ARTIKEL PINTASAN

Friday, May 30, 2014

Persimpangan Jalan


 
ilustrasi (foto: blogspot)
Persimpangan Jalan - Tiap-tiap daerah punya kekhasan masing-masing dalam tutur pemberhentian saat menaiki angkutan umum. Di Sumatera Utara dan sekitarnya menggunakan ujaran, “Pinggir depan, Bang!”. Di Jawa Barat dan sekitarnya menggunakan ujaran, “Kiri depan, A!”. Berbeda halnya dengan masyarakat yang menyetir mobil di sebelah kiri, seperti di Eropa pada umumnya. Tak menggunakan “Kiri” tentunya, melainkan “Kanan” (Lantas, sejauh apa ya beda makna konotatif “kiri” di Indonesia dengan di Eropa sana?)
Belum lagi kalau penumpang ingin turun di persimpangan jalan. Di Sumatera Utara dan sekitarnya menggunakan ujaran, “Pinggir simpang depan, Bang!”. Di Jawa Barat dan sekitarnya menggunakan ujaran, “Kiri perempatan depan ya, Kang!”.
Entah berapa pun persimpangan itu, mungkin 3 persimpangan jalan, 4 persimpangan jalan, 5 persimpangan jalan, dan seterusnya. Tentunya tak sampailah 100 persimpangan jalan. Persimpangan tetaplah persimpangan, dengan kekhasan ujaran masing-masing penumpang angkutan umum saat hendak turun.
Berapa pun jalur persimpangan jalan, persimpangan jalan selalu menjadi titik keramaian. Banyak angkutan umum menanti calon penumpang. Istilahnya, ada yang menggunakan, Ngetem. Dari tiap sisi terpasang lampu merah. Dari tiap sisi pula mobil-mobil antre mengikuti rambu-rambu lalu lintas. Di salah satu sudut berdiri pos polisi. Entah dari sisi mana seorang polisi bisa saja nongol, seakan-akan nongol tiba-tiba bak jailangkung. Pengemis juga berdiri hilir mudik. Berharap iba dari pengendara mobil. Nongol tiba-tiba di balik kaca pengendara mobil, dengan pakaian lusuh maupun berpenampilan kelumpuhan (sampai susah kita membedakan mana pengemis yang sungguh-sungguh dan mana pengemis yang pura-pura).
Semakin ramailah kalau hujan tiba, kecuali hujan bulan Juni mungkin. Got-got tersumbat. Air menguap ke jalanan. Susah membedakan mana lubang dan mana bukan lubang. Mungkin karena teringat lirik lagu “bukan lautan, hanya kolam susu.” Mungkin air yang keluar jalurnya itu tidak bau, tetapi air itu mungkin bagian dari saluran pembuangan gedung-gedung perkantoran, pabrik-pabrik, maupun gudang-gudang berdinding kaca dan bergarasi tiga sampai lima tingkat. Bukan tidak mungkin pula air-air itu sebagiannya berasal dari tempat-tempat perbelanjaan.
Hampir di setiap persimpangan raya berdiri tempat perbelanjaan. Alfamart mungkin. Indomart mungkin. Babibubebomart mungkin. Superindo mungkin. Ini masih mungkin, karena toh lebih banyak mereka berada di tempat yang bukan persimpangan jalan.
Yang jelas, salah satu retail terbesar di Indonesia, Carrefour, kerap berada di persimpangan jalan. Entah itu di timur persimpangan, barat persimpangan, selatan persimpangan, maupun utara persimpangan. Dari bahasanya (nama), Carrefour berarti persimpangan. Wajar bila retail yang kini dimiliki salah satu penguasaha ternama di Indonesia ini selalu berada tak jauh dari persimpangan jalan.
Masyarakat berduyun-duyun ke persimpangan jalan seperti itu. Membeli kebutuhan, sandang, pangan, dan papan. Di Carrefour serba ada. Seolah ingin mewakili beberapa ruas pasar tradisional. Ada kebutuhan pangan sehari-hari sampai kebutuhan papan. Ruangan disuguhkan bagai istana. Ruangannya disirami wewangian. Komoditas-komoditas ditempatkan di tiap sisi. Beberapa komoditas unggulan dikacakan. Komoditas murah ditempatkan di bagian terdepan.
Tampilan selalu mengundang hasrat pengunjung. Diskon harga selalu mengundang saku. Pelayan selalu menyenyakkan para pengunjung. Begitulah Carrefour, menyajikan ruang kemanjaan konsumen. Sehabis berjalan melewati kejenuhan persimpangan jalan, Carrefour seakan menjadi tempat “persinggahan” yang nyaman. Ruang yang seolah-olah “gratis dan penuh diskon” itu ternyata secara tidak sadar mengajak pengunjungnya untuk mengeruk saku, sehingga jika habis isi saku itu maka si konsumen butuh kerja ekstra dan lebih ekstra lagi serta tanpa sadar pula interaksi bersama sanak keluarga maupun rekan terdekat pupus sudah.

Bukan tidak mungkin, semakin menjamurnya Carrefour di tiap-tiap persimpangan, kelak penumpang angkutan umum di Sumatera Utara dan Jawa Barat akan seragam, “Carrefour ya!”.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes