih pakaian batik di antara pakaian lainnya menjadi penting. Memilih batik berarti memilih jalan hidup serasi dengan alam di sekitar. Inilah pesan nenek moyang untuk anak cucunya.



Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes