ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, July 2, 2014

Gaya Video Kampanye



ilustrasi Dhani-Nazi (foto: blogspot)

Gaya Video Kampanye Dhani - Dari kemarin, Rabu (25/06), hingga hari ini para pengguna media sosial beramai-ramai mencerca video kampanye Prabowo-Hatta yang dibawa oleh Ahmad Dhani beserta tiga finalis Indonesian Idol. Cercaan semakin meluas akibat pemberitaan media-media internasional, seperti BBC dan Time. Publik media sosial mencerca gaya Nazi yang ditampilkan Ahmad Dhani. Selain itu, juga keplagiatan musik hingga unsur ideologi Nazisme itu sendiri.
Gaya Ahmad Dhani yang berkostum ala Nazi itu dinilai sebagai ancaman di Indonesia. Pasalnya, Ahmad Dhani dikenal sebagai artis pendukung Prabowo-Hatta. Lagu tersebut juga mengampanyekan Calon Presiden (Capres) dari Partai Gerindra dan koaliasinya. Lagu yang digubah dari lagu "We Will Rock You" itu mengandung ideologi fasisme Nazi, karena konstruksi gaya (keseharian) dan bahasa tubuh Prabowo.
Fasisme dan ahumanis adalah nilai ideologi yang dikritik publik secara menyeluruh melalui kostum ala Nazi Ahmad Dhani di dalam video yang disebar kali pertama lewat Youtube itu.
Video kampanye tersebut hanyalah sebatas video klip yang mengandung kampanye politik pemilihan presiden. Artinya, menilai video tersebut harus menempatkan pada dua sisi. Pertama, video musik sebagai karya pop. Kedua, video kampanye sebagai produk politik.
Video musik sebagai karya pop tidaklah membawa nilai ideologi-ideologi tertentu, kecuali nilai keberlangsungan kapitalisme. Video klip populis tak bertujuan membentuk ideologi nonkapitalisme. Tujuannya semata mencari sensasi agar meraih simpati massa sebanyak-banyaknya. Kuantitas jadi yang utama. Sementara kualitas terabaikan.
Brand (merek) dan kepuasan individu lebih prioritas, seperti apa yang dinyatakan Adorno, fetisisme komoditas. Konsumen mengonsumsi merek. Konsumen mengutamakan kepuasan diri. Tak ada konstruksi lebih dalam. Begitu pula video-video klip umumnya yang kini sering tampil di layar televisi. Penonton maupun konsumen merasa puas atas siapa artis dan bagaimana rasa musik didengar.
Atas tujuan video seperti itulah, artis Ahmad Dhani hanya mencari sensasi. Ia memakai kostum ala Nazi, yang sifatnya ahistoris (mengabaikan nilai sejarah fasisme Nazi), hanya untuk menyasar kuantitas. Kuantitas menuju kuantitas. Penyebaran video ke publik (kuantitas produksi) untuk mencari kuantitas penonton.
Selanjutnya bagaimana dengan sisi politis video kampanye tersebut? Secara politik maupun konstitusional, paham fasisme tidak dilarang di Indonesia. Fasisme sebagai paham negeri asalnya pun berbeda dengan fasisme ala Indonesia, jika sekelompok orang/komunitas berasas fasisme. Fasisme Jerman berorientasi pada kekuasaan global, melawan gerakan kelompok gereja dan antiras non-Jerman. Sementara, bila memahami fasisme hanya sekadar kekerasan, pemaksaan, dan pembunuhan ras hanyalah pemahaman nilainya tanpa kontekstualitas. Begitulah nilai fasisme dari ideologi politik, yang jelas-jelas belum pernah dilakukan di Indonesia sejak kemerdekaan 1945.
Sementara itu, konstitusi pelarangan fasisme Nazi hanya berlaku di Jerman. Di Indonesia, pelarangan ideologi hanya untuk Marxisme/Komunisme, yang hingga kini masih diskriminatif .
Memang pelarangan fasisme Nazi di Jerman karena traumatik sejarah di Jerman. Fasisme di Jerman sangat tidak menusiawi, dengan membunuh maupun memberangus ras Yahudi. Tapi, apakah kita punya traumatik sejarah fasisme Nazi? Pemberangusan ras di Indonesia hanya dilakukan terhadap kelompok penganut Marxisme/Komunisme yang tergabung maupun berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tujuan pemberangusan massal di Jerman dan di Indonesia itu tentu berbeda. Fasisme Nazi ingin menguasai dunia, dengan cara menjadi ras unggul. Sementara di Indonesia bertujuan stabilitas nasional dan politik nasional semata, atas lawan-lawan politik penguasa di masa itu.
Simpulannya, video kampanye "Indonesia Bangkit" hanyalah video populer yang tidak memiliki pesan ideologis yang menakutkan, kecuali kapitalisme itu sendiri. Video tersebut hanya mengandung pesan persuasifitas politik pragmatis. Terlebih gaya Nazi yang ditampilkan Ahmad Dhani, tak ubahnya gaya-gaya setan yang dibawakan Lady Gaga selama ini.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes