ARTIKEL PINTASAN

Thursday, June 27, 2013

Seniman Entrepreneur?






Bagi pegiat seni, siapa yang tak kenal Andy Warhol. Warhol dikenal lewat karya-karyanya, seperti kaleng Campbell’s, pisang, dan tokoh-tokoh komersialis, sehingga Warhol dikenal publik luas atas peran industri dalam pendistribusian karya-karyanya.
Andy Warhol (6 Agustus 1928 - 22 Februari 1987) seakan membawa perubahan besar dalam kehidupan seni. Dahulu ada Sekolah Seni Rupa Institut Teknologi Carnegie di Pittsburgh, Pennsylvania. Kini dikenal Carnegie Mellon University. Di sanalah Warhol belajar seni. Setelah itu, sekitar tahun 1940-an Warhol bekerja di sebuah majalah. Sejak bekerja di majalah komersil itu pikiran tentang industri seninya mulai berkembang. Imajinasinya yang tumbuh atas keadaan sekitar, seperti benda-benda komersil (komoditas) dan sebagainya, berkombinasi industrialisasi.
Sebelumnya saya akan bercerita pengalaman. Pada masa kuliah kampus saya berubah nama, Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Saya temui alasan perubahan itu, salah satunya, ialah mengikuti pasar. Intinya, mahasiswa Fakultas Sastra diharapkan mampu bersaing di dunia (pasar) kerja dengan bekal ilmu kesastraannya.
Harapan itu seumpama harapan Camille Paglia, seorang profesor di jurusan Humanities and Media Studies di University of the Arts in Philadelphia, yang menginginkan mahasiswa seni harus mampu berperan aktif di dalam industri. Bagi Camille, seniman harus pandai melihat kesempatan untuk berwiraswasta. Berdasarkan realitas sistem kapitalisme ini, bagaimana seniman bertahan hidup bila tidak bersentuhan dengannya?
Seniman, mau tidak mau, mesti bergumul dengan sistem yang tidak manusiawi itu. Seniman lukis mesti mampu menjual karyanya, kemudian menukar komoditas kebutuhan hidup. Seniman patung mesti mampu menjual karyanya, kemudian menukar komoditas kebutuhan hidupnya. Seniman musik mesti mampu menjual karyanya, seniman bahasa (sastra) mesti mampu menjual karyanya, dan sebagainya. Faktanya hari ini sistem kapitalisme, dengan dominasi dan determinasi di dalam kehidupan, itu sulit dihindari, kecuali melalui gerakan politik global dan people power.
Seniman sebagai pembuat ruh (dalam artian filsafat) terpaksa harus mampu berpikir entrepreneurship (berwirausaha) atau bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan. Di luar kemahiran seniman dalam mengasah detik-detik estetik menjadi karya seni, seniman juga diharuskan mampu memikirkan keberterimaan karyanya di tengah-tengah massa. Karya harus mampu membawa perubahan dan keberuntungan bagi senimannya. Seniman, seperti halnya Andy Warhol yang mampu memanfaatkan peluang industrialisasi seni, mesti mampu bekerja selayaknya pekerja-pekerja kantoran atau pekerja pabrik. Bekerja sama dengan perusahaan untuk memanfaatkan kreatifitas seniman.
Sejak mahasiswa, bagi Camille, keberterimaan sistem kapitalisme mesti diterapkan. Kapitalisme adalah fakta hari ini. Pada kenyataannya, bagi Camille, tidak semua mahasiswa mampu menerima keberadaan kapitalisme. Dengan pesimismenya, Camille menyatakan bahwa kreativitas kapitalisme dapat memupuk seni terapan yang terpendam. Selama 20 tahun terakhir ini, saya memperhatikan pikiran paling fleksibel, dinamis, dan penuh rasa ingin tahu terlihat di antara mahasiswa saya datang dari jurusan desain industri. Mereka memang lebih bebas dari ideologi dan kemunafikan. Mereka pun terlatih untuk mengamati dunia komersil dengan mata jernih, mengingat bahwa dunia komersil saat ini adalah realita.
Namun, perlu diingat, bahwa industri seni tidak mampu membawa perubahan yang baik bagi penikmat seninya. Dalam satu dekade ini, karya seni industrial tidak mununjukkan fungsi kontemplatif dan reflektif. Semisal, musik-musik dari industri musik justru hanya seperti sekadar menjual bunyi easy listening.

Andy Warhol dan industri seni belum usai. Kelak mahasiswa-mahasiswa seni harus mampu menemukan ide brilian bagaimana seni menghasilkan karya seni adiluhung di kubangan kapitalisme hari ini.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes