ARTIKEL PINTASAN

Friday, November 5, 2010

Memahami “Kertas Daur Ulang” sebagai Sastra Anak melalui Unsur Intrinsik

Memahami “Kertas Daur Ulang” sebagai Sastra Anak melalui Unsur Intrinsik
Pendahuluan
Secara historis sastra merupakan suatu karya yang dapat memberikan pengarahan jiwa, kenikmatan, dan kesenangan yang mengandung unsur kebenaran intelektual. Pada masa-masa abad prasejarah, karya sastra dijadikan media pembelajaran diri dan pembelajaran jiwa oleh penutur sastra. Namun, masyarakat yang mendengarkan pembacaan sastra pun menginginkan bentuk-bentuk hiburan. Pada zaman itulah sastra belum diciptakan melalui teks, melainkan cenderung melalui tuturan. Setelah adanya teks, karya mulai yang mulai berkembang, apalagi setelah adanya revolusi industri yang menemukan mesin cetak oleh Gutenberg, sastra diklasifikasikan sesuai konteks, pembaca, penulis, dan sesuai bentuk dan jenis sastra itu sendiri. berkat ditemukannya percetakan, perkembangan industri buku, berkurangnya jumlah tuna aksara dan belakangan perkembangan teknik audio-visual, apa yang semula merupakan hak istimewa dari suatu golongan aristokrasi yang “bersastra” berkembang menjadi kegiatan budaya dari golongan elit borjuis yang relatif terbuka, lalu, pada masa terakhir, alat promosi intelektual untuk masyarakat luas (Escarpit, 2005:6)
Perkembangan sastra terus dipengaruhi oleh berbagai aspek. Kekuasaan adalah aspek yang paling berpengaruh terhadap perkembangan kesastraan. Berbeda pada masa globalisasi saat ini yang motif manusia bertindak cenderung pada tatanan ekonomis, sehingga tradisi globalisasi pun merupakan aspek yang memengaruhi perkembangan kesastraan, khususnya di Indonesia.
Sastra anak adalah salah satu rupa indikasi pengaruh globalisasi, selain sebagai mempermudah peroses pencernaan karya sastra. Sastra anak secara ketatabahasaannya mudah dipahami dalam mencapai pesan (message) teks sastra. Karena itulah, sastra anak yang belakangan ini mulai berkembang di Indonesia menjadi bagian yang penting bagi produksi teks sastra. Kecuali unsur kebahasaan tersebut, unsur-unsur intrinsik dalam membangun sebuah karya sastra tidak jauh berbeda dengan unsur intrinsik sastra pada umunya.
Sastra Anak dalam Unsur Intrinsik
a. Unsur Intrinsik Sastra.
Karya sastra merupakan bentuk yang dibangun atas beberapa pembentuknya. Pembentuk itu dibagi atas dua, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik berada pada teks, sehingga sesuatu pembentuk yang berada di luar teks tidak termasuk bagian unsur intrinsik. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan pembentuk yang berada di luar teks, seperti konteks sosial.
Unsur instrinsik, yaitu: alur, tema, penokohan, latar, dan sudut pandang, pesan cerita. Namun penguraian unsur instrinsik berikut ini hanya diuraikan alur, tema, dan pesan cerita. Dari ketiga bagian unsur ini akan disinggung pula bagian unsur lainnya yang saling keterkaitan.
b. Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Kertas Daur Ulang”
1. Alur.
Secara umum, alur hanya menyoroti rangkaian cerita yang dipandang sebagai kausalitas penceritaan. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubahan dalam diri (Stanton, 2007:26).
Dari uraian di atas itulah tampak bahwa alur yang termasuk sebagai alur maju dalam cerita “Kertas Daur Ulang” dilihat dari perilaku tokoh dan keputusan-keputusannya. Kedatangan seorang pengantar pos sejak awal cerita memengaruhi alur atau kausalitas penceritaan. Hubungannya kemudian akan tampak pada relasi tokoh (antartokoh). Selain pengantar pos (bapak pos), surat adalah sorotan utama yang secara fisik memengaruhi penceritaan. Karena surat yang diterima oleh tokoh utama (Ella), mengakibatkan tokoh utama ingin membuat kertas surat seperti kerta surat yang diterimanya. Dalam proses pembuatan kertas surat yang dibuat dari kertas daur ulang, tokoh utama mengajak tokoh lain dalam cerita (Mbak Arin).
Segi plot penceritaan pun tidak terlihat plot maju-mundur, namun yang tampak hanya plot maju. Perpindahan waktu (hari) sebagai suatu latar waktu selalu maju.
2. Tema
Tema merupakan bagian yang sejajar dengan makna dan pesan penceritaan. Makna suatu penceritaan dapat ditemui dalam dialog tokoh maupun tindakan tokohnya. Suatu tema cerita memengaruhi keseluruhan cerita, sedangkan makna kadang tidak memengaruhi tetapi dijakan sebagai penilaian oleh pembaca. Bila merujuk pada batasan itu, tema yang dijadikan bagian unsur intrinsik cerita ini adalah kepedulian lingkungan.
Mbak Arin memberikan pesan kepada Ella, bahwa bahan mentah kerta yang terbuat dari kayu bila digunakan terus-menerus tanpa dibatasi pemakaiannya akan berdampak pada kerusakan alam. Pesan tersebut disampaikan secara dialogis antartokoh, sehingga hal ini mempermudah pembaca untuk menghubungkannya pada pesan cerita.
3. Pesan Cerita (message)
Pesan cerita, yang ditampilkan oleh tokoh penceritaan yang hanya terdiri dari empat tokoh (Ibu, Ella, Mbak Arin, dan Pengantar Pos), dimediasikan melalui dialog-dialog tokoh. Dialog seperti ini memudahkan pembaca untuk menilai dan memaknai pesan yang terkandung dalam cerita. Dari berbagai tokoh tersebut, Mbak Arifin adalah tokoh yang menyampaikan pesan dialogis.
“Karena kertas dibuat dari kayu. Semakin banyak kertas kita pakai maka semakin banyak pohon yang kita tebang. Artinya hutan yang berguna untuk menangkap air hujan serta mencegah banjir dan longsor semakin berkurang,” kata Mbak Arin.
“Makanya kita enggak boleh boros dengan kertas. Pakai sehemat mungkin dan manfaatkan kertas bekas untuk keperluan lain atau didaur ulang. Istilah kerennya reduce, reuse, recycle. Artinya mengurangi, memakai kembali, dan mendaur ulang,” lanjut Mbak Arin.
Dari kutipan tersebut jelas bahwa pesan terkandung di dalam bentuk dialog, yang disampaikan oleh Mbak Arin kepada Ella. Kita harus menghemat mungkin penggunaan kertas demi mencegah kerusakan alam. Bentuk pesan seperti ini merupakan satu karakter atau kecenderungan pada cerita pendek dalam sastra anak.
________________________________________________
Bibliografi
Emilia, Fransisca. “Kertas Daur Ulang”. Kompas. 24 Oktober 2010.
Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes