ARTIKEL PINTASAN

Friday, May 30, 2014

Kado Nasihat Pernikahan




Review Buku Kembang Setaman Pernikahan: Kado Nasihat Pernikahan - Pernikahan secara sosial adalah transaksional. Negosiasi antarindividu yang akan mengikatkan diri perlu mencapai kesepakatan. Jika tidak, maka pernikahan gagal. Namun, bagi manusia yang menganut kepercayaan, misalnya Islam, dasar atau niatnya tidak semata-mata ikatan relasi sosial semata, melainkan juga terkait hubungan dengan Tuhannya. Begitulah mengapa di dalam agama Islam muncul pandangan bahwa pernikahan adalah ibadah.
Secara dikotonomis perlu kiranya membagi pernikahan menjadi dua bagian, yakni pra-pernikahan dan pasca-pernikahan. Pra-pernikahan berarti fase sebelum melakukan pernikahan. Pasca-pernikahan berarti fase setelah melakukan pernikah atau fase keberlangsungan rumah tangga. Pra-pernikahan itu merupakan jembatan menuju rumah tangga, seperti saling mengenali (karakter, keluarga, hingga tradisi). Sementara itu, pasca-pernikahan itu merupakan jenjang bahtera rumah tangga, yang mungkin dinamis. Di dalamnya terkandung pula etika rumah tangga, tatanan rumah tangga, hingga tata cara komunikasi dan interaksi, baik yang terkait hasrat maupun bukan hasrat.
Selain individu yang mengikat dalam komitmen, tentu kebahagiaan atas pernikahan juga dirasakan oleh kedua orangtua. Orangtua merasa bahwa kebahagiaan anaknya juga kebahagiaan dirinya. Begitulah yang dirasakan KH Husein Muhammad. Pengasuh Pondok Pesantren di Arjawinangun, Cirebon, ini menghimpun tulisan dari rekan-rekannya sebagai tanda (kado) kebahagiaan atas penikahan anaknya, Hilya Aulia. Terhimpun 12 penulis di dalamnya.
Kyai yang kerap disapa “Buya” ini mengisahkan, di dalam buku yang diberi judul Kembang Setaman Pernikahan ini, sebelum menikahkan anaknya kepada Muhammad Alfurqon, mengakui bahwa jiwa yang ada di dalam jasadnya adalah “takdir” untuk membesarkan serta mendidik sebaik-baiknya anak-anaknya. Ketika Buya mengesahkan, dalam ijab kabul, Buya merasa ada sesuatu yang tercerabut dan yang hilang dari dalam tubuh (“Gita Cinta Abuya”, halaman 1). Setelah pengesahan itu, Buya menjelajahi identitas anaknya tersebut, bahwa anaknya sudah dimiliki orang lain, seperti anaknya memiliki orang lain. Meskipun demikian, engkau selalu milik Buya dan Ummi selamanya, dan kami berdua adalah milikmu selamanya (halaman 2).
Kasih sayang Buya juga tersiratkan melalui pesan empiris dan spiritual kala anaknya mengandung kelak. Buya mengingatkan, Muhammad Alfurqon, sebagai calon ayah, agar memberinya perhatian yang sungguh-sungguh atas kesehatan istrinya kelak kala mengandung. Merujuk pada Al-Quran, Buya mengingatkan pula, bahwa mengandung adalah perjalanan berat bagi perempuan. Dalam siatusi hamil, perempuan manapun amat membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih (halaman 12).
Rumah tangga adalah ruang ketenangan, dinamis, yang kadang kala muncul masalah. Begitulah hampir seluruh penulis di dalam buku ini menyimpulkan pernikahan sebagai pintu rumah tangga, sebagai gerbang kebahagiaan atau ketenangan jiwa.  Ninik Rahayu, di dalam tulisannya, “Menjaga Perkawinan”, mengawali kutipan surat Al-A’raf ayat 189, yang menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan pasangan agar merasakan ketenangan. Begitupula Neng Hana dan Buya, mendasari tulisannya tentang penyatuan jiwa dan raga dua insan atas surat Al-Rum ayat 21, yang berbunyi, “Dan di antara bukti-bukti kemahabesaran Tuhan adalah bahwa Dia menciptakan untuk kamu dari entitasmu sendiri pasangan agar kamu menjadi tenteram dan Dia menjadikan di antara kamu (relasi yang) saling mencita dan saling merahmati (mengasihi). Hal itu (seharusnya) menjadi renungan bagi orang-orang yang berpikir.”
Pasangan dapat menyelesaikan persoalan rumah tangga melalui ketenangan dan kelembutan. Bukan mengedepankan ego. Musyawarah merupakan cara penyelesaian masalah yang tenang dan lembut. Di tengah potensi ini, menjalin dan menjaga kemesraan dianggap mampu menjauhi potensi persoalan yang sifatnya personal. Beruntung ada contoh-contoh baik yang pernah dijalankan Muhammad Rasulullah SAW dengan segala keutamaannya sebagai Uswatun Hasanah bagi Umatnya (“Menjaga Perkawinan”, halaman 136). Di antaranya Saling Membelai, Saling Mencium, Tidur Bersama Seranjang, dan Mandi Berdua.

Judul Buku: Kembang Setaman Pernikahan
Editor: KH Husein Muhammad
Penulis: KH Husein Muhammad dkk.
Penerbit: Zawiyah
Cetakan: Januari 2014
Tebal: 140 halaman


Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes