Kembali Mendikte
(Ulasan Final Liga Champions 2013)
Hanya pengetahuanlah yang sanggup mengembalikan manusia ke dunia ide
untuk mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dahulu pernah
diketahuinya dengan sempurna. Jika pengetahuan menduduki tempat yang utama dan
memegang peranan terpenting maka pengetahuan itulah yang menjadi sumber
kekuasaan. Itulah sebabnya Plato mengatakan bahwa pengetahuan adalah kekuasaan.
(Filsafat Politik Plato, oleh Rapar)
Lewat sosoknya yang tegas, tertib, keras, disiplin, tak
kenal kompromi, dan kaku, Hitler mampu menguasai Jerman melalui pemilihan yang
dianggap demokratis pada 1934. Ia punya ambisi tinggi. Misinya lurus, yang
membuat orang lain menderita. Di bawah kendali pikirannya, Jerman ingin jaya
dibanding negara-negara blok sekutu.
Suara-suara penyerbuan negara-negara Eropa mulai
bergeming. Hitler mengabaikan perjanjian Perang Dunia I, Perjanjian Versailles.
Baginya, perjanjian itu membuat Jerman tidak berarti apa-apa di kancah dunia.
Di bawah kendali Hitler, Jerman pun memulai perang. 1 September 1939 Jerman
menyerang Polandia. Penyerangan terus berlanjut. Awal 1940 Jerman mulai measuki
wilayah Norwegia dan Denmark, hingga April 1940 Jerman mampu menaklukkan
keduanya.
Politik internasional, khususnya Barat, menjadi
kacau. Isu-isu penyerangan ke negara-negara Eropa lainnya terus berhembus.
Jerman terus membangun sejata-senjata perang tercanggih. Sekutu belum mampu
berbuat banyak. Tiga negara sekutu, Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat,
berupaya mengencangkan sabuk pinggang.
Pasca-penyerangan Jerman ke Sovyet pada 1941, Uni
Sovyet menegaskan perang terhadap Jerman. Roket, senapan perang berkelas,
hingga jet tempur terus diciptakan dan dikembangkan Jerman. Politik
internasional semakin tegang. Terlebih Jerman mampu melancarkan serangan
melalui peluncuran roket dengan kendali jarak jauh, yang tercatat mampu
menembus 250 km, ke London, Inggris.
Jerman mampu mendikte mendikte negara-negara sekutu,
negara Eropa, khususnya Inggris. Inggris seakan tak berdaya di tangan kekuasaan
Hitler. Kekuatan Jerman mulai melemah kala ribuan pasukan sekutu mendarat ke
Prancis –kisah ribuan tentara sekutu di Prancis ini pun dimuat ke dalam layar
lebar- dengan momen yang dikenal sebagai D-Day. Perang pun berakhir 1945,
akibat kekuatan politik dan kekuatan militer negara sekutu.
//
26 Mei 2013 ribuan masyarakat Jerman akan memasuki
Inggris. Kali ini bukan karena sosok Hitler. Ribuan pendukung fanatik Borussia
Dortmund, Die Borussen dan Ultras (pendukung garis keras), akan datang ke
Stadion Wembley. Pendukung Dortmund tidak sendiri. Mereka akan “bergandengan”
bersama pendukung klub yang menghancurkan kedigdayaan Barcelona, yakni Bayern
Munchen.
Kedua belas pemain Dortmund dan kedua belas pemain FC
Hollywood akan beradu di tanah kelahiran sepak bola, Inggris. Dua klub Jerman
akan mendikte Inggris. Pertandingan supergengsi di sisa musim 2012-2013 ini memperebutkan
piala tergengsi antarklub di tanah Eropa, Liga Champions. Borussia Dortmund vs
Bayern Munchen seakan mengulangi sejarah roket kendali jarak jauh Jerman ke
tanah London.
Dua klub Jerman yang mampu mengalahkan dua klub
Spanyol itu tidak sedikit dihuni pemain tim nasional Jerman. Di sana ada Manuel
Neur, P. Lahm, Mario Gomez, Mario Gotze, Bastian Schweinsteiger, Tony Kroos, T.
Muller, Marco Reus, Mats Hummels, dan mungkin ada beberapa nama lainnya.
Sebagian besar nama-nama ini ialah pemain senior dan juga junior di tim
nasional Jerman.
Jerman, sebagai pemenang Piala Dunia 1954, pemenang
Piala Dunia 1974, pemenang Piala Dunia 1990, pemenang Piala Eropa 1972, pemenang
Piala Eropa 1980, serta pemenang peringkat dua Piala Dunia 1966, pemenang
peringkat dua Piala Dunia 1982, dan pemenang peringkat dua Piala Dunia 1986, menujukkan
kepada dunia sebagai penyuplai klub pemenang sepak bola di jagad raya.
Pelatih Dortmund menegaskan, pelajaran gaya permainan
klub Milan era 90-an menjadi inspirator pola Dormund. Tegas, disiplin, dan
tertib pertahanan. “Kami tak sebagus tim Arrigo Sacci (pelatih klub Milan
1990), tapi kami bisa melakukan kedisiplinan taktik dan ketegasan strategi
bertahan mereka,” kata Jurgen Klopp. Sejalan dengan pelatihnya, pemain bertahan
Dortmund, Subotic, menegaskan, "Kekuatan terbesar kami terletak pada
semangat juang yang tak kenal kompromi.” Usai mengalahkan Madrid 4-1 pada leg
pertama semifinal Liga Champions, Subotic mengutarakan, Jurgen Klopp memberi
cara latih yang sangat keras guna menghadapi Madrid. Sementara itu, Jupp
Heynckes menyatakan soal prioritas pelatihan anak asuhnya ialah kedisiplinan
dan ketaatan. “Pemahaman strategi dan perjuangan satu sama lain adalah salah
satu keunggulan tim ini,” ujar Heynckes.
Karakter tegas, tertib, keras, disiplin, tak kenal
kompromi, dan ketaatan telah mengantar dua klub Jerman menjadi kandidat
pemenang Liga Champions 2012-2013. Borussia Dortmund atau Bayern Munchen akan
bergembira menjadi pemenang di tengah derita klub-klub Liga Inggris.
Fredy Wansyah
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.