ARTIKEL PINTASAN

Wednesday, October 23, 2013

Zaman Tombol

ilustrasi (blogspot)
Zaman Tombol - Saban hari si Anu tertunduk di depan meja. Sambil senyum-senyum, dia khusyuk  memandangi layar kecil itu. Entah apa yang diperbuatnya, yang jelas dia sedang  berinteraksi dengan layar kecil itu.
Lain lagi si Inu. Saban hari dia berangkat ke kantor dengan bus umum. Saban hari itu pula dia menggunakan penutup lubang telinga. Ternyata, penutup lubang telinga itu terhubung pada layar yang mirip dengan layar si Anu.
Mungkin kita juga pernah berbuat demikian. Berinteraksi dengan layar. Berdendang ria dengan keterhubungan layar. Ya, layar itu tak lain adalah telasen (telefon layar sentuh).
Melihat keramaian orang-orang demikian berarti melihat kondisi bangsa dan zaman. Telasen yang digunakan bukan semata komoditas, melainkan juga menggambarkan kondisi bangsa dan zamannya.
Coba tengok, dari sekian banyak merek telasen, adakah telasen anak negeri yang kita banggakan? Jika melihat prestisius, tentu telasen luar negeri lebih prestise. Apalagi, telasen anak negeri cuma dianggap "produk latah".
Ini menandakan bahwa bangsa kita adalah bangsa pengekor dan bangsa yang tidak produktif. Selalu ikut-ikutan dalam hal penciptaan produk. Sifat bangsa yang subordinatif, selalu maunya di bawah ketiak bangsa lain.
Lantas bagaimana dengan zaman? Jika ihwal penyabutan zaman itu berdasarkan kuantitas objek yang digunakan, seperti "zaman batu", zaman ini lebih tepat disebut "zaman tombol". Bukan lagi zaman-zaman besi seperti disebut-sebut oleh sosiolog modern untuk menyebut zaman industrialisme.
Coba refleksikan, berapa kali kita menggunakan tombol dalam sehari? Sekali? Dua kali? Atau puluhan kali? Terhitung sejak bangun tidur, awalnya ada di antara kita segera melihat telasen atau sejenisnya (hp). Lantas berangkat menggunakan motor atau mobil, juga memencet tombol. Ada pula yang menyalakan televisi, pasti memencet tombol.
Jika penulis Jepang ada yang memprediksi kepala manusia akan lebih besar dari sekarang serta kaki mengecil pada 500 tahun mendatang, maka kiranya jari-jari manusia akan membesar dan keras pada tahun tersebut. Penggunaan jari setiap saat akan memberi perubahan ukuran jari tersebut. Bisa saja, mungkin dua kali lipat dari sekarang. Astaga...
Yang jelas, zaman ini adalah zaman dehumanisasi. Etika, keindahan, dan kebaikan secara perlahan berubah menjadi tata nilai yang bergantung pada tombol si teknologi.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes