ARTIKEL PINTASAN

Saturday, May 25, 2013

Kembali Mendikte (Ulasan Final Liga Champions 2013)




Kembali Mendikte
(Ulasan Final Liga Champions 2013)

Hanya pengetahuanlah yang sanggup mengembalikan manusia ke dunia ide untuk mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dahulu pernah diketahuinya dengan sempurna. Jika pengetahuan menduduki tempat yang utama dan memegang peranan terpenting maka pengetahuan itulah yang menjadi sumber kekuasaan. Itulah sebabnya Plato mengatakan bahwa pengetahuan adalah kekuasaan. (Filsafat Politik Plato, oleh Rapar)

Foto: Blogspot
Judul ini seakan membuat pertanyaan. Siapakah yang mendikte? Lantas, siapa pula yang didikte? Jawabnya ialah sejarah antara Inggris dan Jerman.
Lewat sosoknya yang tegas, tertib, keras, disiplin, tak kenal kompromi, dan kaku, Hitler mampu menguasai Jerman melalui pemilihan yang dianggap demokratis pada 1934. Ia punya ambisi tinggi. Misinya lurus, yang membuat orang lain menderita. Di bawah kendali pikirannya, Jerman ingin jaya dibanding negara-negara blok sekutu.
Suara-suara penyerbuan negara-negara Eropa mulai bergeming. Hitler mengabaikan perjanjian Perang Dunia I, Perjanjian Versailles. Baginya, perjanjian itu membuat Jerman tidak berarti apa-apa di kancah dunia. Di bawah kendali Hitler, Jerman pun memulai perang. 1 September 1939 Jerman menyerang Polandia. Penyerangan terus berlanjut. Awal 1940 Jerman mulai measuki wilayah Norwegia dan Denmark, hingga April 1940 Jerman mampu menaklukkan keduanya.
Politik internasional, khususnya Barat, menjadi kacau. Isu-isu penyerangan ke negara-negara Eropa lainnya terus berhembus. Jerman terus membangun sejata-senjata perang tercanggih. Sekutu belum mampu berbuat banyak. Tiga negara sekutu, Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, berupaya mengencangkan sabuk pinggang.
Pasca-penyerangan Jerman ke Sovyet pada 1941, Uni Sovyet menegaskan perang terhadap Jerman. Roket, senapan perang berkelas, hingga jet tempur terus diciptakan dan dikembangkan Jerman. Politik internasional semakin tegang. Terlebih Jerman mampu melancarkan serangan melalui peluncuran roket dengan kendali jarak jauh, yang tercatat mampu menembus 250 km, ke London, Inggris.
Jerman mampu mendikte mendikte negara-negara sekutu, negara Eropa, khususnya Inggris. Inggris seakan tak berdaya di tangan kekuasaan Hitler. Kekuatan Jerman mulai melemah kala ribuan pasukan sekutu mendarat ke Prancis –kisah ribuan tentara sekutu di Prancis ini pun dimuat ke dalam layar lebar- dengan momen yang dikenal sebagai D-Day. Perang pun berakhir 1945, akibat kekuatan politik dan kekuatan militer negara sekutu.
//
26 Mei 2013 ribuan masyarakat Jerman akan memasuki Inggris. Kali ini bukan karena sosok Hitler. Ribuan pendukung fanatik Borussia Dortmund, Die Borussen dan Ultras (pendukung garis keras), akan datang ke Stadion Wembley. Pendukung Dortmund tidak sendiri. Mereka akan “bergandengan” bersama pendukung klub yang menghancurkan kedigdayaan Barcelona, yakni Bayern Munchen.
Kedua belas pemain Dortmund dan kedua belas pemain FC Hollywood akan beradu di tanah kelahiran sepak bola, Inggris. Dua klub Jerman akan mendikte Inggris. Pertandingan supergengsi di sisa musim 2012-2013 ini memperebutkan piala tergengsi antarklub di tanah Eropa, Liga Champions. Borussia Dortmund vs Bayern Munchen seakan mengulangi sejarah roket kendali jarak jauh Jerman ke tanah London.
Dua klub Jerman yang mampu mengalahkan dua klub Spanyol itu tidak sedikit dihuni pemain tim nasional Jerman. Di sana ada Manuel Neur, P. Lahm, Mario Gomez, Mario Gotze, Bastian Schweinsteiger, Tony Kroos, T. Muller, Marco Reus, Mats Hummels, dan mungkin ada beberapa nama lainnya. Sebagian besar nama-nama ini ialah pemain senior dan juga junior di tim nasional Jerman.
Jerman, sebagai pemenang Piala Dunia 1954, pemenang Piala Dunia 1974, pemenang Piala Dunia 1990, pemenang Piala Eropa 1972, pemenang Piala Eropa 1980, serta pemenang peringkat dua Piala Dunia 1966, pemenang peringkat dua Piala Dunia 1982, dan pemenang peringkat dua Piala Dunia 1986, menujukkan kepada dunia sebagai penyuplai klub pemenang sepak bola di jagad raya.
Pelatih Dortmund menegaskan, pelajaran gaya permainan klub Milan era 90-an menjadi inspirator pola Dormund. Tegas, disiplin, dan tertib pertahanan. “Kami tak sebagus tim Arrigo Sacci (pelatih klub Milan 1990), tapi kami bisa melakukan kedisiplinan taktik dan ketegasan strategi bertahan mereka,” kata Jurgen Klopp. Sejalan dengan pelatihnya, pemain bertahan Dortmund, Subotic, menegaskan, "Kekuatan terbesar kami terletak pada semangat juang yang tak kenal kompromi.” Usai mengalahkan Madrid 4-1 pada leg pertama semifinal Liga Champions, Subotic mengutarakan, Jurgen Klopp memberi cara latih yang sangat keras guna menghadapi Madrid. Sementara itu, Jupp Heynckes menyatakan soal prioritas pelatihan anak asuhnya ialah kedisiplinan dan ketaatan. “Pemahaman strategi dan perjuangan satu sama lain adalah salah satu keunggulan tim ini,” ujar Heynckes.
Karakter tegas, tertib, keras, disiplin, tak kenal kompromi, dan ketaatan telah mengantar dua klub Jerman menjadi kandidat pemenang Liga Champions 2012-2013. Borussia Dortmund atau Bayern Munchen akan bergembira menjadi pemenang di tengah derita klub-klub Liga Inggris.


Fredy Wansyah

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes