ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, August 11, 2010

Wacana Pornografi Sama dengan "Video Dewasa"


Meningkatnya wacana seksualitas dan wacana pornografi di publik belakangan ini ditentukan oleh beberapa hal. Hal-hal tersebut adalah peran media massa, politik wacana, peran kelembagaan terkait, dan kultur sosial. Dari beberapa hal tersebut, dominasi dikendalikan oleh peran media. Sebab, media massa di zaman perkembangan arus informasi saat ini memiliki peran penting pada variasi wacana di publik.
Isu seksualitas dan pornografi oleh artis ternama di negeri ini dieksplore melalui sebuah media massa pula, yakni internet. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, internet merupakan suatu media massa yang sangat memanjakan konsumen. Konsumen tidak lagi harus “dipaksa” mengonsumsi suatu informasi (isi media) yang ada dalam media massa tersebut, melainkan dengan kebebasan konsumen memilih informasi/hiburan/pendidikan sesuai keinginan. Atas ketabuan tema di publik, seksualitas, maka video porno menjadi suatu fenomena gunung es yang selama ini hanya dibicarakan di ruang-ruang privat karena ketabuannya pada kehidupan sosial kita. Fenomena itu jelas sangat menarik perhatian publik ketika masuk di media massa. Hanya dengan hitungan hari video mesum artis tersebut banyak diunduh, terlepas dari motif-motif masuknya video tersebut ke media massa (internet).
Kemunculan video itu pun mendapat respon yang tinggi oleh masyarakat, tidak hanya dari masyarakat Indonesia melainkan dari luar Indonesia. Media massa yang mengekspose fenomena tersebut ke dalam suatu bentuk wacana tidak hanya melalui media internet. Media massa cetak, media massa elektronik (televisi dan radio), dan media massa “dunia maya” telah berperan dalam peningkatan wacana ini di publik atau pun di masyarakat luas. Variatifnya bentuk media yang berperan ini, maka tidak heran bila negara-negara luar ikut serta dalam mengonsumsi wacana fenomenal ini.
Ada beberapa dampak bila wacana ini terus dibiarkan di publik seiring dengan perkembangan hukum “si pelaku” video mesum, di antaranya: perubahan kultur, paradigma, dan realisasi. Perubahan kultur akan terkait dengan ketabuan topik di dalam masyarakat kita. Seks adalah suatu topik yang tabu dibicarakan di publik, karena itu bila intensitas wacana seksualitas atau pun pornografi terus dibiarkan dan bahkan semakin meningkat, maka ketabuan tersebut kemungkinan bergeser menjadi tidak tabu. Tidak jauh berbeda dengan kultur, paradigma seseorang pun akan bergeser dalam memaknai suatu artis di media-media publik sehingga konotasi seseorang terhadap artis yang berlatar sosial atau berlatar individual yang hampir sama akan menyetarakan dengan “si pelaku.” Sedangkan eksistensi wacana seksualitas tersebut justru meningkatkan potensi seks dalam diri seseorang yang tidak tepat secara norma-norma agama dan budaya untuk merealisasikannya.
Selain itu, penggiringan opini publik untuk menghakimi “si pelaku” atas wacana ini merupakan hal utama yang harus dikritik. Berbagai media mewacanakan fenomena video mesum itu dengan istilah “video mirip X”. Seolah-olah media yang memberitakan telah mengetahui kepastiannya bahwa video tersebut hanyalah video amatiran dengan tokoh palsu. Kalau pun benar bahwa tokoh dalam video tersebut merupakan tokoh palsu, mengapa “si pelaku” atau tokoh tersebut harus dipenjarakan? Pertanyaan inilah kemudian menjadi penggiringan untuk menarik simpati publik.
Satu pertanyaan yang akan mempengaruhi budaya masa depan kita di masyarakat atas meningkatnya wacana ini adalah, apakah kita akan terus membiarkan wacana ini meluas hingga seorang anak kecil memiliki penasaran terhadap video tersebut?
Meskipun wacana ini merupakan topik yang tabu, namun tidak semestinya media massa meningkatkan intensitas kemunculan wacana ini, karena penyebaran wacana ponografi tidak jauh berbeda dampaknya dengan penyebaran video mesum. Wacana pornografi seharusnya diiringi dengan wacana seksualitas yang sesuai dengan kadar usianya. Media massa (berbebagai bentuk media) tidak seharusnya terus membiarkan wacana ini meningkat dengan berbagai bentuk pemberitaan, dan berbagai bentuk peristilahan. Berita yang otentik adalah berita yang baik bagi masyarakat.


Fredy Wansyah Putra
Mahasiswa Sastra Indonesia, Unpad.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes