Abramovich, Chelsea. (Foto: forum.kooora.com) |
Tidak usah
susah-susah menjawab apabila muncul pertanyaan “Sebutkan klub yang sukses
dengan uang di abad 21 ini?” Jawabnya ialah Chelsea.
Awalnya salah
satu klub yang berada di London ini hanyalah klub anak bawang dari sekian
banyak klub di Inggris. Ken Bates membeli klub yang berdiri kala perang dunia
pertama ini, 1905, seharga £1 (poundsterling). Ken membelinya pada tahun 1982.
Di tangan Ken Chelsea perlahan-lahan berbenah.
Atas kepiawaian
dan koneksi Ken pulalah Chelsea diambil alih oleh seorang pebisnis asal Rusia,
Abramovich. Tepatnya pada tahun 2003. Saya sendiri tidak mengetahui pasti
berapa harga pembelian tersebut. Selanjutnya Abramovich mampu membangun klub
Chelsea.
Abramovich
sering disebut wartawan olah raga sebagai sosok ambisius dan “aneh”. Ambisius
dalam bentuk pencapaian gelar juara antarklub di Eropa. “Aneh” akibat sikapnya
yang selalu memecat pelatih yang tidak sanggup memenuhi ambisinya tersebut.
Sejak di tangan
Abramovich Chelsea telah menghabiskan biaya yang cukup besar, dengan rata-rata
300 juta pondsterling per dua tahun. Penguasaha minyak asal Rusia itu tentu
tidak main-main mengeluarkan uang sebesarnya, sebab pada dasarnya Abramovich
adalah seorang pebisnis kelas kakap (good
capitalist). Itu artinya pendapatan klub Chelsea tentu lebih jauh dari
pengeluaran tersebut. “Uang mampu membuat saya bebas. Uang belum tentu mampu
mendatangkan kebahagiaan,” ujar Abramovich, seperti dilansir di salah satu
media Rusia.
Paparan soal
kebebasan yang dimaksud Abramovich memang sesuai dengan konsep dasar
kapitalisme, penentuan sikap dan keputusan atas sirkulasi uang. “Ruh”
kapitalisme ialah kebebasan. Bebas menentukan pilihan, bebas menentukan sikap,
bebas mengambil keputusan, dan bebas melakukan langkah maju atau mundur. Akibat
kebebasan itu pulalah muncul “penderitaan” bagi orang lain. Seorang pemimpin
perusahaan tentu akan mempertimbangkan pemecetan para pekerjanya apabila
kondisi keuangan sedang goyah. Seorang pemimpin sah-sah saja memecat bawahannya
apabil target perusahaan tidak tercapai. Begitu Abramovich melakukan
kepemilikan klubnya, namun cara kepemilikan itu tidak sepenuhnya disukai
wartawan-wartawan olah raga di Eropa.
Chelsea telah
menjelma menjadi sebuah perusahaan. Roda sirkulasi uang sesuai dengan sirkulasi
perusahaan, pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Uang belanja
Chelsea tidak lebih besar daripada uang pemasukan, khususnya laba per tahun.
***
Mulai musim ini,
2013-2014, para pemain Chelsea kembali dikawal oleh Jose Mourinho. Sosok yang
sering tampil arogan dan bermimik angkuh itu secara resmi dipanggil kembali
oleh pemilik klub. Ini kedua kalinya Jose Mourinho memimpin para pemain
Chelsea. Sebelumnya Mourinho pernah memimpin para pemain Chelsea pada periode
2004-2007.
Mourinho adalah
sosok yang tegas, lugas, dan berani “beradu” mulut. Karena sikapnya itu pulalah
Mourinho kerap jadi sorotan wartawan di Eropa. Mourinho disukai wartawan karena
kemampuannya membawa klub yang ia pimpin dan sikapnya yang menarik jadi bahan
liputan wartawan. Tentu sikap “beradu” mulut itu mempunyai nilai jual bagi
wartawan. Di sisi lain, ada pula wartawan yang tidak menyukainya akibat
perilaku “adu” mulut tersebut. “Di Spanyol orang-orang membenci saya. Sebagian
besar orang yang membenci saya tersebut ada di ruangan ini,” kata Mourinho kala
jumpa pers usai pertandingan klub yang ditanganinya melawan Borussia Dortmund.
Pada 2007 dengan
tegas mengambil sikap melepaskan jabatannya sebagai pelatih Chelsea. Keputusan
Mourinho pun sesuai dengan keinginan pemilik klub, Abramovich, yang ingin
mengeluarkan Mourinho dari bangku pelatih Chelsea. Mourinho dan Abramovich
punya catatan buruk dalam relasi pada tahun 2007 itu. Karena itu pulalah
media-media Eropa menduga bahwa keretakan merupakan faktor utama Mourinho
meninggalkan Chelsea.
Tetapi, ketika
Mourinho mampu membawa klub Italia duduk di tahta pemenang Liga Champions serta
mengantarkan Real Madrid juara di dua kompetisi berbeda setelah kelembagaan
klub yang dipimpin Perez itu tidak pernah juara dalam dua tahun terakhir
sebelum Mourinho datang. “Saya kenal Roman sebagaia sosok berpendidikan. Kini
ia berbeda dibanding beberapa tahun silam,” ujar Mourinho.
Apabila seorang
pemilik perusahaan melihat mantan petinggi perusahaannya sukses bersama
perusahaan lain, tentu keinginan “membajak” orang tersebut pun muncul.
Pembuktian. Itu satu kata yang kerap diingini para pemilik perusahaan terhadap
para pekerja yang ingin duduk di kursi panas perusahaannya. Begitu pula
Mourinho, ia telah membuktikan bahwa dirinya layak menemani hasrat kebebasan
Abramovich.
Mourinho dan
Abramovich akan berduet membina klub yang akan mengunjungi Indonesia pada 25
Juli mendatang ini. Dua sosok yang kerap mencuri mata wartawan Eropa ini akan
membuktikan ketegasan dan kepiawaiannya di ranah industri sepak bola jagad raya
ini. Kini kemenangan dan keuntungan besar telah “tertanam” dalam-dalam di klub
yang akan bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno ini.
-14 Juni 2013-
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.