adegan Malena (blogspot) |
Malena semakin
terkucilkan di lingkungan akibat efek moral dan diskriminasi sosial. Namun,
baginya cara hidupnya adalah cara yang tepat. Namun, efek perang berdampak pada
dirinya. Kekuatan musuh, Jerman, runtuh. Italia terbebas dari koloni
tentara-tentara Jerman. Akibatnya, warga di sekitar tempat tinggal Malena
menghardik tubuh Malena hingga babak belur. Malena mengungsi ke luar daerah.
Suatu peristiwa
mengagetkan dan membiaskan alur cerita, tiba-tiba saja suami Malena muncul
kembali –seolah ingin melengkapi film, seolah juga mengejar deadline
penyelesaian produksi tanpa adanya penjelasan atau persinggungan atas kabar
kematian tentara Italia di Jerman. Suami Malena mencari keberadaan Malena. Atas
bantuan Renato, sang suami berhasil menemukan Malena. Mereka kembali ke tempat
tinggal semula. Begitulah akhir pengisahan Malena, hadir kembali di
tengah-tengah cercaan, cacian, kebencian, secara bergandengan tangan bersama sang
suami dengan mesranya meski Malena bekas seorang perempuan penjual tubuh.
“Kebaikan”
Renato terhadap suami Malena adalah reaksi representatifnya atas
peristiwa-peristiwa yang disaksikan melalui lubang. Sejak awal mengamati
Malena, Renato mendapati represifitas atas hasratnya. Sebagai remaja baru,
Renato tidak memiliki daya untuk mengekspresikan hasratnya kepada Malena. Di lain
sisi, Renato juga harus berhadapan pada moral keluarga hingga kerapkali
mendapat hukuman dari orangtua karena perilaku-perilaku yang dianggap amoral. Puncak
segala represifitas itulah Renato akhirnya memberikan informasi penting kepada
suami Malena demi kepuasan dirinya. Baginya, kepuasan dirinya tidak lain ialah
ketenangan hidup Malena.
Begitulah, sang
sutradara film Malena ingin
menyampaikan bagaimana hasrat manusia bekerja di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, melalui sorotan terhadap si cantik Malena. Tentunya, hasrat
berelasi pada sensualitas tubuh. Tidak ada hasrat kaum adam tanpa keberadaan
kecantikan perempuan. Tidak ada sensualitas tanpa moralitas di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Maksud sang sutradara ialah penyampaian perihal kecantikan
perempuan dan sensualitas perempuan, melalui sudut pandang seseorang yang
berada dalam transisi anak-anak ke remaja.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.