ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, March 18, 2014

Jadul Maula: Studi Islam Nusantara Adalah Jembatan






naskah kuno (foto: blogspot)
Islam Nusantara Pesawat itu (MH370) sudah sekian hari tidak ditemukan, sehingga membuat banyak pihak berspekulasi maupun berasumsi keberadaan serta keadaan pesawat Negeri Jiran tersebut. Di lain tempat, Rusia, lewat kepemimpinan bekas intelijen Rusia, Vladimir Putin, kini melakukan “perluasan” ke Ukraina. Di Selatan Benua Amerika kecambuk kepeminpinan Venezuela tak kunjung usai setelah kematian Presiden Hugo Chavez beberapa bulan yang lalu, dengan ditengarai adanya intervensi negara adikuasa. Selain itu, pun persoalan-persoalan di Timur Tengah yang tak kunjung usai.

“Kayak gini bisa buat Perang Dunia,” begitu Jadul Maula mengomentari, berprediksi, soal “kekacauan” dunia saat ini, pekan kemarin, di beranda Pondok Pesantren Kaliopak. Analisis seperti itu mengingatkan bagaimana bapak lima anak ini memandang sejarah Islam di Indonesia.

Sejarah Islam di Indonesia tidak bisa dipandang hanya dari satu titik wilayah saja. Dengan berupaya sekonprehensif mungkin dan dengan struktur yang selalu berupaya mendekati kesempurnaan, Jadul Maula memandang bahwa sejarah kelahiran Islam harus dipandang seumpama puzzle. Baginya, puzzle tersebut telah berserakan dan tugas kita berusaha menyempurnakan serakan menjadi suatu gambar yang utuh agar mampu memahami teka-teki gambar yang utuh.

“... hendaknya dinikmati seperti permainan puzzle di mana setiap ‘penemuan’ atau teori dianggap sebagai satu potongan yang tidak sempurna, yang harus segera dicarikan potongan/teori lainnya untuk digabungkan atau dihubung-hubungkan atau dikombinasikan, dengan berbagai cara, baik menyamping, menyilang atau memutar, sehingga memperoleh bentuk atau gambar semakin mendekati kesempurnaan, terus menerus. Oleh karenya tidak dapat dibayangkan bahwa Islam masuk ke nusantara pada suatu waktu tertentu, oleh seseorang atau sekelompok orang dengan profesi, motif dan identitas keagamaan yang homogen, kemudian secara linier berkembang dan menyebar ke seluruh nusantara,” kata pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak ini, seperti dimuat di jurnal Tashwirul Afkar, edisi 19 Tahun 2006.

Baginya, cara memahami sejarah Islam yang tidak komprehensif merupakan cara pikir yang tidak realistis. Pemisahan maupun pengotakan menyebabkan ketidakjelasan pada bagian-bagian tertentu, yang mungkin saja menjadi bagian penting. Apalagi, sesungguhnya suatu bagian itu tidak terpisahkan dari bagian lainnya.

Hal yang tidak komprehensif itu pula yang menyebabkan Jadul Maula berang tanpa orang yang ditujukan kala dirinya membaca buku Islam: A Short Story karangan Karen Amstrong, sebuah ulasan sejarah Islam dunia dari zaman Jahiliyyah dan kelahiran Nabi Muhammad Saw (6-7 M) hingga era Muhammad Khatami. “Amstrong juga berbicara tentang problem minoritas muslim di Eropa dan Amerika, wacana tentang ‘negara Islam modern’, ‘fundamentalisme’ dan sejenisnya. Tapi ‘aneh’ tak ada satu pun kata Indonesia disebut dalam bukunya itu, apalagi mengenai sejarah Islamnya maupun dilema-dilema dan eksperimentasi keberagaman penduduk muslimnya, yang konon terbesar di dunia ini,” tulis Jadul Maula.

Menurut Jadul, Amstrong mengabaikan sejarah apa yang ia sebut “Islam Nusantara”. Pengumpulan serpihan-serpihan sejarah, mengaitkannya, serta memahami dengan cara multidisiplin itulah bagi Jadul Maula disebut sebagai sejarah “Islam Nusantara”. Islam Nusantara hadir karena adanya penyebaran Islam ke Aceh, Palembang, Kediri, Gresik, dan lainnya. Islam Nusantara ada karena penyebar Islam berasal dari Arab, India, Persia, Campa, Cina, Asia Tengah, dan lainnya. Karena itu, dia menganggap bahwa Islam di nusantara ini tidak lahir hanya berdasarkan satu tolak ukur aliran ataupun bagian dari Khawarij atau Mu’tazilah.

“Padahal sesungguhnya, studi Islam Nusantara adalah wilayah studi yang semestinya dikembangkan untuk menjadi jembatan kreatif antara studi Islam Lokal dengan Islam Indonesia,” tulis Jadul.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes