sampul film Malena (blogspot) |
Monica Bellucci,
aktris Italia, mungkin menjadi terkenal hingga Amerika sana karena
kepiawaiannya menjalin relasi. Di luar kepiawaiannya berakting. Tetapi, satu
hal lain yang tak kalah penting ialah kecantikannya. Secara kasat mata tubuhnya
berdaya tarik tinggi bagi kaum adam. Kecantikannya hanya sebatas daya tarik
bagi kaum adam, tidak lebih.
Begitulah,
mengapa sang sutradara film Malena, Giuseppe
Tornatore, memilih Monica Bellucci
sebagai pemeran utamanya. Tentu di luar hal ihwal di luar teknis pemilihan,
seperti apakah sang aktris mampu beradegan begini, mampu beradegan begitu, dan
sebagainya.
Dari awal hingga
akhir, film Malena fokus pada
kehidupan tokoh Malena. Di awal dikisahkan, melalui narasi seorang bocah 12
tahun, Malena adalah perempuan kesepian. Telah menikah tapi ditinggal suami. Suaminya,
Nino Scordia, terpaksa meninggalkan Malena karena tugas negara, berperang di
negeri orang.
Hidupnya menjadi
sorotan orang-orang di sekitarnya, di lingkungan tempat ia tinggal. Dari mulai
ibu-ibu, bapak-bapak, hingga remaja. Ketika keluar rumah, Malena jadi perhatian
warga sekitar tersebut. Tidak terkecuali remaja.
Sekelompok
remaja, lebih tepatnya fase transisi dari anak-anak ke remaja, selalu
memerhatikan Malena sejak keluar rumah hingga ke tempatnya bekerja. Salah satu
remaja dari sekelompok remaja yang rutin memerhatikan Malena melangkah ialah Renato
Amaroso (Giuseppe Sulfaro).
Dalam plot
pengisahannya, dua tokoh inilah plot pengisahan cerita. Malena sebagai fokus
objek penceritaan, sementara Renato Amaroso sebagai sudut pandang dan narator. Seperti
pada pertengahan cerita, suamia Malena dikabarkan meninggal dalam perang. Akibatnya,
plot cerita semakin berkembang. Yang tadinya hanya sebatas kehidupan yang
datar-datar saja, plot memasuki fase-fase konflik. Warga sekitar mencibir
keberadaannya, “Malena janda cantik”. Begitu Malena dipandang sebagai perempuan
tanpa suami.
Selanjutnya,
ayah Malena meninggal akibat bom musuh –cerita ini berlatar Perang Dunia II di
Italia- sehingga Malena hidup sebatang kara. Tidak ada lagi laki-laki di antara
kehidupannya. Malena jadi “bulan-bulanan” para pria sekitar. Banyak pria ingin
menjadi pendamping hidup Malena. Intrik dan sejenisnya pun diperagakan
pria-pria berhasrat tersebut.
Malena terkena
dampak intrik tersebut. Ia harus merelakan tubuhnya kepada pria lain agar dapat
bertahan hidup. Bertahan hidup di sini bukan semata persoalan makan, melainkan
juga persolan-persoalan hukum. Seperti apa yang ia hadapi ketika berhadapan
dengan hukum akibat dugaan perselingkuhan dengan seorang militer di sekitar
tempatnya tinggal. Seorang pengacara rela membantunya keluar dari jebakan
hukum, tetapi sang pengacara justru meminta tubuh Malena sebagai bayaran yang
dianggap si pengacara setimpal.
Telanjur basah,
ditambah bagaimana supaya ia survive, pelecuran adalah jalan keluarnya. Malena
menjadi perempuan penjual tubuh. Bukan sembarang perempuan penjual tubuh. Ia menjadi
perempuan penjual tubuh bagi tentara-tentara musuh, tentara Jerman.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.