ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, April 2, 2014

Manchester United VS Bayern Munchen, Strategi





Sundulan Vidic, Manchester VS Bayern Munchen (foto: blogspot)

Manchester United VS Bayern Munchen, Strategi - Mengingat sejarah Perang Dunia II, benak kita akan teringat akan Jerman. Dalam Perang Dunia II Jerman menyerang beberapa negera tetangga, di antaranya Inggris.
Melalui kepemimpinan Hitler, Jerman dikenal sebagai negara yang haus kekuasaan. Kecanggihan perang dalam bentuk persenjataan dan strategi mampu melumpuhkan musuh-musuhnya kala itu. Kejam, bengis, ofensif, dan brutal. Begitulah kira-kira gambaran penyerangan Jerman. Tak terkecuali penyerangan terhadap Inggris, yang menjadi sekutu musuh Jerman.
Inggris lebih menguatamakan gaya bertahan dalam peperangan dan bertahan melalui afiliasi persekutuan. Inggris membentuk kekuatan bersama Amerika Serikat dan Perancis. Kekuatan persekutuan itu sebagai modal kekuatan diplomasi politik dan pertahanan atas gempuran Jerman.
Seakan ingin menunjukkan kekuatan sejarah antara negara, kedua pelatih klub papan di dua negara, Inggris dan Jerman, berupaya menerapkan strategi ofensif dan defensif. Manchester United mengedepankan asas pertahanan, sementara Bayern Munchen mengedepankan asas penyerangan.
Sang Pelatih klub asal Jerman, Bayern Munchen, sejak awal menampilkan permainan “menyerang”. Lewat strategi menusuk dari kedua sisi pertahanan, melalui Robben dan Ribery, ke jantung pertahanan. “Tim saya harus menguasai permainan, menguasai bola. Dengan begitu, peluang akan tercipta lebih banyak,” ucap sang pelatih, Pep Guardiola.
David Moyes, pelatih anyar Manchester United, justru sebaliknya. Formasi pertahanannya menempatkan lima pemain bertahan sekaligus. Saat Bayern Munchen menyerang, satu gelandang bertahan, Carrick, selalu berada di garis pertahanan. Semula hanya empat pemain bertahan kala bola dikuasai Manchester United, namun berubah menjadi lima pemain bertahan kala Bayern Munchen menguasai bola. Seperti pada umumnya pihak yang mendapat serangan, mantan pelatih Everton itu hanya mampu menyisipkan optimisme di tengah-tengah kekuatan dan gaya penyerangan Juara Bertahan Liga Champions itu. “Kami yakin bisa melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil positif melawan mereka (Bayern Munchen),” ucap sang pengganti Sir Alex Ferguson itu.
Sejak menit awal pertandingan, Rabu (02/04), Bayern Munchen selalu agresif menyerang. Melalui kedua sisi. Pergerakan Robben dan Ribery kerap mengancam sisi pertahanan. Namun, pertahanan yang cukup rapat yang diperagakan anak asuh David Moyes tidak mampu memberi keleluasaan ruang tembak bagi “penembak jitu” Bayern Munchen, seperti Muller, Robben, dan Ribery. Bahkan Ribery tampak “mati” oleh marking pemain sayap belakang Manchester United. Hanya Robben yang mampu sesekali menusuk, karena Robben diberi keleluasaan bergerak (role position) dari sisi kanan ke sisi kiri.
Manchester United justru mampu memanfaatkan kelemahan Bayern Munchen. Saat Bayern Munchen menyerang, satu penyerang ditempatkan di barisan pertahanan Bayern Munchen, yakni D Wellbeck. Dua kali serangan balik, operan dari pemain belakang dan gelandang bertahan Manchester United ke Wellbeck, mampu membuat peluang efektif, seandainya Wellbeck cerdik menempatkan bola saat menghadapi kiper Bayern Munchen, Neur, mungkin hasil akan berbeda. Tidak seri, 1-1.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes