Peci - Dahi saya
berkenyit ketika melihat foto headline koran Kompas Sabtu, 19 April 2014.
Prabowo berdiri seolah ramah bersama Surya Dharma Ali. Keduanya saling
mengakrabi. Keduanya berpeci.
Jarang-jarang
Prabowo tampil dengan peci. Entah apa dibenaknya, entah apa maksud menggunakan
peci di hadapan publik bersama pimpinan partai Islam, SDA. Saya
menebak, mungkin dia ingin mencari simpati massa muslim jelang-jelang pemilihan
presiden Juli mendatang. Mungkin juga dia ingin menunjukkan bahwa dirinya pun
bisa tampak Islami. Mungkin juga dia ingin menunjukkan bahwa partai yang dia
pimpin, Gerindra, mengusung nilai-nilai ke-Islaman. Mungkin juga ingin
menghindari panas terik. Atau, mungkin juga dia ingin menampilkan sosok “Soekarnois”.
Peci. Benda itu
yang melekat di atas kepala Soekarno, di dalam foto-foto/gambar yang telah
tersebar di berbagai penjuru. Tidak satu pose saja foto Soekarno berpeci. Lebih
jelasnya mengenai berapa pose ini bisalah kiranya kita googling.
Tampaknya benar,
seperti dinyatakan sahabat saya, bahwa pengguna peci di Mesir mengingatkan
sosok Soekarno. “Di sana (Mesir), teman-teman di sana bilang, kalau pake paci
pasti ada yang bilang, ‘assalamualaikum Soekarno!’” kata sahabat saya sembari
memegangi kepalanya yang tak berpeci.
Saya memegangi
dagu, memikirkan asal-usul peci. Banyak sekali versi asal-usul peci. Salah
satunya menyatakan bahwa peci berasal dari Turki, yakni sebuah topi atau
disebut orang Turki dengan sebutan “Fezzi” (semacam penutup kepala). Soekarno
menggunakan peci bermaksud menampilkan simbol kelas menangah ke bawah dan
menciptakan simbol ke-Indonesiaan.
Kini sebagian
orang menggunakan peci karena tradisi keagamaan. Sebagian lagi ada pula yang
bertujuan agar rambut tampak rapi saat melakukan salat. Ada pula mereka yang
menggunakan peci saat salat agar kening tidak berkecap (tidak tampak kecokelatan).
Terkait agenda
politik, apalagi momen-momen politik, saya belum memahami tujuan kebangsaan
Prabowo dalam menggunakan peci tersebut. Tidak seperti Soekarno.
“Atau
jangan-jangan Prabowo ingin menarik massa PDIP?” aku menduga-duga di dalam
hati.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.