ARTIKEL PINTASAN

Friday, March 28, 2014

Pencari Nafkah dari Sungai






ilustrasi (foto: blogspot)
Pencari Nafkah dari Sungai - Bagio, salah seorang warga Klenggotan, Piyungan, Yogyakarta, saban hari berendam di sungai. Ia tidak bermaksud bermain-main air. Tidak pula bermaksud bermain-main kesenangan berenang. Sejak pagi, sekira pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB, ia sudah berada di tepi sungai Kaliopak.
Di tepian sungai ia sengaja membuat semacam sampan yang terbuat dari papan dan ban mobil. Berukuran 1,5 x 1,5 meter. Sampan itu diikat ke pohon di tepi sungai agar tidak hanyut. Di tengah sampan terdapat serokan dari kaleng, sepertinya serokan dari kaleng biskuit.
Bagio akan masuk ke sungai Kaliopak sambil menggiring sampan. Di tengah sungai, ia mengikat sampan itu dengan bantuan kayu panjang yang ia tancapkan ke dalam sungai. Setelah aman, kira-kira tidak terbawa arus, ia akan melaksanakan tugas intinya.
Bagio menyerok pasir dari dalam sungai, tampak kedalaman sungai itu menutupi tubuhnya hingga nyaris sebahu. Sekali serok, pasir tergayung. Sekali serok lagi, pasir tergayung lagi. Sampan tadi menjadi wadah pasir-pasir yang diserok. Begitu seterusnya hingga sampan penuh oleh pasir sungai Kaliopak. Bila penuh, ia menggiring sampan ke tepian sungai untuk dipindahkan ke daratan.
Pekerjaan itu ia geluti saban hari, meski kadang ia meliburkan diri barang sehari atau dua hari. Kadang, ia meliburkan kala pembeli pasirnya tidak ada. “Kadang ada yang beli. Kadang ya gak ada. Kalau gak ada ya gini-gini ajalah. Segini bisanya nyari rezeki,” kata lelaki yang berumah di sebelah Pondok Pesantren Kaliopak itu.
Bapak tiga anak ini menjelaskan, pasir-pasir tersebut akan dijual seharga Rp100.000 – Rp140.000 per truk. “Seminggu paling sekali truk datang. Kadang malah seminggu itu gak ada,” kata lelaki yang kerap bertandang ke Pondok Pesantren Kaliopak kala malam hari itu.
Bagio adalah salah satu dari sekian warga Klenggotan yang bermatapencaharian dari sungai Kaliopak. Di sepanjang sungai Kaliopak di Klenggotan pemandangan pencari nafkah seperti itu berjajar.
Bagio dan yang lainnya tidak bisa berbuat lebih kecuali berserah pada kemampuannya sendiri. Mereka adalah potret Indonesia masa kini.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes