ilustrasi Atletico VS Chelsea semifinal liga champion 2014 (foto: blogspot) |
Atletico Madrid VS Chelsea: Ketenangan VS Ketegangan - Ketenangan.
Begitulah ajaran dasar Budha. Ketenangan dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan
ini. Tenang berpikir, tenang bertindak, dan tenang kala menghadapi musuh.
Film IP Man menunjukkan hal demikian. Sang
tokoh pahlawan melandaskan pada ketenangan saat menghadapi musuh. Geraknya
tidak berlebih. Dia lebih mengutamakan pengamatan, di mana letak titik lemah
musuh. Membiarkan musuh lebih dahulu menyerang, dengan mengandalkan pertahanan
diri. Dia memeragakan bagaiman nafsu lebih sulit dikendalikan, musuh utama di
dalam diri. Barulah selanjutnya emosi tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya
dalam menyerang lawan setelah mengetahui titik lemah musuh.
Entah sadar atau
tidak, pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, menggunakan prinsip tersebut.
Bekas pemain Atletico Madrid ini menerapkan ketenangan dalam menghadapi
penguasaan bola lawan-lawannya. Sembari bersikap tenang, tim asuhannya
diperintahkan mencari posisi yang tepat, menemukan titik lemah musuh, serta
memahami kekuatan musuh. “Kami nyaman saat lawan menguasi bola,” tutur salah
satu gelandang Atletico Madrid, Thiago.
Dua pemain
gelandang Atletico Madrid menjadi spesialis penutup ruang gerak gelandang
serang lawan-lawannya. Keduanya menjadi pilar ketenangan dalam menutup ruang
gerak musuh. Keduanya tidak bertipikal robot pendobrak yang kasar. Mereka
memainkan dua peranan sekaligus, menutup ruang gerak gelandang serang sekaligus
menemukan titik lemah dari penyerangan lawan.
Di sisi lain,
motor serangan Atletico bertumpu pada Arda Turan dan sesekali pada Raul Garcia.
Raul dan Arda kerap mencari posisi terbaik saat rekan-rekannya mencoba menutup
ruang gerak penyerangan musuh. Setelah serangan tim lawan patah dan posisi
penyerangan tim yang dimotori Arda telah apik, di sanalah mereka menusuk titik
lemah musuh.
Sementara itu, The Blues (tim biru) Chelsea menerapkan
sebaliknya, merusak permainan lawan. Tidak jauh berbeda dengan Atletico Madrid,
Chelsea kerap menempatkan gelandang bertahan yang bertipikal perusak, bak robot
yang kasar. Gelandang seperti itu ada pada diri David Luiz.
Sang Pelatih,
Jose Mourinho, cukup dikenal sebagai pelatih “pencipta” pemain bertipikal
perusak lawan, mengutamakan ketegangan otot. Sebelum
David Luiz, pelatih yang telah dua kali ke Indonesia itu juga menempatkan Pepe
di posisi gelandang. Semula mereka berposisi benteng pertahanan (full-back).
Chelsea dan
Atletico Madrid memiliki kemiripan dalam penyerangan. Keduanya sama-sama tidak
bertipikal penguasaan bola berlama-lama. Keduanya lebih menyukai penyerangan
langsung.
Mungkin saja
pertandingan semifinal Liga Champion di Vicente Calderon kali ini menjemukan
bila keduanya sama-sama mengandalakan serangan balik. Tidak menampilkan
permainan atraktif sepakbola yang memikat penonton.
Di balik itu
semua, mungkin pertandingan tim dari Spanyol dan Inggris ini seperti
pertarungan antara petarung China menghadapi petarung Amerika. Yang satu
bertarung dengan tenang, yang satu lainnya bertarung dengan grasa-grusu.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.