ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, June 3, 2014

Menukar Tawanan Antarderajat



ilustrasi (foto: blogspot)
Menukar Tawanan Antarderajat - Gedung Putih Amerika Serikat (AS) ramai, Sabtu (31/05). Seperti biasa, kala konfrensi pers. Presiden AS Barack Obama menyampaikan, AS sedang bahagia karena salah satu pasukan tentara AS telah bebas dari tahanan pasukan Taliban, Afganistan. Tak jauh dari sang presiden, berdiri seorang berjanggut pirang lebat. Wajahnya datar. Ia adalah Bob Bergdahl, ayah dari tentara yang dibebaskan oleh Taliban.
Esoknya, Minggu (01/06), Sersan tentara angkatan darat AS bernama Bowe Bergdahl, 28 tahun, meninggalkan Afganistan. Bowe Bergdahl langsung menuju negara Panser, Jerman. Di  Jerman, sekelompok tim dokter pemeriksa kesehatan telah menanti Bergdahl. Tim dokter memeriksa kesehatan Bowe Bergdahl, sebelum dilanjutkan penerbangan ke Texas, AS.
Di sisi lain, pihak Taliban kedatangan para tokoh mereka yang hilang dari kelompok karena ditahan pihak AS. Kelima tokoh tersebut, yakni Abdul Haq Wasiq, Mohammad Fazi, Khairullah Khairkhwa, Mohammed Nabi, dan Norullah Noori. Namun, kelima tokoh ini masih tak bebas seutuhnya. Ibarat di Indonesia, masih wajib lapor. Kelimanya masih berada dalam pantauan pihak keamanan Qatar selama setahun.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak Taliban mengenai alasan mereka mau melepaskan satu tahanan AS demi lima tokoh Taliban. Berdasarkan hitungan, lima dibanding satu memang lebih diuntungkan lima tawanan. Begitulah transaksi kesepakatan pembebasan dua pihak berseteru, antara tentara AS dan Taliban.
Transaksi ini mengingatkan kita pada kisah Oeroeg (novel, dan diangkat ke dalam sebuah film). Sama persis.
Transaksi itu terjadi di salah satu jembatan kereta di Jawa Barat, pasca-kemerdekaan RI. Salah seorang tentara Belanda berada di salah satu sudut jembatan, dikerumuni tentara Indonesia. Menghadap sudut lainnya, yang dinanti gerombolan tentara Belanda. Di gerombolan tentara Belanda ini berdiri 12 pasukan gerilya Indonesia.
Setelah delegasi masing-masing pihak bersepakat secara tertulis di tengah-tengah jembatan, tiap-tiap tawanan diperkenankan jalan. Seorang tentara Belanda itu berjalan dari sudut kerumunan tentara Indonesia menuju gerombolan tentara Belanda. Begitu pula sebaliknya, 12 gerilyawan Indonesia berjalan dari sudut gerombolan Belanda menuju kerumunan tentara Indonesia.
Saat berada di tengah-tengah jembatan, seorang tentara Belanda itu berujar, “Oeroeg... (sambil memerhatikan detail sosok yang ia maksud)”. Tentara Belanda berjalan pelan sembari terus memerhatikan barisan 12 gerilyawan Indonesia.
“Johan...” sambut salah seorang tentara Indonesia, orang yang dimaksud tentara Belanda tersebut. Mereka berdua berhenti di tengah-tengah jembatan.
“Apakah kita berteman?” kata Johan kepada Oeroeg.
“Kita berteman bila derajat kita sama,” ujar Oeroeg, berpeci hitam.
“”Apakah kita tidak sama derajatnya?” tanya Johan.

“Tidak, selama 12 orang Indonesia dihargai satu orang Belanda seperti dirimu,” jawab Oeroeg

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes