ARTIKEL PINTASAN

Friday, June 14, 2013

Chelsea, Kebebasan, dan Kemenangan



Abramovich, Chelsea. (Foto: forum.kooora.com)
Tidak usah susah-susah menjawab apabila muncul pertanyaan “Sebutkan klub yang sukses dengan uang di abad 21 ini?” Jawabnya ialah Chelsea.
Awalnya salah satu klub yang berada di London ini hanyalah klub anak bawang dari sekian banyak klub di Inggris. Ken Bates membeli klub yang berdiri kala perang dunia pertama ini, 1905, seharga £1 (poundsterling). Ken membelinya pada tahun 1982. Di tangan Ken Chelsea perlahan-lahan berbenah.
Atas kepiawaian dan koneksi Ken pulalah Chelsea diambil alih oleh seorang pebisnis asal Rusia, Abramovich. Tepatnya pada tahun 2003. Saya sendiri tidak mengetahui pasti berapa harga pembelian tersebut. Selanjutnya Abramovich mampu membangun klub Chelsea.
Abramovich sering disebut wartawan olah raga sebagai sosok ambisius dan “aneh”. Ambisius dalam bentuk pencapaian gelar juara antarklub di Eropa. “Aneh” akibat sikapnya yang selalu memecat pelatih yang tidak sanggup memenuhi ambisinya tersebut.
Sejak di tangan Abramovich Chelsea telah menghabiskan biaya yang cukup besar, dengan rata-rata 300 juta pondsterling per dua tahun. Penguasaha minyak asal Rusia itu tentu tidak main-main mengeluarkan uang sebesarnya, sebab pada dasarnya Abramovich adalah seorang pebisnis kelas kakap (good capitalist). Itu artinya pendapatan klub Chelsea tentu lebih jauh dari pengeluaran tersebut. “Uang mampu membuat saya bebas. Uang belum tentu mampu mendatangkan kebahagiaan,” ujar Abramovich, seperti dilansir di salah satu media Rusia.
Paparan soal kebebasan yang dimaksud Abramovich memang sesuai dengan konsep dasar kapitalisme, penentuan sikap dan keputusan atas sirkulasi uang. “Ruh” kapitalisme ialah kebebasan. Bebas menentukan pilihan, bebas menentukan sikap, bebas mengambil keputusan, dan bebas melakukan langkah maju atau mundur. Akibat kebebasan itu pulalah muncul “penderitaan” bagi orang lain. Seorang pemimpin perusahaan tentu akan mempertimbangkan pemecetan para pekerjanya apabila kondisi keuangan sedang goyah. Seorang pemimpin sah-sah saja memecat bawahannya apabil target perusahaan tidak tercapai. Begitu Abramovich melakukan kepemilikan klubnya, namun cara kepemilikan itu tidak sepenuhnya disukai wartawan-wartawan olah raga di Eropa.
Chelsea telah menjelma menjadi sebuah perusahaan. Roda sirkulasi uang sesuai dengan sirkulasi perusahaan, pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Uang belanja Chelsea tidak lebih besar daripada uang pemasukan, khususnya laba per tahun.

***
Mulai musim ini, 2013-2014, para pemain Chelsea kembali dikawal oleh Jose Mourinho. Sosok yang sering tampil arogan dan bermimik angkuh itu secara resmi dipanggil kembali oleh pemilik klub. Ini kedua kalinya Jose Mourinho memimpin para pemain Chelsea. Sebelumnya Mourinho pernah memimpin para pemain Chelsea pada periode 2004-2007.
Mourinho adalah sosok yang tegas, lugas, dan berani “beradu” mulut. Karena sikapnya itu pulalah Mourinho kerap jadi sorotan wartawan di Eropa. Mourinho disukai wartawan karena kemampuannya membawa klub yang ia pimpin dan sikapnya yang menarik jadi bahan liputan wartawan. Tentu sikap “beradu” mulut itu mempunyai nilai jual bagi wartawan. Di sisi lain, ada pula wartawan yang tidak menyukainya akibat perilaku “adu” mulut tersebut. “Di Spanyol orang-orang membenci saya. Sebagian besar orang yang membenci saya tersebut ada di ruangan ini,” kata Mourinho kala jumpa pers usai pertandingan klub yang ditanganinya melawan Borussia Dortmund.
Pada 2007 dengan tegas mengambil sikap melepaskan jabatannya sebagai pelatih Chelsea. Keputusan Mourinho pun sesuai dengan keinginan pemilik klub, Abramovich, yang ingin mengeluarkan Mourinho dari bangku pelatih Chelsea. Mourinho dan Abramovich punya catatan buruk dalam relasi pada tahun 2007 itu. Karena itu pulalah media-media Eropa menduga bahwa keretakan merupakan faktor utama Mourinho meninggalkan Chelsea.
Tetapi, ketika Mourinho mampu membawa klub Italia duduk di tahta pemenang Liga Champions serta mengantarkan Real Madrid juara di dua kompetisi berbeda setelah kelembagaan klub yang dipimpin Perez itu tidak pernah juara dalam dua tahun terakhir sebelum Mourinho datang. “Saya kenal Roman sebagaia sosok berpendidikan. Kini ia berbeda dibanding beberapa tahun silam,” ujar Mourinho.
Apabila seorang pemilik perusahaan melihat mantan petinggi perusahaannya sukses bersama perusahaan lain, tentu keinginan “membajak” orang tersebut pun muncul. Pembuktian. Itu satu kata yang kerap diingini para pemilik perusahaan terhadap para pekerja yang ingin duduk di kursi panas perusahaannya. Begitu pula Mourinho, ia telah membuktikan bahwa dirinya layak menemani hasrat kebebasan Abramovich.
Mourinho dan Abramovich akan berduet membina klub yang akan mengunjungi Indonesia pada 25 Juli mendatang ini. Dua sosok yang kerap mencuri mata wartawan Eropa ini akan membuktikan ketegasan dan kepiawaiannya di ranah industri sepak bola jagad raya ini. Kini kemenangan dan keuntungan besar telah “tertanam” dalam-dalam di klub yang akan bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno ini.

-14 Juni 2013-

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes