ARTIKEL PINTASAN

Friday, May 16, 2014

Review Film Libertarias: Perempuan Anarkis


 
cuplikan adegan Libertarias (foto: blogspot)
Review Film Libertarias: Perempuan Anarkis - Revolusi anarkis membahana di Spanyol, Juli 1938. Simbol-simbol kegamaan Kristen hancur. Salib-salib berantakan di jalanan. Tempat-tempat ibadah berantakan. Agamawan ketakutan.
Di sebuah gereja, para suster menapaki kakinya dengan cepat. Wajah mereka suram. Perempuan yang menghabiskan usianya untuk badi kepada Tuhan seutuhnya itu mencari celah penyelamatan diri.
Salah seorang suster di antara mereka, Suster Maria, takut akan situasi. Takut akan tindakan brutal kelompok-kelompok anarkis (anarko). Di antara kelompok itu terdapat kelompok gerilya perempuan. Perempuan menggunakan senjata, demi kebebasan dan kesetaraan.
Anarko mendatangi gereja-gereja dan merusak properti gereja. Bagi Suster Maria, tak ada cara lain menyelamatkan diri kecuali berusaha bersembunyi. Bersembunyi identitas, bersembunyi aktivitas, dan sebisa mungkin bersembunyi diri.
Suster Maria gagal menemukan persembunyian. Meski Suster Maria telah berusaha bersembunyi ke tempat prostitusi dan menjadi pelaku protitusi, ia tetap ditemui oleh kelompok gerakan anarkis.
Suster Maria dipaksa ikut bergabung. Tanpa negosiasi. Tanpa pola kaderisasi. Ia dipaksa bertransformasi pikiran, dari hubungan manusia-Tuhan menjadi manusia-manusia, dari transendental menjadi realistik, dari religiusitas menjadi materialisme.
Di tengah-tengah pertempuran dengan kelompok antikomunis, di Zaragoza, Suster Maria harus berhadapan dengan kenyataan. Kekerasan terjadi di mana-mana. Pembunuhan berdarah. Gedung-gedung rusak. Bahkan, prostitusi juga terjadi di tengah-tengah gerilyawan gerakan anarkis.
Peristiwa inderawi (pengalaman) Suster Maria seperti itu justru semakin menguatkan batinnya untuk kembali kepada Tuhan. Tanpa peribadahan. Tanpa simbolik. Penguatan hanya dilakukan di dalam batinnya sendiri.

Batin itu terus berlanjut sampai kelompok gerakan anarkis kalah. Sampai orang kepercayaannya di kelompok tersebut tewas. Suster Maria bergumam, berdoa, di sisi jenazah, tentang keberadaan Tuhan.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes