ARTIKEL PINTASAN

Sunday, January 22, 2017

Meneropong Para Penulis di Cirebon

Rencana pembangunan kampus negeri ternama di Kabupaten Cirebon membawa angin segar. Setidaknya, akan semakin berkembanglah tradisi kepenulisan di Kota Wali ini.
Setahu saya, mungkin Anda juga tahu, bahwa tradisi kepenulisan di Cirebon (kota dan kabupaten) masih jauh dari kata “meriah” alias masih minim. Indikatornya mudah saja, penulis asal Cirebon atau penulis yang berbasis di Cirebon masih bisa dihitung jari.
Lihag saja penulis-penulis muda di koran-koran lokal, seperti Radar Cirebon ini. Nama-nama penulisnya sering itu-itu saja. Belum pagi soal penulis bukunya, ya makin itu-itu saja.
Siapa yang tak bangga bila Cirebon punya ulama seproduktif Kyai Husein Muhammad? Tapi sayangnya, penulis muda tak muncul seperti produktivitasnya pendiri lembaga Fahmina itu.
Yang saya tahu, ada penulis muda asal Cirebon, M Khoirul. Meski belum bisa disetarakan dengan produktivitas Kyai Husein, paling tidak ada harapan bahwa masih ada secercah cahaya di balik cuaca yang mendung.
Di Cirebon memang banyak kampus-kampus dengan jumlah peminatnya yang tinggi. Sebut saja dua di antaranya Unswaganti dan IAIN Cirebon. Pertanyaannya, di mana suara pena mahasiswa kampus ternama di Cirebon itu? Mengapa yang muncul pun hanya para dosennya saja?
Harapan atas minimnya kemunculan penulis inilah yang menjadi tumpuan “cita-cita” pembangunan kampus di Kabupaten Cirebon, yang direncanakan dibangun di Kecamatan Talun. Saya dan Anda mungkin akan berpikir yang sama, kampus negeri ternama  itu nantinya melahirkan mahasiswa-mahasiswa atau alumni yang produktif. Muncul gagasan dan pikirannya di koran-koran lokal dan nasional. Mungkin juga muncul di rak-rak utama toko buku.

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Dedi Ahimsa, penulis asal Kuningan, bersama Jay Ali Muhammad, penyair asal Sumber, Kabupaten Cirebon. Ia mengkhawatirkan ihwal minimnya kelompok penulis sastra di Cirebon dan Kuningan. Biasanya, lewat kelompok-kelompok seperti itulah muncul penulis-penulis muda berbakat.
Di kancah nasional, saya dan Anda kelimpungan bila diminta menyebutkan satu per satu penulis-penulis yang lahir dari Forum Lingkar Pena (FLP). Sebelas tiga belas dengan Komunitas Salihara dan sebagainya. Mereka, yang tidak mungkin disebutkan seluruhnya di dalam tulisan ini, memadati dunia perbukuan dan tulis menulis di koran nasional.
Dari Cirebon, contoh nyata itu ada pada diri Aris Kurniawan, penulis cerpen kekinian. Namanya beberapa kali muncul di kolom cerpen koran nasional, di antaranya Media Indonesia. Sepengatahuan saya, ia mendapat giroh (semangat) menulis saat berkegiagan di komunitas yang dikelola penyair Wowok.
Lagi-lagi saya katakan, dan tak saya pungkiri, banyak memang komunitas sastra dan komunitas kepenulisan di kampus Unswagati dan kampus IAIN Cirebon. Tetapi, nama mereka sepertinya cuma cukup muncul di kolom sastra koran-koran lokal.

Mengapa berharap kepenulisan pada mahasiswa? Secara akademis, mahasiswa dituntut sadar dan paham dunia tulis menulis. Bagaimana tidak, mereka harus mampu menulis skripsi, tesis, dan disertasi agar mampu lulus. Menjadi masalah bila mahasiswa lulus dengan skill (kemampuan) menulis nol. Pasti jadi pertanyaan besar, bagaimana bisa seseorang lulus sarjana tanpa kemampuan menulis?
Kemampuan menulis  bukan milik mahasiswa sosial belaka. Mahasiswa bidang eksakta, sosial, atau apa pun itu, selama menempuh pendidikan formal tingkat perguruan tinggi, hukumnya wajib memiliki kemampuan menulis.
Di sisi lain memang, mereka yang berada di luar pendidikan formal, bukan berarti tidak mampu memiliki kemampuan menulis. Toh banyak penulis-penulis besar di Tanah Air ini yang besar di luar pendidikan formal tingkat perguruan tinggi.  Bahkan, sama sekali tidak menyentuhnya. Sebut saja, salah satunya, Pramoedya Ananta Toer. Sementara di Cirebon ada Aris Kurniawan, yang sudah disebut di atas.
Di antara pendidikan formal, dalam hal ini perguruan tinggi, dan dunia di luar pendidikan formal, tentu saya, Anda, atau kita, wajar menumpukan harapan tumbuhnya penulis-penulis muda dari lingkaran kampus. Karena itulah, berdirinya kampus negeri di Kecamatan Talun kelak diharapkan mampu menumbuhkan tradisi menulis di Cirebon.



Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes