ARTIKEL PINTASAN

Monday, March 17, 2014

Mengenang






ilustrasi (foto: blogspot)
Mengenang Gubernur Joko Widodo baru saja dideklarasikan sebagai calon presiden dari partainya, partai trah keluarga Soekarno. Malam harinya, setelah pendeklarasian Jokowi pada sore harinya, saya bilang, seperti opini sebagian orang lainnya juga, ke teman saya, Daniel Pay, aktivis, “Jokowi akan sama seperti Presiden sekarang, SBY.” Ingat kan bahwa kala itu SBY digadang-gadang sebagai capres terpopuler karena seorang militer nan tampan.
Itu hanya sebuah perbincangan kenangan, di antara dua hal yang mirip. Mengenang masa lalu atas adanya fenomena atau kemunculan hal yang mirip. Kita akan mengenang banyak hal saat muncul kemiripan. Seseorang mungkin akan terkenang masa-masa kejayaannya ketika dirinya tengah membicarakan masa-masa kejayaan orang lain. Seseorang akan terkenang tragedi pembunuhan sadis di Bandung, alm Yovie, ketika muncul pembunuhan baru yang mirip. Seseorang akan terkenang tragedi pembunuhan bersejarah, pembunuhan massal, tahun 60-an, ketika muncul tokoh yang terkait dengan pembunuhan tersebut.
Dalam suatu kesempatan, belum lama ini, saya menemui seorang lelaki yang getol merebut pacar saya. Saya ingin mengetahui banyak hal dan konfirmasi banyak hal atas apa yang dia nyatakan kepada pacar saya ketika itu. Termasuk salah satunya, apakah kelak dia mampu memperistri pacar saya, yang kini sudah tidak pacar saya karena kegetolan dia memperebutkan. “Apa kau bisa?” aku bertanya, ketika itu kami berbincang di rumahnya, Dago Pakar. “Saya tidak yakin. Tidak yakinnya, apa mungkin dia bisa melupakan kenangan-kenangan hubungan kalian? Itu kan gak mudah ya,” kata lelaki bernama Riziq Hamama itu. “Tentu, karena kalau mau gak terkenang, kan ini soal memori, ya jadi gila atau mati barulah gak terkenang,” begitu cetusku, yang ternyata diam-diam dia merekam pembicaraan kami, suatu tindakan yang tidak etis, merekam tanpa meminta izin.
Suatu kesempatan saya melihat Goenawan Muhamad, setelah konser Eros Djarot di JCC. Kebetulan, kala itu berita Denny JA masih terbilang hangat-hangatnya atas rencana penerbitan buku 23 penyair. Bermaksud menyapa dan mendapatkan quote berita, saya sapa seorang bapak dua anak itu. “Mas, mau bincang soal Denny JA,” kata saya. “Yang mana?” dia bertanya. “Soal penerbitan buku dan proyekan-proyekan dia,” jawab saya. “Soal itu ada di internet, silakan Anda baca dan kutip dari situ. Saya tidak mau mengulang-ngulang (enggan mengenang),” kata dia menimpali.
Begitulah nukilan bagian-bagian tentang kenangan. Selalu ada kenangan mengalir di dalam pikiran, entah itu kenangan pribadi, kenangan bersama, kenangan penting di tengah masyarakat (sejarah), kenangan baik, kenangan buruk, kenangan romantis, kenangan kasar, kenangan fantastis, hingga kenangan amoral. Ada yang takut, ada yang menjadikan hikmah, ada yang kritis, ada pula yang terlena.
Bagi mereka yang bijak, kenangan akan menjadi hikmah tersendiri, dengan cara pikir positifisme, apa yang baik diambil dan apa yang tidak baik dicampakkan. Bagi mereka yang teliti akan menjadikan kenangan sebagai bahan reflektif untuk melangkah. Sementara bagi mereka terganggu kejiwaannya, kenangan akan menjadi sebuah momok atau sesuatu yang menakutkan.
Suatu saat, kelak, tulisan ini pun mungkin akan membuat saya terkenang bagaimana dan seperti apa latar penulisan catatan ini. 

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes