ARTIKEL PINTASAN

Thursday, July 3, 2014

Messi dan Suarez Kalah Tangguh dari Wartawan?




Luis Suarez (foto: loritosan.wordpress.com)

Messi dan Suarez Kalah Tangguh dari Wartawan? - Lionel Messi belum terkalahkan pemain sepak bola mana pun. Messi terlalu tangguh dalam hal ihwal menggiring bola dan mencetak gol. Tak ayal, anak ajaib ini mendapat penghargaan pemain terbaik berturut-turut, dengan mengalahkan pesaing terdekatnya, Cristiano Ronaldo.
Jika Messi adalah L Suarez, striker timnas Uruguay, akan berbeda nasibnya. Ah, tapi pengandaian hanyalah pengandaian, soal imaji. Yang jelas, Messi adalah seorang pemain sepak bola yang memiliki yayasan dan rumah amal di negaranya sendiri, Argentina, meski Messi besar dan bermain di Spanyol.
Jika Messi tak terkalahkan, bahkan perebutan pemain terbaik dengan C Ronaldo sekali pun, siapakah yang akan mengalahkan pemain Barcelona itu? Jika seorang pelatih seperti Mourinho membenci wartawan, karena berkuasa membangun opini publik, apakah Messi sebaliknya? Mourinho tahu, wartawan bisa membunuh seorang Mourinho melalui pena atau reportase yang ia buat. Pada tahun 2012, kala melatih Real Madrid, Mourinho mengaku kesal dengan wartawan. Akhir tahun itu, pelatih asal Portugal ini menunjukkan kekesalanya dengan cara membungkam diri maupun mengkritik pertanyaan wartawan. "Anda adalah seorang wartawan, Anda seharusnya punya kemampuan analisis sendiri!" kata Mou kala konfrensi pers, di Bernabeu, Desember 2014, usai melawan Espanyol.
Pelatih memboikot wartawan/jurnalis juga pernah dilakukan Maradona, kala menukangi Timnas Argentina dalam Piala Dunia di Afrika Selatan. “Hari ini rakyat Argentina berpesta, tetapi sekelompok wartawan tak berhak merayakannya bersama kami!” cetus pemain legendaris Argentina itu, setelah Argentina gagal menembus babak 16 besar.
Suatu cerita, kala pertandingan Italia vs Uruguay, di Estadio Das Dunas, Selasa (24/06), sebelum gol terjadi oleh Diego Godin, Suarez terlihat membenturkan diri ke Chielini. Tanpa terlihat wasit, kemudian Chielini jatuh. Suatu kesempatan, bek Italia tersebut mengadu ke wasit, menunjukkan bahunya. Wasit asal Meksiko, Marco Rodriguez, tak anggap peristiwa itu sebagai pelangaran.
Suarez merasa menang atas peristiwa tersebut. Sampai peluit panjang, Suarez selamat dari tuduhan-tuduhan curang di lapangan. Suarez dituduh menggigit Chielini, seperti tingkah Suarez kepada bek Chelsea, Ivanovic, musim 2013-2014. Suarez dituduh sebagai provokator lapangan hijau.
Dua hari kemudian, badan sepak bola internasional FIFA menyatakan bahwa Suarez telah melanggar kode etik dengan melakukan penyerangan. Suarez didenda Rp1,3 miliar dan dihukum larangan bertanding 9 pertandingan dan 4 bulan. Selain itu, mantan pemain Ajax Amsterdam itu juga dilaranh memasuki stadion pertandingan sepak bola.
"Perilaku tersebut tidak dapat ditoleransi pada setiap pertandingan sepak bola. Apalagi insiden ini terjadi di Piala Dunia FIFA, ketika jutaan orang menyaksikannya. Komite Disiplin memperhitungkan semua hal terkait kasus Suarez dengan ketentuan yang relevan dari kode etik," papar Ketua Komite Disiplin FIFA, Claudio, seperti dinukil dari JPNN.
Media-media Eropa, khususnya Inggris, seolah berterima kasih kepada Komisi Disiplin FIFA. Tak ayal, mereka yang bersimpati kepada Suarez mengkritik media-media tersebut. Oscar Tabarez, pelatih Timnas Uruguay, menyatakan mundur dari kepengurusan FIFA akibat hukuman yang menurutnya berlebihan. Tabarez berujar bahwa media-media Inggris berlebihan. "Para wartawan membuatnya seperti itulah satu-satunya yang terjadi. Saya tidak tahu darimana mereka (media) berasal. Namun mereka semua berbicara bahasa Inggris," sindir Tabarez.
Tak ayal, Suarez kalah di tangan para wartawan/jurnalis Eropa. Suarez tak mampu melawan kelihaian para wartawan. Tapi, bukan tak mungkin, wartawan masih bisa melawan Suarez di lapangan hijau meski teknik dan skill kalah jauh.
Dalam perhelatan sepak bola akbar ini, Uruguay mampu menundukkan Inggris di babak fase grup. Pahlawan Uruguay dalam pertandingan tersebut tak lain penyerang Liverpool Suarez. Atas kekalahan itu, Inggris terpaksa pulang lebih dahulu, mengikuti jejak tim-tim unggulan lainnya, seperti Spanyol dan Italia. Bagaimana dengan Messi?

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes