ARTIKEL PINTASAN

Sunday, June 8, 2014

Peniru


 
Karikatur calon presiden Jokowi dan Prabowo (gambar: karikaturgambar.blogspot.com)
Peniru - Tak akan pernah ada pengikut (rupa dan gaya) yang bisa menyaingi kehebatan sosok yang ia ikuti (tiru). Publik lebih menempatkan sosok yang ia tiru sebagai sosok utama, istimewa dibandingkan orang yang meniru. Meniru sama saja memperkuat sosok yang ia tiru.
Mungkin beda cerita jika si peniru dan orang yang ditiru berbeda negara dan beda zaman. Publik memandang dua sosok yang beda zaman dan beda negara itu hanyalah kebetulan belaka. Namun, yang terburuk adalah meniru seorang tokoh pada negara yang sama dan profesi yang sama pula. Apalagi pada zaman yang berdekatan.
Prabowo Subianto pada jelang deklarai calon presiden sangat rajin pakau peci hitam kala tampil di publik. Gaya bicaranya menunjukkan sikap ketegasan. Program-programnya menyajikan cita-cita nasionalisasi perusahaan-perusahaan di bawah naungan BUMN. Mengklaim diri sebagai pendukung keras para petani. Belakangan ini, pendiri Partai Gerindra itu ingin mengusung "Macan Asia" Indonesia di tengah-tengah arus kebebasan ASEAN.
Tak jauh berbeda dengan Prabowo. Joko Widodo selalu tampak memelas. Ingin dikatakan polos. Dekat dengan rakyat. Salah satu programnya adalah kedaulatan pangan, yang setali tiga uang mendukung para petani.
Presiden pertama Indonesia dikenal sebagai sosok yang tegas. Tampak gahar. Ia juga pelopor persatuan negara-negara terjajah di Asia.dan Afrika. Bila berpidato ke-Indonesiaan ia berapi-api. Menentang keras imperialisme Barat dan menjunjung tinggi ke-Indonesiaan. Begitulah mengapa Soekarno mencintai peci hitam, dan sering digunakan saat berpidato.
Presiden kedua Indonesia, Soeharto, lebih menyukai tampil ke persawahan, perkebunan, dan peternakan. Ia kerap melambaikan tangan kala tampil di publik. Ia juga dikenal sebagai Presiden yang berhasil membawa pangan Indonesia diekspor. Kala itu pula muncul tagline "Macan Asia". Kita, Indonesia dianggap menakutkan bagi negara-negara Asia.

Seburuk-buruknya memilih salah satu calon presiden saat ini, belum tentu lebih baik jika kita Golput alias tidak memilih. Mungkin saja dengan melihat calon presiden mana yang lebih sedikit "ikut-ikutannya" atau meniru tokoh yang lebih dikenal publik, kita jadi tahu calon mana yang layak dicoblos pada Juli mendatang. Mana yang menjadi peniru Soekarno dan mana yang jadi peniru Soeharto.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes