Sundulan Vidic, Manchester VS Bayern Munchen (foto: blogspot) |
Manchester
United VS Bayern Munchen, Strategi - Mengingat
sejarah Perang Dunia II, benak kita akan teringat akan Jerman. Dalam Perang
Dunia II Jerman menyerang beberapa negera tetangga, di antaranya Inggris.
Melalui
kepemimpinan Hitler, Jerman dikenal sebagai negara yang haus kekuasaan.
Kecanggihan perang dalam bentuk persenjataan dan strategi mampu melumpuhkan
musuh-musuhnya kala itu. Kejam, bengis, ofensif, dan brutal. Begitulah
kira-kira gambaran penyerangan Jerman. Tak terkecuali penyerangan terhadap
Inggris, yang menjadi sekutu musuh Jerman.
Inggris lebih
menguatamakan gaya bertahan dalam peperangan dan bertahan melalui afiliasi
persekutuan. Inggris membentuk kekuatan bersama Amerika Serikat dan Perancis.
Kekuatan persekutuan itu sebagai modal kekuatan diplomasi politik dan
pertahanan atas gempuran Jerman.
Seakan ingin
menunjukkan kekuatan sejarah antara negara, kedua pelatih klub papan di dua
negara, Inggris dan Jerman, berupaya menerapkan strategi ofensif dan defensif.
Manchester United mengedepankan asas pertahanan, sementara Bayern Munchen
mengedepankan asas penyerangan.
Sang Pelatih
klub asal Jerman, Bayern Munchen, sejak awal menampilkan permainan “menyerang”.
Lewat strategi menusuk dari kedua sisi pertahanan, melalui Robben dan Ribery, ke
jantung pertahanan. “Tim saya harus menguasai permainan, menguasai bola. Dengan
begitu, peluang akan tercipta lebih banyak,” ucap sang pelatih, Pep Guardiola.
David Moyes,
pelatih anyar Manchester United, justru sebaliknya. Formasi pertahanannya
menempatkan lima pemain bertahan sekaligus. Saat Bayern Munchen menyerang, satu
gelandang bertahan, Carrick, selalu berada di garis pertahanan. Semula hanya
empat pemain bertahan kala bola dikuasai Manchester United, namun berubah
menjadi lima pemain bertahan kala Bayern Munchen menguasai bola. Seperti pada
umumnya pihak yang mendapat serangan, mantan pelatih Everton itu hanya mampu
menyisipkan optimisme di tengah-tengah kekuatan dan gaya penyerangan Juara
Bertahan Liga Champions itu. “Kami yakin bisa melakukan sesuatu untuk
mendapatkan hasil positif melawan mereka (Bayern Munchen),” ucap sang pengganti
Sir Alex Ferguson itu.
Sejak menit
awal pertandingan, Rabu (02/04), Bayern Munchen selalu agresif menyerang. Melalui kedua sisi. Pergerakan
Robben dan Ribery kerap mengancam sisi pertahanan. Namun, pertahanan yang cukup
rapat yang diperagakan anak asuh David Moyes tidak mampu memberi keleluasaan
ruang tembak bagi “penembak jitu” Bayern Munchen, seperti Muller, Robben, dan
Ribery. Bahkan Ribery tampak “mati” oleh marking pemain
sayap belakang Manchester United. Hanya Robben yang mampu sesekali menusuk,
karena Robben diberi keleluasaan bergerak (role position) dari sisi kanan ke
sisi kiri.
Manchester
United justru mampu memanfaatkan kelemahan Bayern Munchen. Saat Bayern Munchen
menyerang, satu penyerang ditempatkan di barisan pertahanan Bayern Munchen,
yakni D Wellbeck. Dua kali serangan balik, operan dari pemain belakang dan
gelandang bertahan Manchester United ke Wellbeck, mampu membuat peluang
efektif, seandainya Wellbeck cerdik menempatkan bola saat menghadapi kiper
Bayern Munchen, Neur, mungkin hasil akan berbeda. Tidak seri, 1-1.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.