Agus Sunyoto dan Jadul Maula, Jumat (10/11), di Pesantren Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta (Foto: Kaliopak) |
Sejarah Bangsa Indonesia Tidak Utuh - Sejarah bangsa
Indonesia tidak sepenuhnya utuh. Dalam ilmu sejarah kerap kali fase sejarah
Walisongo diabaikan. Paparan sejarah selalu dimulai dari Hindu.
“Walisongo,
spiritualitas, selalu tidak dibicarakan. Selalu meloncat dari Hindu ke
Indonesia,” papar Agus Sunyoto, Jumat (21/11) malam, di Aula Pesantren
Kaliopak, Piyungan, Bantul, Yogyakarta, dalam diskusi Pesantren, Wayang, dan Jatidiri Bangsa.
Menurut Agus,
peran Walisongo sangat berpengaruh terhadap kebudayaan bangsa Indonesia. Di
antaranya perkembangan wayang. Selain kebudayaan, Islam, sebagai agama dominan
di Indonesia, juga tak terlepas dari peran Walisongo.
Agus
menjelaskan, wayang sebelum masuknya Islam tidak mengenal cerita Ramayana dan
Mahabarata. Penyebar Islam memasukkan cerita tersebut untuk menggantikan
perihal ritual pemanggilan arwah.
Sebelumnya penyebaran Islam, masyarakat bergama Kapitayan menggunakan wayang
untuk memanggil arwah. “Orang Belanda menyebut agama Kapitayan itu dengan
sebutan Animisme Dinamisme,” kata Agus menambahkan.
Di dalam Islam
Indonesia juga banyak menggunakan istilah-istilah Kapitayan. Di antaranya
“sembahyang”, “bedug”, dan “bidadari”.
“Logika berfikir betul-betul kontekstual, tidak terperngkap oleh
bahasa,” kata Agus.
Saat ini materi
pelajaran sejarah di dalam dunia pendidikan jarang memasukkan fase sejarah
perkembangan Islam oleh Walisongo. Bahkan kepercayaan asli Nusantara kerap kali
disebut sebagai anismisme dinamisme, istilah yang digunakan Belanda.
Berita Rilis
Tim Relasi Media “Pekan Peringatan 11 Tahun Wayang
Pusaka Kemanusiaan Dunia”
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.