ARTIKEL PINTASAN

Friday, November 5, 2010

Tradisi Mudik di Jatinangor




ilustrasi mudik lebaran
Tradisi Mudik di Jatinangor
Tradisi lebaran dengan melakukan mudik sudah menjadi tradisi tahunan, bahkan budaya yang mengakar, bagi masyarakat Indonesia. Mudik merupakan perpindahan penduduk secara serempak dalam perayaan Idul Fitri. Atas perpindahan tersebut, kadang suatu daerah tampak sepi dari keramaian. Transportasi sebagai sarana utama mudik terkadang dilupakan pemerintah untuk menanggulangi resiko-resiko yang akan terjadi. Salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi saat arus mudik adalah kecelakaan lalu lintas. Tahun ini, Menteri Perhubungan Freddy Numberi menyatakan, pemudik mencapai 15 juta jiwa. Maka, 15 juta jiwa tersebut akan berpotensi berhadapan dengan kecelakaan lalu lintas bila pemerintah tidak menanganinya dengan serius.
Mudik sering dimaksudkan dengan perpindahan dari kota ke desa, atau dari tempat tinggal sementara ke tempat kelahiran. Pemudik biasanya dilakukan oleh masyarakat kota, yang bermukim di kota. Ada dua faktor utama bagi seseorang melakukan mudik, yakni faktor lokasi kerja dan faktor lokasi pendidikan. Pada dasarnya kedua faktor ini berkaitan dengan daerah yang dijadikan pemukiman sementara.
Jatinangor merupakan tempat/daerah pendidikan yang didatangi mahasiswa pendatang dari luar Jatinangor sekitar ribuan mahasiswa setiap tahunnya. Di daerah ini, yang belum dapat dikatakan sebagai kota atas instrumen-instrumen dan syarat fisik suatu kota, setiap perayaan Idul Fitri terlihat lengang. Kelenganan tersebut terjadi akibat dominasi penduduk Jatinangor merupakan sebagian besar mahasiswa pendatang (perantau). Maka, dapat dipastikan, bahwa Jatinangor merupakan salah satu daerah asal pemudik karena faktor lokasi pendidikan.
Diprediksi lebih dari 50% penduduk di Jatinangor merupakan penduduk non asli. Di Jatinangor terdapat empat perguruan tinggi, yakni Unpad (Universitas Padjadjaran), Unwim (Universitas Winaya Mukti), IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri), dan IKOPIN. Setiap tahun keempat perguruan tinggi tersebut mendatangkan mahasiswa dari berbagai daerah di tanah air. Penyebaran mahasiswa ini menciptakan dominasi terhadap penduduk setempat.
Pada hari lebaran, seperti tahun-tahun sebelumnya, Jatinangor akan tampak sepi dari aktivitas penduduk, kecuali aktivitas penduduk setempat. Jalan raya tampak lengang, warung-warung tutup, dan kos-kosan penghuni. Hanya jalur utama arus mudik (Bandung-Cirebon) yang tampak padat merayap, kecuali itu jalan-jalan tampak lengang.
Selama liburan Jatinangor akan sepi dari mahasiswa karena mahasiswa yang merayakan Idul Fitri sedang kembali ke kampung halamannya masing-masing. Mudik bagi mahasiswa dijadikan momentum silaturahmi bersama keluarga setelah beraktivitas penuh selama menempuh pendidikan. Mahasiswa akan kembali lagi sehari atau dua hari sebelum perkualiahan dimulai.
Ada banyak potensi kejahatan di Jatinangor saat pemudik belum kembali ke tempat tinggal sementaranya. Diantaranya adalah pencurian dan pembobolan kamar kontrakan. Resiko pemudik mahasiswa ini sering terjadi akibat kelengahan pemudik. Sama seperti pemudik-pemudik umumnya, rumah-rumah yang kosong menjadi incaran pencuri. Begitu pula kamar-kamar kontrakan atau kos-kosan.
Namun, di balik potensi kejahatan itu pemerintah setempat seharusnya mampu membenahi kesejahteraan penduduk asli Jatinangor. Sebab, kejahatan-kejahatan pada saat arus mudik terjadi bukan hanya faktor keinginan pencurinya dan kelengahan penghuni kos-kosan yang melakukan mudik. Faktor kesejahteraan sosial, keamanan sosial, dan ketertiban daerah sudah seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah setempat dalam menanggulangi perbaikan penduduk Jatinangor, baik secara kesejahteraan maupun keamanan dan ketertiban umum.
Mahasiswa yang secara ekonomis dipandang berasal dari golongan mampu. Tak sedikit pula mahasiswa memiliki barang-barang mewah (tersier) di dalam kos-kosannya. Barang-barang mewah mahasiswa terkadang menjadi incaran pencuri. Fakta ini sebenarnya dapat dijadikan salah satu indikasi kesenjangan sosial di Jatinangor, sehingga pemerintah perlu mengambil kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh penduduk asli Jatinangor.
Selain itu, seharusnya mahasiswa yang melakukan mudik sudah memastikan keamanan kosan yang ditinggalkan selama melakukan mudik. Sering kali pencurian dan pembobolan kos-kosan terjadi akibat kelengahan penghuni.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes