Lanjutan "Usia (I)"
adegan film Elegy |
Usia, Tinjauan Film Elegy - Pendapat penulis
asal Rusia itu mampu melegitimasi sikap yang ia pilih. Ia ingin hidup bebas. Ia
tidak ingin ada keterikatan. Bebas tanpa ikatan relasi. Baginya, masa tua
adalah kenikmatan yang harus dirasakan sendiri, menikmati tanpa banyak beban.
Setelah kegelisahan
itu, sang profesor memandang seorang mahasiswi duduk di dalam ruang kelasnya.
Cantik. Berparas seksi. Dibalut dengan kemeja putihnya. Namanya Consuela
Castillo. Perempuan keturunan Cuba. Pertemuan kala sang profesor mengajar itu
mengarahkan pada ketertarikannya terhadap sosok mahasiswinya, Consuela.
Sang profesor
mengakumi perempuan itu, yang mengingatkan dirinya terhadap sebuah lukisan
karya Francesco de Goya. Pertemuannya kembali pada suatu acara membuat Sang
Profesor memiliki kesempatan untuk menunjukkan lukisan tersebut kepada
Consuela. Proses memperhatikan lukisan itu menjadi momen khusus bagi Sang
Profesor. Tanpa sengaja Sang Profesor mencium rambut Consuela. Consuela
merasakan itu.
Selanjutnya
hubungan antara dosen dan mahasiswi itu menjadi dekat. Benar-benar dekat,
hingga tubuh kedua tidak berjarak di atas kasur. Kedekatan tubuh seperti itu
terulang, lagi, lagi, dan lagi. Sang Profesor mengagumi keindahan tubuh
Consuela. Sungguh mengagumi dada, wajah, dan lekuk tubuh Consuela. Baginya
tubuh Consuela adalah keindahan tubuh yang sempurna.
Ia ingin selalu
menikmati keindahan Consuela. Namun, baginya, usia tua tidak mampu mempertahankan
keinginan itu. Ia merasa akan kalah dengan pemuda-pemuda lain, yang ingin juga
menikmati keindahan Consuela.
Di tengah
hubungan dosen dan mahasiswi itu, Sang Profesor telah memiliki hubungan tanpa
keterikatan dengan perempuan paruh baya, Carolyn. Sama seperti Consuela, Carolyn
juga diajak saling menikmati tubuh, berdua, di atas kasur. Di antara kedua
perempuan itu, ia memilih Consuela.
Sikap
kegelisahan muncul atas keindahan Consuela. Ia cemas pada diri Consuela, yang
semakin lama menikmati keindahan itu justru membuatnya kecewa karena
pemuda-pemuda lain akan memperebutkan Consuela, sehingga Consuela akan
meninggalkan Sang Profesor yang mahir dalam teori seni dan teori sastra itu.
Namun, ternyata
kecemasan itu salah. Consuela justru memilih Sang Profesor, lelaki yang 30
tahun lebih tua. Consuela tidak ingin jauh dari diri lelaki tua yang gemar
minum minuman beralkohol itu, dengan ditandai kelancaran menyebut nama-nama
minuman beralkohol glenfiddich, bourbon, vodka, cointreu, greund marnies, dan armagrac.
Tindakan David
Kepesh itu benar-benar menikmati usia tua, dengan cara mencintai seorang
perempuan yang memiliki keindahan. Tanpa berpikir latar, keduanya mampu
berkali-kali berdekatan tubuh tanpa jarak. Sampai kedua benar-benar menemukan
ketakutan atas perpisahan (kepergiaan).
Sebagai penonton
film garapan Isabel Coitex ini, apa yang diperagakan sosok Profesor David
Kepesh melalui aktor Ben Kingsley, dapat menyimpulkan bahwa menikmati
kesendirian masa tua tanpa keterikatan justru membawa kecemasan. Seperti adegan
Ben Kingsley dan Penelope Cruz pada akhir masa film, Ben Kingsley memeluk Penelope
Cruz dengan cara tidur sejajar di atas kasur pesakitan. Bersama Consuela,
Profesor David Kepesh menunjukkan dirinya ingin hidup seribu tahun lagi.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.