ARTIKEL PINTASAN

Friday, November 6, 2009

Tokoh Sastra yang Eksotis pada Periode 45




Tokoh Sastra yang Eksotis pada Periode 45
Siapa tak kenal Chairil Anwar? Chairil adalah tokoh sastra atau sastrawan yang paling berpengaruh di dunia perpuisian. Puisinya yang berbentuk sajak menyebar hingga sekolah-sekolah di nusantara ini. Tidak sedikit pula siswa-siswa sekolah yang mengetahui puisi-puisinya. Dan, metode materi sastra yang disuguhi oleh sajak-sajak Chairil Anwar ke berbagai sekolah menjadi salah satu indikatornya.
Chairil Anwar adalah salah satu tokoh yang masuk pada periode 45. Selain Chairil sebenarnya masih banyak penyair-penyair yang patut diperhitungkan, namun karya-karya mereka tidak seemotif karya Chairil. Sajak yang diciptakannya pada masa itu membawa kebaruan. Bentuknya lebih bebas dari sajak-sajak yang telah ada terdahulu. Namun, bukan berarti Chairil menjadi tokoh sastra yang tidak mendapat kritikan dari beberapa pengamat sastra. Salah satu kritikan tersebut mengarah pada karyanya yang memiliki kemiripan dengan karya sastrawan Eropa. Chairil pun dikatakan sebagai plagiator pada fase kritik karya tersebut.
Terlepas dari penilaian hal di atas, bagi saya Chairil hanya seorang tokoh sastra yang telah berhasil menciptakan karya sastra. Dia bukan ‘dewa’ sastra dan bukan pula ‘nabi’ yang membawa sabda-sabda melalui karya sastra. Di balik penciptaan karya-karyanya tersebut masih perlu dipertanyakan. Bila saya kaitkan (mungkin bukan hanya saya) dengan kehidupan dan penyebab kematiaannya sangat ironis. Ada yang mengatakan bahwa kematian Chairil Anwar disebabkan penyakit kelamin yang dideritanya. Bila beranjak dari hal ini, kemungkinan logisnya adalah Chairil sering ‘bermain’ perempuan. Tapi, bagi saya hal seperti itu wajar. Kekuatan libido manusia normal tidak dapat dibendung dengan semena-mena, itu artinya melakukan hasrat libido merupakan hal yang wajar. Maka dari itu saya katakan Chairil merupakan manusia biasa yang telah berhasil menciptakan karya-karya sastra dalam bentuk sajak, dan bukan seseorang yang patut dibongkar kehasratannya.
Karya-karya yang berhasil akan mengidentifikasi penciptanya. Seperti itu pulalah seorang Chairil Anwar. Dia berhasil –berhasil dalam arti berpengaruh terhadap konteks sosial pada masa itu- menciptakan karya-karyanya hingga menembus zaman. Sampai sekarang pun sajak-sajaknya masih sering digunakan atau bahkan menjadi referensi baik itu sepotong dari sajaknya maupun satu sajak utuh. Mungkin juga sajak-sajaknya masih akan terus hidup hingga Indonesia masih berdiri. Keberhasilan ini pula yang dapat menyimpulkan seorang Chairil merupakan tokoh sastra yang peduli terhadap kehidupan sosial (realita sosial). Pada masa-masa kehidupannya problematik kehidupan berbangsa belum dapat dikatakan steril dari penjajahan (dalam konteks penjajahan fisik), sehingga Chairil mencoba perlawanan terhadap musuh kemanusiaan melalui sajak-sajaknya. Bila mengutip penilaian iwan Simatupang pada sebuah esainya tentang Chairil Anwar, sajak-sajak Chairil penuh dengan romantik dan emosi yang menjadi salah satu perbedaan dengan penyair-penyair lainnya yang sezaman.
Eksotis. Itulah karya yang telah diciptakannya. Saya menilai eksotik karena tidak akan pernah muncul lagi sajak-sajak seperti sajak-sajak Chairil Anwar. Chairil hanya hidup sekali, dan berada pada ruang dan waktu yang dimilikinya. Ruang dan waktu itulah yang berhasil menciptakan sajak-sajak tersebut, dengan formulasi imajinasi, intelektual, dan emosi seorang Chairil Anwar. Tidak mungkin ruang dan waktu pada masa Chairil Anwar hidup akan muncul kembali.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes