ARTIKEL PINTASAN

Friday, May 9, 2014

Paradoksal, Resensi Karya John Galsworthy




buku Pertemuan, John Galsworthy (foto: blogspot)
Paradoksal, Resensi Karya John Galsworthy - John Galsworthy, cerpenis kelahiran 1867 di Inggris, di dalam kumpulan cerpennya, Pertemuan, Penerbit Nuansa, menyuratkan suatu pertimbang sebaik-baiknya guna memilih pilihan terbaik. John Galsworthy selalu membubuhkan cara paradoks. Ada ketidakhadiran di balik kehadiran atau ada buah apel berwarna hijau di balik apel berwarna merah. Begitulah kira-kira cara paradoks tersebut.
Cerita pertama, tentang bagaimana memilih kualitas produk terbaik, berjudul “Mutu”, John memaparkan bahwa kualitas terbaik selalu terbentuk dari loyalitas produsen dan ketelatenan produksi. Di dalam cerita, seorang tokoh, “Aku”, memaparkan pengalamannya mendapati serta mengamati dua orang bersaudara pembuat sepatu.
Loyalitas kedua saudara tersebut membuat keduanya mati di tengah kemiskinan. Padahal, keduanya mampu menghasilkan sepatu yang berkualitas tinggi. Bahan dasar pilihan dan ketelitian yang membutuhkan waktu yang cukup banyak adalah cara mereka menjadikan sepatu berkualitas tinggi. Keduanya membuat sepatu sejak masih muda. “Di sanalah ia duduk, terus-menerus bekerja. Saya akan mengatakan hal ini untuknya, tak seorang pun di London mampu membuat sepatu yang lebih baik! Tapi, ada banyak lagi toko sepatu lain!” (“Mutu”).
Tak jauh berbeda, cerita tentang pengamatan seseorang terhadap sepasang kekasih yang baru saja dilihat. Tokoh, yang mengamati, sebelumnya tidak mengenal siapa sepasang kekasih yang ia lihat. Si tokoh merajut kemungkinan-kemungkinan secara logis dari tanda-tanda objek pengamatannya. Dari sanalah ia membangun bagaimana “menjadi sepasang kekasih” yang jauh lebih baik dari apa yang ia amati. Namun, pada akhir pengamatannya, ia seakan mengakui kesalahannya dengan menghadirkan kenyataan bahwa kemungkinan-kemungkinan yang ia bangun tidak benar kala ia melihat kemesraan sepasang kekasih tersebut. Lantas si tokoh memilih fakta yang ia lihat, di akhir cerita. Itu semua terlintas di benakku seperti adegan sebuah film. Namun, di bawah mega aku melihat tangan mereka bertaut. Gambaran masa depan dalam bayanganku lenyap... (“Pertemuan”).
Pada cerita lain, “Kebajikan”, John Galsworthy menghadirkan paradoksal melalui penokohan. Di satu pihak dihadirkan tokoh, sepasang kekasih, yang berkecukupan ekonominya dan hidup tentram. Sepasang kekasih dideskripsikan sebagai tokoh yang kaya. Di sisi lain, tokoh lain, merupakan orang-orang yang tidak seberuntung sepasang kekasih tadi, yang dideskripsikan hidup tidak tentram.
Selanjutnya, kisah dua pihak yang berbeda latar itu menunjukkan bagaimana tokoh kaya pun mampu berempati terhadap kemalangan. Sepasang kekasih mampu memberi sumbangsih terhadap perempuan-perempuan malang tadi.

Judul Buku: Pertemuan
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: Penerbit Nuansa
Cetakan: September 2004
Tebal: 92 halaman
ISBN: 979-9481-59-7


Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes