ilustrasi (foto: wordpress) |
Banyak rekan saya yang
terbilang sukses dalam meraih cita-cita mampu berbahasa Inggris. Mereka
menyatakan bahwa belajar bahasa Inggris harus didukung oleh lingkungan.
Seumpama kita berada di Inggris selama sebulan, pastilah kita mampu berbahasa
Inggris, meski hanya sedikit. Berbeda halnya bila kita belajar di Indonesia.
Dari itulah, beberapa rekan saya menyarankan saya belajar bahasa Inggris ke
Kampung Inggris, tepatnya di Kampung Pare, Kediri, Jawa Timur.
***
Suasana sepi dan udara
dingin. Saya mencari toilet. Saya temui toilet, gratis dan cukup bersih, bahkan
tidak bau seperti toilet umum pada umumnya. Tepat di depan pintu masuk tertulis
“Stasiun Kediri”. Di depan stasiun berjejer becak dayung. “Mas, saya minta
tolong. Tolong antarkan saya ke bus yang menuju Pare, Kampung Inggris.” Cukup
sekitar sepuluh menit saja perjalanan becak dari stasiun menuju bus yang
dimaksud. Upah pendayung becak tersebut sebesar 15 ribu.
Busnya tidak besar.
Jenis cary. Mobil pribadi yang dijadikan kendaraan umum. Perjalanan menuju
Kampung Inggris daerah Pare memakan waktu sekitar setengah jam. Upah atau
ongkosnya sebesar 20 ribu.
Sepi dan belum banyak
aktivitas. Begitulah suasana yang menyambut saya sesampainya di Kampung
Inggris.
Karena tiap-tiap
lembaga mengajar baru memulainya pada tanggal 10, pagi itu saya, yang datang
pada tanggal 9, hanya mencari tahu seputar lembaga beserta keunggulannya. Saya
bertanya mengenai Mahesa Institute, selembaga yang saya tuju atas rekomendasi
teman.
Akhirnya, atas pertimbangan
sana-sini serta akibat keterbatasan quota peserta tiap-tiap lembaga, Mahesa
Institute tetap jadi pilihan saya sebagai tempat belajar bahasa Inggris.
Di Mahesa, ada dua
pilihan pekat. Pekat reguler dan paket holiday. Dalam Paket holiday ada reguler
mata ajaran serta berlibur ke suatu tempat dan diberi kaos. Sedangkan paket
reguler hanya ada paket mata ajaran, sama seperti mata ajaran yang terdapat di
dalam paket holiday. Biaya paket reguler sebesar Rp380.000, sementara paket
holiday sebesar Rp450.000. Dan, biaya tiap-tiap lembaga di Kampung Inggris
tidak jauh berbeda. Tiap ajaran dimulai pada tanggal 10 dan tanggal 25.
Tiap-tiap lembaga memberikan durasi ajaran selama sebulan dan dua minggu.
Tiap-tiap lembaga ada
keunggulan masing-masing. Ini bergantung pada kebijakan owner dan pengajar.
Salah satu lembaga yang cukup dikenal dengan keunggulannya dalam mata ajaran
speaking ialah Daffodil. Lembaga Kresna memiliki keunggulan dalam grammar.
Elfast pun bisa dibilang unggul di grammar. Ada beberapa bagian mata ajaran,
seperti grammar, speaking, vocab, toefl, dan lainnya.
Secara keseluruhan,
lembaga yang ada di Kampung Inggris berjumlah 160 lembaga. Saya kira jumlah ini
cukup menjanjikan bagi pengelola daerah atau pemda setempat. Namun, sayang
sekali, menurut beberapa orang di sekitar, Kampung Inggris tidak mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah setempat. Insfrastruktur yang ada di Kampung
Pare bisa dikatakan kurang layak. Jalan-jalan di seputara Kampung Pare masih
jauh dari standar kelayakan. Debu-debu jalanan bersahabat dengan makanan yang
ada di warung-warung. Petunjuk-petunjuk jalan tidak memadai. Lubang-lubang
kecil menjadi rintangan bagi pengguna sepeda.
Padahal, di Kampung
Inggris banyak pengguna sepeda. Biaya untuk menyewa sepeda selama sebulan di
Kampung Inggris sekitar 60 ribu – 90 ribu. Lubang-lubang itu tentunya menjadi
kendala kenyamanan penyewa sepeda. Bila saja lubang-lubang itu tidak banyak,
mungkin penyewa sepeda akan merasakan kenyaman. Sepeda biasanya digunakan untuk
memudahkan akses dari kos (di Kampung Inggris biasa disebut camp) ke lokasi
lembaga (campus).
Tiap-tiap kos di
Kampung Inggris menyediakan program, meski tidak semua kosan. Program diadakan
dua kali sehari. Pagi dan sore. Pagi itu tepatnya usai subuh, sementara malam itu
tepatnya usai Isya. Salah satu programnya ialah diskusi menggunakan bahasa
Inggris. Bahkan, banyak kosan yang membuat ketetapan english area, seperti
kamar dan ruang tamu, khususnya pada waktu-waktu tertentu. Bukan berarti,
seperti pandangan umum di luar Kampung Inggris, yang menyatakan bahwa
masyarakat di Kampung Inggris diwajibkan berbahasa Inggris. Itu salah.
Masyarakat pribumi masih menggunakan bahasa Jawa, sedangkan komunikasi di
Kampung Inggris pada umumnya masih menggunakan bahasa Indonesia. Hanya di
tempat-tempat tertentu dan waktu-waktu tertentu saja bahasa Inggris digunakan.
Meski begitu, ada
beberapa pedagang yang mampu melayani pembeli dengan menggunakan bahasa
Inggris. Hal ini tentunya sangat mendukung bagi pelajar (orang yang belajar)
bahasa Inggris. Selain itu, pelajar juga bisa menggunakan bahasa Inggris dalam
rutinitas sehari-hari bersama teman, selama ada kesepakatan. Dan, satu hal yang
perlu kita ketahui, bahwa berbahasa Inggris di tempat-tempat umum tidak
dianggap tabu dan tidak dianggap aneh atau menjadi hal yang lumrah. Lingkungan
sangat mendukung. Di Kampung Inggris, kita sebagai pelajar, bebas berbahasa
Inggris sepuasnya tanpa ada dampak anggap sosial. Rata-rata pelajar menggunakan
bahasa Inggris di tempat-tempat umum.
***
Kini saya paham, bahwa
Kampung Inggris memang layak untuk dijadikan tempat belajar bahasa Inggris.
Ketimbang harus memlilih belajar ke luar negeri demi mendapatkan suasana yang
mendukung, akan jauh lebih efisien bila pilihan dijatuhkan pada Kampung
Inggris. Seperti saya.
-2012-
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.