ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, April 22, 2014

Atletico Madrid VS Chelsea: Ketenangan VS Ketegangan




ilustrasi Atletico VS Chelsea semifinal liga champion 2014 (foto: blogspot)
Atletico Madrid VS Chelsea: Ketenangan VS Ketegangan - Ketenangan. Begitulah ajaran dasar Budha. Ketenangan dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan ini. Tenang berpikir, tenang bertindak, dan tenang kala menghadapi musuh.
Film IP Man menunjukkan hal demikian. Sang tokoh pahlawan melandaskan pada ketenangan saat menghadapi musuh. Geraknya tidak berlebih. Dia lebih mengutamakan pengamatan, di mana letak titik lemah musuh. Membiarkan musuh lebih dahulu menyerang, dengan mengandalkan pertahanan diri. Dia memeragakan bagaiman nafsu lebih sulit dikendalikan, musuh utama di dalam diri. Barulah selanjutnya emosi tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya dalam menyerang lawan setelah mengetahui titik lemah musuh.
Entah sadar atau tidak, pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, menggunakan prinsip tersebut. Bekas pemain Atletico Madrid ini menerapkan ketenangan dalam menghadapi penguasaan bola lawan-lawannya. Sembari bersikap tenang, tim asuhannya diperintahkan mencari posisi yang tepat, menemukan titik lemah musuh, serta memahami kekuatan musuh. “Kami nyaman saat lawan menguasi bola,” tutur salah satu gelandang Atletico Madrid, Thiago.
Dua pemain gelandang Atletico Madrid menjadi spesialis penutup ruang gerak gelandang serang lawan-lawannya. Keduanya menjadi pilar ketenangan dalam menutup ruang gerak musuh. Keduanya tidak bertipikal robot pendobrak yang kasar. Mereka memainkan dua peranan sekaligus, menutup ruang gerak gelandang serang sekaligus menemukan titik lemah dari penyerangan lawan.
Di sisi lain, motor serangan Atletico bertumpu pada Arda Turan dan sesekali pada Raul Garcia. Raul dan Arda kerap mencari posisi terbaik saat rekan-rekannya mencoba menutup ruang gerak penyerangan musuh. Setelah serangan tim lawan patah dan posisi penyerangan tim yang dimotori Arda telah apik, di sanalah mereka menusuk titik lemah musuh.
Sementara itu, The Blues (tim biru) Chelsea menerapkan sebaliknya, merusak permainan lawan. Tidak jauh berbeda dengan Atletico Madrid, Chelsea kerap menempatkan gelandang bertahan yang bertipikal perusak, bak robot yang kasar. Gelandang seperti itu ada pada diri David Luiz.
Sang Pelatih, Jose Mourinho, cukup dikenal sebagai pelatih “pencipta” pemain bertipikal perusak lawan, mengutamakan ketegangan otot. Sebelum David Luiz, pelatih yang telah dua kali ke Indonesia itu juga menempatkan Pepe di posisi gelandang. Semula mereka berposisi benteng pertahanan (full-back).
Chelsea dan Atletico Madrid memiliki kemiripan dalam penyerangan. Keduanya sama-sama tidak bertipikal penguasaan bola berlama-lama. Keduanya lebih menyukai penyerangan langsung.
Mungkin saja pertandingan semifinal Liga Champion di Vicente Calderon kali ini menjemukan bila keduanya sama-sama mengandalakan serangan balik. Tidak menampilkan permainan atraktif sepakbola yang memikat penonton.

Di balik itu semua, mungkin pertandingan tim dari Spanyol dan Inggris ini seperti pertarungan antara petarung China menghadapi petarung Amerika. Yang satu bertarung dengan tenang, yang satu lainnya bertarung dengan grasa-grusu.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes