ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, October 7, 2014

Kesempurnaan

ilustrasi, lukisan "another snap painting failure (dipublikasi oleh teachertomsblog.blogspot.com)
Cerita Bijak "Kesempurnaan" - Budi mempunyai uang lima puluh ribu. Ia tak punya uang lebih, karena gaji selama sebulan telah ia gunakan untuk membayar utang dan kredit.  Ia harus membayar tagihan kredit motor sebesar tujuh ratus lima puluh ribu rupiah setiap bulan. Ia harus membayar kredit rumah sebesar satu setengah juta setiap bulan. Ia harus membayar tagihan asuransi sebesar tujuh ratus lima puluh ribu rupiah setiap bulan. Ia harus membayar tagihan utang ketringan (nasi rantangan) selama sebulan kemarin ke Mpok Sari sebesar satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah. Sisa uang tinggal dua ratus lima puluh ribu rupiah. Sedang dua ratus ribu lagi ia harus membayar tagihan listrik dan air, tinggallah lima puluh ribu rupiah lagi uang Budi.
Gaji sebesar Rp4.500.000 sudah habis, ludes. Ia pun harus berpikir memutar otak bagaimana bensin motornya selama sebulan bisa terpenuhi. Satu lagi, ia harus memiliki kemeja baru untuk kebutuhan ngantor.
Budi ke mall, mencari-cari kemeja yang cocok. Di mall, ia mencari-cari kemeja yang ia suka. Ia melihat-lihat warna yang ia sukai, putih atau biru langit. Dari sekian kemeja warna putih dan biru langit, ia melihat-lihat banderol. Satu per satu ia temui kemeja yang menurutnya pas, rata-rata kisaran harga Rp70.000 s.d Rp150.000.
“Dasar mall, jual baju mahal-mahal amat,” Budi menggerutu. Lantas ia pergi ke pasar.
Tidak jauh seperti apa yang ia lakukan di mall, mencari-cari warna dan model yang ia sukai. Satu per satu pula ia tanyai harga ke penjaga toko yang ia datangi. Rata-rata kemeja yang ia sukai berkisar harga Rp55.000 s.d Rp100.000.
“Pasar kok jual baju mahal-mahal amat,” Budi kembali menggerutu, sembari keluar dari pasar. Lantas ia pergi ke pasar pakaian loak (bekas).
Tak berbeda dengan mall dan pasar, Budi mencari-cari tumpukan pakaian. Ia mencari kemeja putih dan biru. Saat menemukan kemeja putih, ia bertanya kepada pedagang, “Bang, ini berapa (sambil mengangkat kemeja yang ia maksud)?” Si pedagang menjawab, “Tiga puluh ribu aja, gak kurang!”
Budi menggut-manggut, sembari memperhatikan detail kemeja pilihannya. Dibolak-balik. “Loh, ada bercak ini di bagian dalam belakangnya,” gerutu Budi.
Budi mencari-cari lagi kemeja lainnya di tumpukan yang sama. Ia menemukan kemeja merek ternama, berwarna biru. “Bang, kalau ini berapa?” tanya Budi kepada si pedagang. Si pedagang menjawab, “Yang itu lima puluh ribu. Bisa kurang dikit.”
Sejenak Budi berpikir. Tak lama kemudian ia menyahut ke pedagang, “Empat puluh ya, Bang?”
“Yaudah ambil,” jawab si pedagang.
Budi kembali memperhatikan, melihat detail kemeja biru pilihannya. Dari ujung lengan, ujung kerah, hingga ujung pinggang kemeja. Ia juga memperhatikan bagian dalam. Sejenak ia lihat, ternyata satu sisi jahitannya terdapat sobekan kecil. Ia kembalikan kemeja tersebut ke tumpukan.
Karena tak kunjung menemukan apa yang ia cari, Budi meninggalkan pasar loak. Sembari menggerutu, “Dasar pasar loak, selalu aja ada kurangnya.”
Begitu tiba di rumah, Budi yang masih lajang bergegas merebahkan tubuhnya di atas kasur. Di langit-langit rumah pikirannya melekat erat. “Coba seandainya aku pilih tadi yang putih. Hm, mungkin yang biru juga mantap. Kenapa gak aku ambil aja ya,” Budi bergumam di dalam hati.

Jelang memejamkan mata, Budi menyesali sikap memilih kesempurnaan di tengah keterbatasan diri. Semua telah sia-sia, hingga ia sadar bahwa sikap memilih kesempurnaan hanya menyusahkan dirinya. Apalagi sikap itu dibatasi oleh keterbatasan diri, sehingga ia tak membawa sebiji pun kemeja.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes