ARTIKEL PINTASAN

Monday, May 12, 2014

Keras dan Pembunuhan



ilustrasi (foto: blogspot)
Keras dan Pembunuhan - Beberapa pekan lalu, sebuah video stigma Islam di Amerika menyebar di media sosial Facebook. Di dalam video itu, seorang muslim duduk di tepian jalan. Orang-orang yang melintasi muslim tersebut menunjukkan ekspresi ketakutan.
Kompas, Senin (12/05), menginformasikan perihal pemanfaatan muslim yang menjadi tawanan sebagai informan. Negara Amerika –tanpa bermaksud generalisasi warga Amerika keseluruhan- masih menyimpan ketakutan terhadap terorisme, atas tragedi 11 September 2001 silam. Seperti seorang warga muslim Afganistan, Bayjan Abrahimi, pedagang keliling, yang ditangkap pihak keamanan Amerika, bercerita bahwa intelijen Amerika bertanya seputar Al Qaeda, pengunjung masjid, serta perihal masjid yang ia kunjungi.
Sementara itu, di Afrika, tepatnya Nigeria, kelompok brutal Bako Haram melakukan teror yang sangat keji. Mereka membunuh ratusan orang di salah satu pusat keramaian Nigeria. Mereka menangkap dua ratus lebih perempuan remaja. Masalah perihal Islam kembali muncul ketika latar kepercayaan kelompok tersebut merupakan penganut Islam. Mereka dianggap sebagai bagian dari paham-paham Islam keras.
Dari nukilan-nukilan itu, bukan tidak mungkin penganut non-Islam menyimpulkan Islam itu keras, brutal, ahumanisme, seperti gerakan anarko di Eropa (tak mengakui negara), emosional, destruktif, dan sebagainya. Bisa jadi mereka menyertakan rentetan sejarah sepihak dalam dekade ini. Di Mesir terjadi perang saudara karena kekuasaan, antara Ihwanul Muslimin dan militer. Di Libya juga terjadi perang saudara. Di Suriah pun terjadi hal yang sama. Di Mekkah terjadi pembunuhan oleh orang yang tak bertanggung jawab asal Iran, di era Khameini. Belum lagi perang Irak-Iran, Pakistan-India, dan mungkin di negera-negara lain yang terlewatkan. Motif tiap-tiap negara tersebut berbeda, tapi mereka yang menyertakan fakta ini akan menyatakan bahwa Islam berani membunuh.
Apakah cara pikir yang demikian, sampai menyimpulkan pula, merupakan cara pikir yang tepat? Bagaimana dengan aspek psikologis kelompok pelaku kekerasan tersebut, bagaimana motif politik pelaku kekerasan tersebut, bagaimana motif ekonomi pelaku kekerasan tersebut, bagaimana latar budaya (dan keluarga) pelaku kekerasan tersebut, dan bagaimana latar pengetahuan agama pelaku kekerasan tersebut?
“Islam” berarti tenang, damai, maupun tentram. Islam terlahir dari situasi latar kebrutalan. Terjadi perbudakan di mana-mana dan pembunuhan di mana-mana. Dari situasi itu muncul pembaharuan (revolusi) sosial melalui keagamaan, Islam, melalui Nabi Muhammad, utusan Sang Ilahi.

“Mungkin di sinilah perintah melakukan Syurah (musyawarah) di dalam Al-Quran itu. Bila ada perbedaan pandangan, perbedaan sikap, perbedaan keinginan, perbedaan cara pikir, maka musyawarah adalah jalan terbaik yang harus ditempuh,” begitu gumam saya.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes