ARTIKEL PINTASAN

Sunday, July 25, 2010

Istana dan Benjang

Istana dan Benjang
Fredy Wansyah dan Yustira Diki W Komunitas Lenting Universitas Padjadjaran
(Media Indonesia)











Film bukan hanya sebagai suatu seni, tetapi dapat dijadikan sebagai media pendidikan, informasi, bahkan politik."
ABDUL Haris Kartasumitra dan kawan-kawan, dengan bermodal persahabatan dan retoris yang baik, jadilah sebuah kelompok komunitas film yang diberi nama Lenting Picture.
Sebagai konseptor yang paling bertanggung jawab, Haris pun merelakan perkuliahannya mandek. "Ini demi kemajuan komunitas. Biar kuliah mandek asal nanti Lenting berjalan sesuai konsep," begitu suatu kali Haris memaparkan alasannya untuk lebih memprioritaskan komunitas.
Film bukan hanya sebagai suatu seni, tetapi dapat dijadikan sebagai media pendidikan, informasi, bahkan politik.
Komunitas yang dihuni mahasiswa-mahasiswa Universitas Padjadjaran, Yustira Diki Wicaksana, Ende' Kelian, Reza Adhitya Ramadhan, Fredy Wansyah, Pravasta Agung Wicaksana, juga Abdul Haris Kartasumitra, ini telah menghasilkan film-film dari tangan mereka, seperti film dokumenter Benjang dan Istana.
Sebagai generasi muda, garda terdepan masa depan bangsa, Lenting tidak ingin terhanyut terhadap persiangan film-film industri lainnya. Karena itu pulalah komunitas film ini memilih untuk independen.
Lenting akan terus berusaha menyoroti ruang-ruang sempit yang tidak terlihat untuk dilihat masyarakat luas.
Karena itu, Lenting berani akrab dengan masyarakat.
Lenting bukanlah kelompok mahasiswa seutuhnya, sebab Lenting adalah masyarakat itu sendiri. Fakta sosial Film berjenis dokumenter ini memprioritaskan isu diskriminasi, baik itu kelompok sosial maupun budaya. Bila memprioritaskan kedua hal ini, pemuda tidak lagi sekadar membela yang terdiskriminasi, tapi juga mengangkat rasa kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Film Istana diangkat atas adanya diskriminasi suatu kelompok pekerja di salah satu sudut Kota Jakarta. Film ini menceritakan suatu kelas sosial yang saat ini mengalami banyak ketidakadilan terhadap sistem kerja, yakni mengenai buruh.
Di tengah-tengah hiruk pikuk kemegahan Ibu Kota, ternyata masih ada korban-korban atas realitas sosial yang seharusnya diungkap. Berawal dari rasa sosial yang tinggi, komunitas Lenting bermaksud menciptakan film dokumenter ini sebagai representasi sosial yang mengalami diskriminasi.
Ini hanya salah satu fakta sosial yang ada dalam sistem kerja-kerja manusia, yang sangat ironis terjadi di ruang Ibu Kota. Buruh-buruh harus berkutat pada perjuangan hak-hak mereka yang diperkosa pengusahanya sendiri.
Sutradara Abdul Haris dan asisten sutradara Fredy Wansyah, serta kru film ini berpesan, kondisi buruh semakin memprihatinkan. Film Istana memperlihatkan mereka kehilangan hak-hak upah mereka sendiri, yang seharusnya wajib mereka dapat.
Sementara Benjang tidak jauh berbeda dengan film Istana. Hanya saja, film ini mengangkat topik budaya yang mengalami diskriminasi atas keberadaan budaya global. Wujud budaya salah satu daerah khas Jawa Barat ini perlu mendapatkan perhatian, khususnya para pemuda.
Para pemuda memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk mengangkat realitas yang terkadang terlewatkan, atau bahkan tidak terlihat oleh khalayak umum.
Misalnya saja seperti Benjang dan Istana.
Pemuda sudah saatnya berani tampil di depan publik, memfaktakan realitas sosial sesungguhnya, diskriminasi, kesenjangan, dan tergerusnya budaya lokal. Terlepas dari bentuk medianya, film merupakan salah satu solusi! (M-2)

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes