ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, March 18, 2014

12 Years a Slave, Perjuangan Kebebasan






salah satu adegan 12 years a slave (foto: blogspot)
Review Film 12 Years a Slave Kebebasan merupakan cita-cita manusia. Kebebasan dianggap menjadi suatu cara menjadi manusia lebih manusiawi. Termasuk bagaimana upaya menjaga kebebasan suatu kelompok dari kelompok lain.
Potret itulah yang diusung di dalam film 12 Years a Slave. Film yang digawangi sutradara Steve McQueen ini mengisahkan kehidupan perbudakan di Lousiana. Menceritakan nasib seorang budak kulit hitam Solomon Northup.
Solomon merupakan seorang bapak yang baik dan ceria bagi keluarga, istri dan anaknya. Tetapi, berlatar perang sipil, Solomon diculik. Dia tak punya upaya menyatakan kebenaran. Akhirnya dia dijual sebagai budak ke Lousiana.
Kehidupan Solomon berubah. Tak lagi mendapati keluarganya. Tak lagi mampu menemani keluarganya. Solomon telah menjadi budak. Tak ada lagi komunikasi dengan anak dan istrinya. Di tempat perbudakan, dia menjadi pekerja paksa di kawasan pertanian. Memetik hasil tani, seperti kapas. Sesekali dia mengingat keluarganya. Di sana pula dia tak dikenal sebagai Solomon, melainkan Platt.
Solomon mendapat dua kali pertukaran majikan. Pertama, dia bersama majikan Wiliam Ford. Kedua, bersama majikan Edwin. Pada masa majikan kedua, Solomon mendapat perlakuan keji. Kerja paksa dan pengawasan cukup tinggi. Hukuman cambut selalu mengintai. Akibatnya, tekanan membuat dirinya terus berpikir untuk keluar dan membicarakan kebenaran serta keadilan.
Di kamp perbudakan, dia mendapati teman seorang kulit putih, Armsby. Begitu respeknya Armsby kepada bapak yang biasa dipanggil Platt itu. Suata malam, Platt berpikir, sarat merupakan langkah terbaik menceritakan sesungguhnya kepada rekan yang dia kenal. Hingga suatu malam, Platt meminta Armsby mengirimkan surat. Namun, Armsby berkhianat. Armsby adalah mata-mata yang ditugasi untuk mengawasi kehidupan para budak.
Platt terus berusaha berkirim surat ke Marsville. Tujuannya, memberitahu perihal kehidupannya sebagai buruh dan jatidiri Platt sesungguhnya.
Platt sebagai buruh akhirnya diketahui oleh James Burch. James mendapat surat tentang tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepada Platt. James menjemput dan memastikan Platt di kebun kala memetik kapas. Platt bukanlah Platt, melainkan Solomon Northup.
James membawa Solomon ke tempat semula, tempat keluarga besarnya tinggal. Setelah 12 tahun tak bertemu keluarga, banyak kehidupan keluarga Solomon yang berubah. Salah satunya, anak Solomon telah menikah dan memiliki anak. "Ini cucumu," kata anak perempuan Solomon.
Pada akhir film peraih penghargaan Golden Globe ini, setelah bebas dari perbudakan, Solomon berupaya memperjuangkan kehidupan perbudakan melalui jalur hukum. Namun, hasilnya tidak seauai harapan kaum perbudakan. Selanjutnya Solomon menerbitkan buku, pada 1853, 12 Tahun. Hingga kini, sebab kematian Solomon tidak diketahui. Namun, dia telah menjadi tokoh pejuang kebebasan bagi kelompok tertindas, kelompok kulit hitam.

Share this:

2 comments :

  1. Nice article! Lagi belajar nulis, semoga bisa kaya sampean nantinya :p http://leonardfresly.blogspot.com/

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes