Bagi pegiat seni, siapa
yang tak kenal Andy Warhol. Warhol dikenal lewat karya-karyanya, seperti kaleng
Campbell’s, pisang, dan tokoh-tokoh komersialis, sehingga Warhol dikenal publik
luas atas peran industri dalam pendistribusian karya-karyanya.
Andy Warhol (6 Agustus
1928 - 22 Februari 1987) seakan membawa perubahan besar dalam kehidupan seni.
Dahulu ada Sekolah Seni Rupa Institut Teknologi Carnegie di Pittsburgh,
Pennsylvania. Kini dikenal Carnegie Mellon University. Di sanalah Warhol
belajar seni. Setelah itu, sekitar tahun 1940-an Warhol bekerja di sebuah
majalah. Sejak bekerja di majalah komersil itu pikiran tentang industri seninya
mulai berkembang. Imajinasinya yang tumbuh atas keadaan sekitar, seperti
benda-benda komersil (komoditas) dan sebagainya, berkombinasi industrialisasi.
Sebelumnya saya akan
bercerita pengalaman. Pada masa kuliah kampus saya berubah nama, Fakultas
Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Saya temui alasan perubahan itu, salah
satunya, ialah mengikuti pasar. Intinya, mahasiswa Fakultas Sastra diharapkan
mampu bersaing di dunia (pasar) kerja dengan bekal ilmu kesastraannya.
Harapan itu seumpama
harapan Camille Paglia, seorang profesor di jurusan
Humanities and Media Studies di University of the Arts in Philadelphia, yang
menginginkan mahasiswa seni harus mampu berperan aktif di dalam industri. Bagi
Camille, seniman harus
pandai melihat kesempatan untuk berwiraswasta. Berdasarkan realitas sistem
kapitalisme ini, bagaimana seniman bertahan hidup bila tidak bersentuhan
dengannya?
Seniman, mau tidak mau, mesti bergumul dengan sistem yang tidak
manusiawi itu. Seniman lukis mesti mampu menjual karyanya, kemudian menukar
komoditas kebutuhan hidup. Seniman patung mesti mampu menjual karyanya,
kemudian menukar komoditas kebutuhan hidupnya. Seniman musik mesti mampu
menjual karyanya, seniman bahasa (sastra) mesti mampu menjual karyanya, dan
sebagainya. Faktanya hari ini sistem kapitalisme, dengan dominasi dan
determinasi di dalam kehidupan, itu sulit dihindari, kecuali melalui gerakan
politik global dan people power.
Seniman sebagai pembuat ruh (dalam artian filsafat) terpaksa harus mampu
berpikir entrepreneurship (berwirausaha) atau bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan. Di luar kemahiran seniman dalam mengasah detik-detik
estetik menjadi karya seni, seniman juga diharuskan mampu memikirkan
keberterimaan karyanya di tengah-tengah massa. Karya harus mampu membawa
perubahan dan keberuntungan bagi senimannya. Seniman, seperti halnya Andy
Warhol yang mampu memanfaatkan peluang industrialisasi seni, mesti mampu
bekerja selayaknya pekerja-pekerja kantoran atau pekerja pabrik. Bekerja sama
dengan perusahaan untuk memanfaatkan kreatifitas seniman.
Sejak mahasiswa, bagi Camille, keberterimaan sistem
kapitalisme mesti diterapkan. Kapitalisme adalah fakta hari ini. Pada
kenyataannya, bagi Camille, tidak semua mahasiswa mampu menerima keberadaan
kapitalisme. Dengan pesimismenya, Camille menyatakan bahwa kreativitas
kapitalisme dapat memupuk seni terapan yang terpendam. Selama 20 tahun terakhir
ini, saya memperhatikan pikiran paling fleksibel, dinamis, dan penuh rasa ingin
tahu terlihat di antara mahasiswa saya datang dari jurusan desain industri.
Mereka memang lebih bebas dari ideologi dan kemunafikan. Mereka pun terlatih
untuk mengamati dunia komersil dengan mata jernih, mengingat bahwa dunia
komersil saat ini adalah realita.
Namun,
perlu diingat, bahwa industri seni tidak mampu membawa perubahan yang baik bagi
penikmat seninya. Dalam satu dekade ini, karya seni industrial tidak
mununjukkan fungsi kontemplatif dan reflektif. Semisal, musik-musik dari
industri musik justru hanya seperti sekadar menjual bunyi easy listening.
Andy Warhol dan
industri seni belum usai. Kelak mahasiswa-mahasiswa seni harus mampu menemukan
ide brilian bagaimana seni menghasilkan karya seni adiluhung di kubangan
kapitalisme hari ini.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.