ilustrasi (foto: blogspot) |
Dalam retan
waktu sebulan telah terjadi tiga korban pihak kepolisian. Terakhir, Inspektur
Polisi Dua Anumerta Kus Hendratna dan Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Ahmad
Maulana tewas di tempat. Sebelumnya, seorang polisi juga tewas saat hendak
salat subuh, terjadi di kawasan Ciputat.
Sebelumnya,
jelang lebaran, juga terjadi penembakan terhadap petugas Lapas Wirogunan,
Yogyakarta. Tak berapa lama, di tanah pimpinan Sultan Hamengkubuwono itu juga
terjadi penembakan terhadap mobil warga, Kulonprogo.
Apakah
penembakan-penembakan tersebut mirip lingkaran setan di Amerika Latin? Di
Amerika Latin, tingkat kriminalitas, seperti penembakan, berlatar perdagangan
narkoba. Di Meksiko, misalnya, lingkaran kriminalitas dengan bentuk penembakan
di sana sini akibat adanya bisnis narkoba besar.
Berbeda halnya
dengan beberapa negara Amerika Latin lainnya, seperti Brasil, Venezuela, dan
Paraguay. Tingkat kemiskinan menjadi faktor utama. Di beberapa negara ini,
kriminalitas terjadi di tengah-tengah aktivitas masyarakat. Sasaran korbannya
tidak terarah, sebab persoalannya ialah ekonomi. Bagi masyarakat di sana,
keamanan menjadi komoditas yang mahal.
Lantas, apakah
aksi kejahatan yang terjadi di Indonesia belakangan ini akibat kesenjangan
ekonomi? Apakah sama seperti kriminalitas di Brasil, Venezuela, maupun Paraguay?
Apakah sama juga seperti kejahatan di Meksiko?
Rasa keamanan
bagi masyarakat Indonesia tidak menjadi komoditas yang mahal. Target penembakan
pun bukan warga sipil, melainkan kelembagaan aparat keamanan. Artinya,
penembakan bukan bermotif kesenjangan ekonomi maupun bisnis narkoba.
Apabila korban
kepolisian terus berjatuhan, mengapa tidak ada upaya penyelidikan lebih jauh
dari berbagai lembaga aparat keamanan? Mengapa intelejen dan kepolisian beserta
badan antiterornya tidak bekerjasama? Apalagi soal sadap-menyadap seharus bisa
dilakukan agar mengetahui kelompok di balik penembakan-penembakan tersebut? Ini bukan teror biasa, bukan teror murni kejahatan maupun teror berlatar kesenjangan ekonomi negara.
Dapat kita
simpulkan bahwa pemerintahan lemah dalam melakukan pengamanan. Di sisi lain,
teror ini bisa menjadi bulan-bulanan politik yang akan diperjualbelikan pada
tahun depan, 2014. Kalau jaringan peneror saja bisa bekuk jelang eksekusi rencana aksi mereka, mengapa jaringan peneror ini tidak bisa?
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.