bukit bintang (blogspot) |
Bukit Bintang Yogyakarta - Pedagang jagung
bakar berderet di pinggir jalan. Di trotoar jalan. Tiap dua meter para pedagang
itu menadahkan barang dagangannya, membuat lapak. Mereka memanfaatkan trotoar
jalan sepanjang sekira 30 meter. Mereka diapit oleh dua restoran, di kiri dan
kanan.
Selain jagung
bakar, mereka juga berdagang kopi, teh manis, serta kudapan snack. Menu jagung
bakar bervariasi, dari rasa manis, pedas, hingga madu. Harganya pun tidak
begitu mahal, hanya sekitar Rp3-4 ribu. Air mineral botol pun bisa menjadi
tolak ukurnya, dengan harga jual Rp2.500 per botol.
Di belakang para
pedagang itu, para remaja duduk santai di tepi dinding jurang. Kedalaman jurang
hanya sekitar 10-15 meter. Mereka menghadap ke arah Kota Yogyakarta.
Di sana mereka
memandangi lampu-lampu Kota Yogyakarta. Menikmati kunang-kunang kota.
Sekumpulan lampu terang benderang, misalnya, berasal dari Bandara
Adisoetjipoto. Lampu kecil hilir mudik, naik turun, paling tidak setiap lima
belas menit sekali. Lampu itu tidak lain merupakan lampu pesawat terbang, yang
hilir mudik. Sementara di sisi lain, lampu-lampu kendaraan umum seperti
kunang-kunang yang terbang rapi. Pun lampu-lampu kota yang tampak semrawut.
Begitulah lokasi
pemandangan malam di Bukit Bintang, Jalan Wonosari, DI Yogyakarta. Sebuah
lokasi wisata malam. Hanya mengandalkan trotoar jalan dan ketinggian bukit.
Jarak dari Kota
Yogyakarta hanya sekira 30 menit jika menggunakan sepeda motor. Kendaraan umum
menuju Bukit Bintang harus menggunakan bus tujuan Wonosari atau ke wilayah
pantai Pasir Putih. Waktu yang ditempuh menggunakan bus umum tersebut hanya
sekira 40 menit.
Jalan yang harus
ditempuh seperti pada umumnya jalur wisata perbukitan. Berkelok-kelok, dan
tanjakan tentunya. Namun, jalan raya menuju Bukit Bintang tidak berbahaya.
Jalanannya terbilang mulus. Jika ada lubang, paling tidak ada satu dua lubang
kecil.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.