ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, November 25, 2014

Sejarah Bangsa Indonesia Tidak Utuh

Agus Sunyoto dan Jadul Maula, Jumat (10/11), di Pesantren Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta (Foto: Kaliopak)
Sejarah Bangsa Indonesia Tidak Utuh - Sejarah bangsa Indonesia tidak sepenuhnya utuh. Dalam ilmu sejarah kerap kali fase sejarah Walisongo diabaikan. Paparan sejarah selalu dimulai dari Hindu.
“Walisongo, spiritualitas, selalu tidak dibicarakan. Selalu meloncat dari Hindu ke Indonesia,” papar Agus Sunyoto, Jumat (21/11) malam, di Aula Pesantren Kaliopak, Piyungan, Bantul, Yogyakarta, dalam diskusi Pesantren, Wayang, dan Jatidiri Bangsa.
Menurut Agus, peran Walisongo sangat berpengaruh terhadap kebudayaan bangsa Indonesia. Di antaranya perkembangan wayang. Selain kebudayaan, Islam, sebagai agama dominan di Indonesia, juga tak terlepas dari peran Walisongo.
Agus menjelaskan, wayang sebelum masuknya Islam tidak mengenal cerita Ramayana dan Mahabarata. Penyebar Islam memasukkan cerita tersebut untuk menggantikan perihal ritual  pemanggilan arwah. Sebelumnya penyebaran Islam, masyarakat bergama Kapitayan menggunakan wayang untuk memanggil arwah. “Orang Belanda menyebut agama Kapitayan itu dengan sebutan Animisme Dinamisme,” kata Agus menambahkan.
Di dalam Islam Indonesia juga banyak menggunakan istilah-istilah Kapitayan. Di antaranya “sembahyang”, “bedug”, dan “bidadari”.  “Logika berfikir betul-betul kontekstual, tidak terperngkap oleh bahasa,” kata Agus.
Saat ini materi pelajaran sejarah di dalam dunia pendidikan jarang memasukkan fase sejarah perkembangan Islam oleh Walisongo. Bahkan kepercayaan asli Nusantara kerap kali disebut sebagai anismisme dinamisme, istilah yang digunakan Belanda.

Berita Rilis

Tim Relasi Media “Pekan Peringatan 11 Tahun Wayang Pusaka Kemanusiaan Dunia”

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes