ARTIKEL PINTASAN

Sunday, February 1, 2009

Perempuan dan Aktivisme


Perempuan bagi saya, dalam kelakian, adalah mahluk terhebat di dunia. Binatang dan tumbuhan meskipun keduanya meruapkan kebutuhan bagi saya, tetapi kebutuhan tersebut masih berada di bawah kebutuhan terhadap perempuan. Bagitu hebatnya sosok perempuan. Mampu menangis di balik jerami, mampu pula perempuan tertawa di balik kesedihan seorang lelaki.

Namun, saat ini saya bukan tidak membenarkan beberapa tingkah lelaki yang saya kenal. Dari banyak pengalaman hidup, banyak pula lelaki yang ditidurkan oleh perempuan. Maksudnya ditidurkan di sini adalah ditidurkan secara mentalitas. Kewibawaannya terhadap lingkungan sosial tidak lagi menonjol akibat tonjolan perempuan. Ada apa dengan sosok perempuan sehingga dunia kelakian dalam pergerakan tidak lagi berjalan atau disebut dengan mampet? Sebuah pertanyaan yang mampu membangun militansi dunia pergerakan bagi lelaki.

Lelaki yang berada di dunia pergerakan atau aktivis akan menghadapi dua tawaran diri bila dihadapkan pada sosok perempuan ‘molek’. Pilihannya adalah dipengaruhi atau mempengaruhi. ‘molek’ di sini saya sebutkan bukanlah molek secara kekompleksan tubuh melainkan kekompleksan hati dan psikologi. Hati yang tepat diantara dua jenis kelamin yang berbeda dapat saling berbagi dan membagi, sedangkan psikologi dapat saling mengerti dan melindungi. Ketika pembenturan seorang lelaki dihadapkan pada sebuah seksualitas, sebuah kebutuhan manusia, kecenderungan orientasi perilaku adalah seksualitas dengan banyak meninggalkan kewajiban sebagai lelaki aktivis.

Banyak ketertinggalan dunia organisasi pergerakan saat ini salah satu penyebabnya adalah perempuan. Artinya, dengan melekatkan hati dan pikiran sebagai seorang lelaki terhadap perempuan, maka seperti yang saya katakan di atas bahwa lelaki akan berorientasi perempuan demi pemenuhan kebutuhan seksualitas. Seksualitas tidak hanya mengenai tubuh. Bagian-bagian terkecil yang selalu tampak dan perilaku mendekatkan diri pada lawan jenis pun dapat dikatakan sebagai sebuah pola seksualitas. Lelaki yang normal akan mendekatkan diri pada perempuan (lawan jenis) ketika terekam oleh mata adalah sosok perempuan ‘molek’. Kewajiban sebagai aktivis pun, yang selalu hidup memengaruhi sosial dan berjuang terhadap kaum marjinal ditinggalkan dengan adanya sosok perempuan tersebut.

Ada banyak kisah nyata yang saya hadapi, dan tidak memunafikkan diri bagi saya. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat termakan oleh sikap hati karena timbulnya pengaruh hati terhadap pikiran, sehingga kewajiban-kewajiban sebagai penggiat dunia sosial tertinggal.

Share this:

1 comment :

  1. Serius kali tulisan abang nih...Soal Perempuan pula, yang molek pula...agak susah kucerna nih... Denger lagu dulu yuk. Untuk Indonesia...

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes