ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, October 7, 2014

Manusia, Peristiwa, dan Penjajahan

sampul buku Manusia dan Peristiwa (foto: blogspot)
Resensi Buku - Menjadi penulis fiksi bukan semata menulis karya prosa sedemikian rupa, konflik  yang sekompleks mungkin, makna yang sepadat mungkin, sedetail mungkin, maupun seestetik mungkin. Satu hal yang perlu diperhatikan pula ialah bagaimana fiksi yang diciptakan bukanlah sekadar fiksi, melainkan diangkat berdasarkan kehidupan nyata yang cukup panjang dan nyata yang ditulis sedetail mungkin. Namun, tulisan tersebut dibentuk berdasarkan kisah nyata, bukan fiksi. Di sisi pembaca, karya tersebut dianggap fiksi.
Begitulah Muhammad Dimyati. Ia menulis buku Manusia dan Peristiwa. Bentuknya berupa catatan harian, tetapi pembaca merasakan apa yang ia baca ialah sebuah karya fiksi. Seperti tertulis di awal berikut, Banjak sudah isi buku tjatatan harian saja selama masa jang setahun ini, ialah buku peringatan atau kedjadian jang saja alami sehari-hari. Banjak peristiwa yang hebat dan ngeri, sedih dan suka, jang masuk dalam buku tjatatan harian saja (halaman 3, Manusia dan Peristiwa).
Muhammad adalah saksi sejarah. Ia menulis dari masa-masa sebelum kemerdekaan 1945. Seperti apa yang dinyatakan di awal bahwa catatan dalam buku ini merupakan catatan kesehariannya sejak ia tinggal di Surakarta (sekarang lebih dikenal sebagai Solo) di kala Hindia-Belanda berkuasa di Tanah Jawa hingga Hinda-Belanda jatuh pada tahun 1942.
Dari fragmen pengamatannya yang cukup detail, Muhammad meracik menjadi sebuah catatan yang penuh emosi. Tidak sekadar catatan biasa, yang mengutamakan kronologi dan peristiwa semata. Ia juga mengamati dan mencatat bagaimana detail emosi. Misalnya, ia mencatat keironian kenalannya, Hamzah, yang ia catatkan kehidupannya, seperti harga sewa rumah tak sebanding dengan apa yang dimiliki Hamzah. Di kampung, Hamzah memiliki sebidang sawah dan rumah yang sangat layak, tetapi karena situasi penjajahan Belanda waktu itu, Hamzah harus mengungsi ke luar kampung agar mendapat keamanan. Rupanya, perpindahan itu justru menyebabkan keironian bagi Hamzah, karena di tempat pengungsi ia harus menyewa rumah dan keperluan sehari-hari sulit.
Muhammad Dimyati menulis seperti menulis fiksi. Ada tokoh, peristiwa dan konflik, dan alur yang jelas. Tokoh-tokoh yang ia tulisa bukan tokoh fiktif, melainkan kenalannya, temannya, hingga sahabat-sahabatnya. Peristiwa yang kerap dijadikan sebagai latar ialah peristiwa penjajahan Belanda tahun 1940-1942. Konflik yang muncul didominasi oleh konflik sosial-politik, latar penjajahan dengan manusia pribumi.
Paling tidak, membaca Manusia dan Peristiwa akan terbawa ke lautan peristiwa penjajahan kala Belanda di ambang kejatuhan. Pembaca bisa menemukan bagaimana detail peristiwa penjajahan kala itu, tidak sekadar terjajah fisik melainkan juga terjajah mental.


Judul Buku: Manusia dan Peristiwa
Penulis: Muhammad Dimyati
Penerbit: P. N. Balai Pustaka

Cetakan Kedua: 1964

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes