ARTIKEL PINTASAN

Saturday, March 29, 2014

Jokowi dan Pesawat MH370

peta pencarian pesawat MH370 (foto: blogspot)


Jokowi dan Pesawat MH370 - Pencapresan Jokowi dan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 adalah dua wacana yang terus mengisi media-media massa belakangan ini. Jokowi disorot karena konon katanya satu-satunya capres terpopuler. Pencapresan Gubernur DKI Jakarta itu tentu memunculkan prediksi awal khalayak, Indonesia akan dipimpin oleh Jokowi setelah era SBY selesai. Sementara pesawat MH370 hilang tanpa diketahui keberadaannya secara pasti, kecuali prediksi dan prediksi. Padahal, pencarian pesawat telah dilakukan puluhan negara. Sudah berminggu-minggu, hingga saat ini, Kamis (27 Maret 2014), belum ada kepastian ril perihal bangkai pesawat tersebut.
Pencapresan Jokowi disukai pasar. Pendeklarasian Jokowi pada Jumat dua pekan lalu diikuti imbas positif pasar. Hal itu terlihat dari kepercayaan pemodal mengucurkan modalnya, sehingga berimbaslah pada yang lainnya. Lantas, seperti pandangan umum yang telah berkembang, benarkah Jokowi pesanan pengusaha? Lebih baik meninggalkan pertanyaan itu, dan menyimpulkan saja bahwa Jokowi merupakan figur yang disukai pasar. Mereka yang menyukai bukan semata berasal dari dalam negeri. Dapat diasumsikan bahwa mereka berasal dari luar negeri, orang asing yang bermain modal di Indonesia.
Tentu mereka telah memperkirakan, seperti permainan catur, melihat situasi politik di Indonesia belakangan ini. Wilayah perundangan-undangan dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi pemicu kehati-hatian mereka. Posisi mereka tidak aman dalam pengelolaan dan penerbitan undang-undang itu. Padahal, mereka masih ingin terus mengendalikan (eksplorasi) sumber daya alam Indonesia. Salah satunya ialah Undang-Undang Mineral dan Batu Bara, yang sejak 2012 digoyang dan tidak ada kepastian yang menguntungkan mereka. Untuk “pengamanan” itulah mereka seperti bermain catur, mana figur yang layak dan mana figur yang tidak layak. Mana calon yang menguntungkan dan mana calon yang tidak menguntungkan.
Setali tiga uang, momen pencapresan itu kiranya boleh kita mengaitkan dengan pencarian pesawat MH370. Berawal dari asumsi Jadul Maula, yang menyatakan bahwa pencarian pesawat menunjukkan strategi “penguasaan terselubung” wilayah kelautan di sepanjang laut China dan sekitarnya. Jadul memprediksi, China dan asia sekitar Cina menjadi tujuan “pengintaian” Amerika Serikat. “Mereka nantinya terus bilang mencari dan mencari. Lalu mereka membuat semacam pelabuhan-pelabuhan kecil untuk kapal-kapal. Kebanyakan mereka dari AS dan sekutu kan,” kata Jadul.
Ternyata, perkembangan terkini, fokus pencarian pesawat yang sebagian penumpangnya (6 orang) merupakan warga negara Indonesia itu bergeser ke perairan terdekat dari Australia. Tentu saja pandangan di atas itu dapat berterima dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan mendasar. “Masa sih teknologi sudah secanggih ini sulit menemukan pesawat sebesar itu? Kemana aja satelit-satelit dunia? Masa sih minyak avtur tidak berbekas jika pesawat tercebur ke laut? Kenapa pencarian pesawat cuma dilakukan negara-negara Amerika dan sekutunya? Mana kekuatan teknologi negara-negara anti-Amerika?”
Dari uraian itu, tampaknya layak diasumsikan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang perlu diwaspadai AS. Asosiasinya, bisa saja karena kewaspadaan ekonomi, sosial-politik, maupun lainnya. Sebagai negara yang dekat dari Laut China maupun Samudera Hindia, Indonesia hanya salah satu negara kecil yang disasar “pelabuhan ilegal” AS dan sekutu. Strategi itu tidak akan efektif tanpa upaya pendorongan pemimpin yang terkontrol.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes