ARTIKEL PINTASAN

Saturday, August 30, 2014

Belenggu Ekonomi




Konsumsi BBM mobil saya rata-rata 153 liter/bulan. Dengan asumsi harga BBM nonsubsidi Rp11.000/liter, biaya yang harus dikeluarkan Rp1.692.900/bulan. Jika menggunakan BBM bersubsidi, dengan asumsi Rp6.500/liter, saya hanya mengeluarkan Rp994.500/bulan. Nilai subsidi yang saya terima Rp698.400/bulan. Jumlah yang sangat besar di tengah sekitar 28 juta orang miskin dengan pendapatan rata-rata di bawah Rp500.000/bulan.

ilustrasi (gambar: kmpdjogjakarta.blogspot.com)
Belenggu Ekonomi - Salah seorang rekan saya mengirim asumsi akumulasi penggunaan bahan bakar bersubsidi yang dilakukan oleh rekannya. Gambaran konsumsi subsidi itu membuat siapa saja akan merasa ironi menghadapi kenyataan bahwa masyarakat ekonomi menengah atas sangat memanfaatkan adanya kebijakan subsidi.
Era kolonialisme Belanda di Nusantara, masyarakat asli memberontak karena eksploitasi ekonomi. Inlander memeras habis kekayaan alam, kali pertama melalui adanya VOC di Nusantara. Rakyat terpaksa bekerja keras demi memenuhi “kebutuhan” pajak yang ditetapkan Belanda. Dengan spirit pembebasan (dan spiritualitas), masing-masing ketua kelompok di Nusantara memberontak karena tidak ingin selamanya pembayaran pajak hanya untuk inlander.
Situasi saat ini sebenarnya sama dengan situasi belenggu ekonomi masyarakat nusantara pada waktu itu. Sama-sama ketidakadilan. Sebut saja masyarakat Nusantara itu adalah masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sementara inlander itu adalah masyarakat berekonomi menengah ke atas. Yang membedakan secara fisik hanya pada warna kulit, rambut, mata, dan ketinggian badan.
Begitulah saya coba menerjemahkan subsidi yang justru digunakan oleh masyarakat mampu secara ekonomi. Kedua kelas masyarakat (golongan ekonomi menengah ke bawah dan golongan ekonomi menengah ke atas) sama-sama membayar pajak. Namun, yang paling banyak menikmati pajak itu adalah masyarakat menengah ke atas. Hanya 20% subsidi BBM sampai ke tangan orang miskin. Selebihnya, ke perusahaan dan masyarakat mampu.

Saya berpikir, jika demikian apakah 28 juta lebih orang miskin akan memberontak seperti masyarakat Nusantara pada waktu itu? Rasanya sulit…

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes