ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, January 6, 2009

Korupsi, Penempatan Tokoh Utama, dan Sosok Pengarang pada Perempuan dalam Novel Korupsi



Karya yang apik, pengarang yang pantas mendapatkan nobel sastra, dan penuh ekspresi dari penokohan. Itulah predikat yang wajar didapatkan oleh seorang penulis papan atas di Indonesia sepanjang masa setelah menghembuskan nafasnya pada tahun 2006 lalu. Tidak seorang pun mahasiswa sastra di Indonesia ini tidak mengenal nama Pramoedya. Bahkan karyanya pun telah di terbitkan dengan beberapa macam bahasa, seperti karyanya yang terkenal adalah Tetralogi Buruh.
Salah satu dari puluhan karya yang dihasilkan Pramoedya Ananta Toer adalah Korupsi. Jika banyak yang mengatakan bahwa karya-karya Pram lebih didominasi dengan sejarah, menurut saya Korupsi lebih menekankan pada ‘argumentasi’ tentang korupsi. Selain pertanyaan-pertanyaan secara general, pertanyaan-pertanyaan lain pun dapat dimunculkan sebagai pembedahan pengetahun tentang korupsi melalui novel Korupsi, seperti bagaimana korupsi dapat di atasi, mampukah seorang istri pelaku korupsi menyadarkan pelaku korupsi atau koruptor (seorang suami), dan apakah dampak korupsi terhadap anak dan istri? Seperti itulah saya mencerna karya Pram, Korupsi, layaknya memakan roti dengan meresapi isi roti.
Korupsi menggunakan orang pertama, Aku, sebagai penceritaan tokoh. Secara umum, setiap penokohan ‘Aku’ akan membawa pembaca menjadi seorang pelaku dalam proses pencernaan karya sastra. Saya mencoba masuk dalam penceritaan tersebut melalui tokoh ‘Aku’, seorang pelaku korupsi yang mengakibatkan perceraian dengan istri terjadi dan menelantarkan keempat anaknya. Namun saya sulit merasakan menempatkan posisi tersebut, karena pengalaman pribadi saya belum sampai pada jenjang pernikahan. Tetapi hal itu dapat tertutupi dari berbagai cerita masyarakat dalam membangun rumah tangga. Dapat diartikan pula saya bereksperimen dalam hal ini. Eksperiman dalam ketiadaan pengalaman hidup.
Setelah mencoba menempatkan posisi, Korupsi membawa saya pada kotak tokoh dalam berbagai latar, seperti latar berkeluarga, latar kantor, latar pasar, dan latar di tempat umum. Tidak terlalu sulit memang menempatkan posisi pada tokoh utama, sebab Pram merupakan seorang pengarang yang detail terhadap keadaan suasana sehingga memudahkan pembaca. Pram menceritakan detail melalui tokoh dengan perasaan si tokoh. Ketika tokoh sedang mengalami kebingungan atas tindakan yang baru saja dilakukan, cerita pun timbul dengan gaya dilematis. Dengan penokohan orang pertama inilah sehingga gaya penceritaan pun lebih bergaya dilematis. Dari hal itu, pembaca seolah-olah mampu menjawab dilemma-dilema yang dihadapi.
Ada banyak hal kelebihan jika seorang pembaca karya sastra dengan tokoh orang pertama. Dapat merasakan sesutau hal yang belum pernah terjadi dari empiris pembaca melalui tokoh utama, dapat mengetahui keunggulan sang tokoh dengan mudah, dapat merasakan konflik yang ada, dan kita (Pembaca) dapat merasakan dari perasaan sang tokoh utama. ketiga hal itu saya dapat untuk mengetahui secara luas mengenai korupsi. Akhir kisah, tokoh merasakan perdebatan hatinya yang membawa kehancuran dari hasil korupsi, sehingga saya sebagai pembaca merasakan kekuatan negatif yang ditimbulkan oleh korupsi.
Nilai dan jawaban atas kemiskinan adalah titik tolak korupsi. Begitu pula titik tolak novel Korupsi yang ditulis Pram selama dirinya bermukim sementara di Belanda. Setelah tokoh utama, Bakir, memunculkan keresahannya atas keadaan ekonomi. Dengan empat anak, Bakir menginginkan nilai lebih dan kesejahteraan dengan jalan yang mudah demi menyekolahkan mereka. Korupsi adalah pilihan utama Bakir. Tanpa mengenal lebih dalam efek yang ditimbulkan korupsi, Bakir tetap mengambil pilihan tersebut dengan jabatan dirinya pada sebuah kepegawaian negeri. Padahal, dalam perspektif hari ini nilai lima ribu rupiah tidak berguna dalam mencukupi kehidupan, tapi hal tersebut masih relevan dengan menempatkan kurs rupiah pada saat pengarang menulis di masa sekarang. Nilai-nilai tersebut terus diperoleh oleh Bakir dengan cara korupsi. Barang-barang di kantor berkurang sedikit demi sedikit, dan orderan kantor mulai dikelola Bakir dengan menyimpangkan hasil-hasil dari orderan. Bagi saya, tindakan seperti Bakir merupakan tindakan yang paling tidak manusiawi dari segala tindakan tidak manusiawi yang lain.
Berpikir secara logika, tindakan Bakir merupakan tindakan yang wajar demi mencapai taraf hidup yang sejahtera. Lalu saya munculkan sebuah pertanyaan, apakah logika mengantarkan manusia pada ketidakmanusiawian?
Korupsi saat ini tidak susah kita menemukannya. Berita-berita di berbagai media pun hampir tidak kosong dari berita korupsi. Banyaknya ‘Bakir-Bakir’ yang baru seharusnya menjadikan novel ini wajib baca bagi mereka. Dengan mewabahnya korupsi diberbagai bidang, berarti novel Korupsi karya salah seorang pengurus Lekra ini jarang dibaca oleh masyarakat. Sehingga korupsi dengan mudah dilakukan dan dengan mudah kita dapati.
Nilai dan korupsi tidak dapat terpisahkan. Artinya, tanpa nilai korupsi tidak akan ada, namun bukan berarti tanpa korupsi nilai tidak akan pernah ada. Seperti tindakan Bakir, mengambil keuntungan dari nilai-nilai negara sehingga mengakibatkan kerugian besar terhadap negara. Dengan nilai tersebut, Bakir dapat hidup dengan istri barunya di Bogor. Mobil baru telah didapati Bakir, padahal kerugian negara atas penumpukan nilai tersebut sangat besar berpengaruh dari kehidupan masyarakat. Salah satu masyarakat tersebut adalah istri dan anak-anak Bakir terdahulu.
Selain mengenai korupsi dan penempatan tokoh utama, saya mencoba menelusuri kehidupan pengarang dengan lawan jenis (Perempuan) melalui gaya penulisannya. Pram adalah sosok yang dipuja-puja banyak perempuan. Di sebuah media cetak, saya mengetahui bahwa Pram merupakan sosok lelaki yang banyak pasangan, namun pasangan tersebut bukan pasangan hidup atau istri. Perempuan-perempuan dari berbagai negara pernah dipacari oleh Pram. Dalam novel Korupsi pun hal tersebut dapat terlihat dari proses tokoh utama, Bakir, mendapatkan seorang gadis muda.
Dengan uang dua ribu rupiah, Bakir berusaha mendapatkan hati gadis muda tersebut. Tidak hanya uang, kata-kata pun diberikan oleh Pram dalam ceritanya. Kata-kata itu merupakan kata-kata yang mampu membuat hati perempuan melayang. Seperti salah satu dialog berikut,

…”Dan untukku sendiri, apakah yang bisa kumiliki?”
“Semuanya,”

Dialog antar tokoh tersebut mencerminkan usaha sang lelaki demi mendapatkan hati seorang perempuan. Janji-janji tentang kehidupan ditawarkan oleh Bakir, semua. Segalanya akan diberikan untuk gadis muda itu yang bernama Tijah. Proses atau dialog tersebut menggambarkan seorang pengarang, Pram, lihai dalam mengolah hati terhadap perempuan. Teks Korupsi merupakan citraan seorang Pram yang mampu mengolah hati para perempuan. Sehingga dapat dibenarkan pula bahwa Pramodya Ananta Toer adalah seorang lelaki yang dipuja-puja perempuan di berbagai negara.


Oleh Fredy Wansyah Putra

Share this:

2 comments :

  1. Kang Freiday,

    Kamsia ulasan novel:korupsi-nya Pram. Seorang penulis Maroko, Tahar Ben Jelloun yang sudah khatam novel itu dan berterima kasih kepada Pram. Karena novel itu menginspirasikan lahirnya novel baru. Ucapan terima kasihnya ia tulis di halaman awal novelnya, ini aku kopikan:
    (PS: Tolong dicek, apakah novel tersebut terbit pertama tahun 1954?)
    ............
    Atas terbitnya novel ini, aku berterima kasih kepada Pramoedya Ananta Toer. Seorang sastrawan besar Indonesia yang sedang menjalani tahanan rumah di Djakarta. Ketika aku mengunjungi Indonesia, aku mencoba menemuinya. Sebagai bentuk solidaritasku, kekagumanku, penghormatanku kepada dia. Untuk mengukuhkan antar sastrawan punya andil untuk saling membantu. Di Indonesia, aku mencoba membaca karya Pramoedya bertema korupsi yang diterbitkan tahun 1954. Berangkat dari karya Pramoedya itulah, akhirnya aku mencoba menulis novel berjudul `Der Korrumpierte Mann.` Ternyata negara-negara di Utara kasus sehari-harinya sama dengan negara-negara di Selatan. Kisah itu juga terjadi di Maroko sekarang. Aku ingin mengatakan kepada Pramoedya Ananta Toer, bahwa jiwa-jiwa kemanusiaan di bawah langit yang lain, ribuan kilometer jaraknya, kadang sering kalah, bahkan terpuruk pada kemiskinan. Kisah-kisah lokal bagi sastrawan di belahan selatan menjadi dekat, walaupun negara selatan itu letaknya di timur jauh.

    (Tahar Ben Jelloun)

    ReplyDelete
  2. Menarik juga nich buku..

    Belum tau sebelumnya, coba ah nyari ke Gramed...

    Salam kenal Maz...

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes