ARTIKEL PINTASAN

Saturday, March 29, 2014

Ulumul Qur’an, Majalah Penunjang Pemahaman

sampul majalah Ulumul Qur'an (foto: lsafpress.blogspot.com)



Ulumul Qur’an - Sebuah buku yang tebal dan mencerahkan sehingga tak akan pernah mudah jenuh membacanya. Begitu banyak ulsan-ulasan cendikiawan muslim. Beragam persoalan dan pemahaman diangkat menjadi topik ulasan para cendikiawan muslim. Namun, di dalamnya juga terdapat ulasan-ulasan dari kaum nonmuslim, yang mengurai pandangannya perihal teologi. Semua tersaji melalui tulisan-tulisan artikel yang cukup ketat, seakan ilmiah nan populis.
Saya dapat memahami berbagai wacana ke-Islaman dan teologis secara umum maupun spesifik (ke-Islaman). Mulai dari tafsir, tauhid, fiqih, sosial-kultural, sejarah, hingga politik (bukan pengertian politik artian sempit). Begitulah majalah Ulumul Qur’an tersaji.
Memahami namanya, Ulumul Qur’an, mengandung pesan bahwa majalah yang cukup dikenal di era 90-an ini dikemas sebagai ruang ilmu dan diskursus penunjang dalam memahami Al-quran. Istilah “ulumul” berasal dari kata “ilm(i)”, yang berarti mamahami. “Ulumul” merupakan bentuk jamak dari “ilm(i)”, sehingga “ulumul” diartikan sebagai “ilmu-ilmu”.
Sebelum lebih jauh mengurai tentang isi, saya mencoba menelusuri penamaannya. Setelah saya buka-buka lembar demi lembar, saya temui di salah satu bagian kolom surat pembaca. Pembaca memprotes penamaan Ulumul Qur’an. Berikut kutipan kritik nama Ulumul Qur’an tersebut.
Kami membaca Ulumul Qur’an Nomor 3 Vol. IV Tahun 1993. Di dalamnya kami dapatkan tulisan seorang Orientalis Yahudi: R William Liddle dan suplemen tentang Universitas Satya Wacana serta tulisan Victor Tanja, dosen Sekolah Tinggi Theologi Jakarta. Ulumul Qur’an juga memuat wawancara dengan Romo Dick.
Karena jurnal tersebut milik Anda, maka adalah hak Anda untuk memuat tulisan siapa saja, seorang marxis-kafir sekalipun. Tetapi yang kami persoalkan adalah nama jurnal Anda menggunakan kata Al-quran. Al-quran adalah nama kitab suci umat Islam sedunia. Sungguh mati ketika kami membulak-balik jurnal Ulumul Qur’an. Kami jadi mengibaratkannya seperti pastur atau pendeta Kristen yang ceramah di depan pengajian orang Islam di dalam Masjid. Bagi Anda, barangkali boleh-boleh saja. Tapi hati nurani kami berkata: “Apa tidak ada tempat lain? Kenapa tidak di aula saja?” Atau, rubah dulu masjid Anda menjadi gedung pertemuan. (Dikirim oleh KH A Kholil Ridwan. Kutipan ini terpajang di kolom Surat Pembaca).
M. Quraish Shihab, salah seorang Dewan Redaksi Ulumul Qur’an, menjawab pandangan Kholil Ridwan. Berikut nukilan jawab Quraish Shihab, yang saya nukil beberapa jawaban yang penting.
Ada yang beranggapan bahwa Ulumul Qur’an itu adalah ilmu-ilmu yang bisa menunjang pemahaman kandungan Al-quran. Lantas dibatasi bahwa ilmu itu adalah ilmu bahasa, ilmu-ilmu agama dan sebagainya. Betapapun, saya tidak melihat bahwa sesungguhnya penggunaan nama Ulumul Qur’an untuk majalah adalah sesuatu yang terlarang. Apalagi kalau kita berpendapat begini: Al-quran itu berbicara tentang berbagai hal. Bahkan Al-quran menguraikan pandangan-pandangan orang-orang yang tidak percaya kepadanya, sehingga kalau Al-quran saja begitu, apalagi majalah yang namanya Ulumul Qur’an.
...
Ada sebuah kitab tafsir Iqra’ karangan Dr. Ayyad. Dia katakan begini, saya sungguh banyak mendapat inspirasi dalam memahami Al-quran setelah saya berkunjung ke Piramid. Dia mencontohkan, waktu dia membahas ayat Kalla lanasfa ‘am bi al-nasiah. Nasiah itu artinya ubun-ubun. Saya tidak tahu mengapa Al-quran berkata demikian, “akan diseret ubun-ubun”. Melalui Piramid, dia mendapat penjelasan bahwa pada zaman dahulu, ubun-ubun itu merupakan tempat yang terhormat. Dari sinilah dia dapat memahami ayat tersebut. Jadi kalau seandainya di Ulumul Qur’an diuraikan mengenai Piramid, itu bisa menunjang penafsiran terhadap ayat. Saya melihat tulisan yang ada di Ulumul Qur’an semuanya bisa menunjang pemahaman kita mengenal Al-quran.
Jadi kesimpulannya, yang dinamakan Ulumul Qur’an adalah semua ilmu yang dapat menunjang pemahaman dan bukti kebenaran Al-Quran.

Beragam pandangan dan beragam sisi memahami suatu sejarah ke-Islaman (beserta umatnya, sebagai sosial). Bagi saya ini menjadi semacam gelas yang beragam ketika saya akan minum. Tergantung pada kebutuhan (kehausan) dan kemampuan, gelas mana yang akan kita gunakan. Pemahaman sejarah akan berguna dalam kontekstualisasi teks, sehingga saya tidak akan mati oleh teks. Sayalah yang harus “menghidupkan” teks itu, memaknai.
Salah satunya tafsir kata alamin (dalam kalimat Rabb al-alamin). Diuraikan, bahwa di dalam tulisan tersebut, ada dua kemungkinan makna. Pertama, alamin berarti mahluk Tuhan yang berakal (manusia dan jin). Kedua, alamin berarti alam semesta. Di dalam artikel Menafsir Kembali Kosmologi Al-Quran, ditulis oleh Sirajuddin Jar, menjaskan bahwa alamin itu merujuk pada manusia dan jin. Sementara alam semesta (langit dan bumi) tertulis melalui “al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma”.
Ulumul Qur’an menghadirkan wacana-wacana. Tentu wacana-wacana itu pun terbatas. Pada dasarnya Ulumul Qur’an adalah sebuah majalah, yang memiliki keterbatasan ruang. Tidak melulu dapat dibahas secara panjang lebar. Setidaknya, Ulumul Qur’an, yang hadir melalui ratusan halaman setiap terbitannya, selalu memberi khazanah keilmuan dan membantu memahami isi Al-quran itu sendiri.
Namun, kabarnya terbaru apakah Ulumul Qur’an masih terbit atau tidak, saya tidak tahu. Ulumul Qur’an yang saya jelaskan di sini ialah Ulumul Qur’an bundelan dari beberapa kali terbitan. Tetapi saya beruntung bisa menemui Ulumul Qur’an bundelan ini, setidaknya memberi kesempatan saya untuk mengaktualisasi dan memahami lebih jauh perihal ke-Islaman.

Share this:

2 comments :

  1. majalah ini terbit lagi tahun lalu, nggak tahu apakah masih berlanjut...yang sepintas saya lihat saat di Gramedia, isinya lebih ringan (untuk tidak mengatakan jelek) dibanding dulu.

    ReplyDelete
  2. Yang ngelola masih orang lama gak yakira-kira, Bang? Nanti aku coba tengok-tengok dah di toko buku.

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes