ARTIKEL PINTASAN

Tuesday, January 12, 2010

Media dan Wacana "Bui Mewah"




Arus informasi , sejak penemuan mesin cetak oleh Gutenberg (1450), kini semakin meningkat seiring peningkatan metode dan kuantitas masyarakat yang menjadi sasaran komoditi. Belakangan, arus informasi itu justru tidak diimbangi dengan sikap kepentingan publik (masyarakat). Media (pers) sebagai wadah penghubung antara informasi dengan publik lebih memilih “nilai lebih” atau keuntungan, dan kepentingan institusional. Apakah para pelaku “informasi” sudah melakukan hal yang berkepentingan pada publik? Atau, malah tunduk pada pengusaha yang memiliki otoritas modal usaha? Saya yakin (saya pilih diksi “yakin” bukan berarti tanpa rujukan, karena saya melihat, memandang, dan mendengar) bahwa kita sebagai target pasar dalam bisnis informasi telah merasakan hal ini.
            Hari ini, 12 Januari 2009, salah satu media cetak memberitakan (bukan memberitai) dan mengangkat wacana baru atas wacan terdahulu. “Bui Mewah Artalyta” adalah judul editorial tersebut. Sebelumnya di ruang publik, seperti media internet, opini-opini mengenai wacana ini mengarah sesuatu hal yang tidak tepat dengan alasan penggiringan wacana, dari kasus Bank Century ke Rutan Mewah. Ada pula yang beropini “ini hanya pengalihan wacana menjelang 100 hari masa kerja SBY”.
            Pada sebuah kalimat di dalam pemberitaan ruang editorial tersebut dikatakan bahwa “Tentu saja Artalyta bukan orang pertama yang menikmati fasilitas mewah di penjara. Ada nama Edi Tansil, pengemplangan uang negara sebesar Rp1,3 Triliun, pun pernah menikmati fasilitas mewah di LP Cipinang sebelum kabur.” (Media Indonesia. No. 10560 Tahun XL. Hal I). Pemberitaan ini solah-olah “mengajak” pembacanya bersikap ironi atas kejadian ini. Sekilas, bagi pembaca pragmatis, bentuk kalimat seperti ini akan menimbulkan kemarahan kepada pelaku dan kreator “Bui Mewah”.
            Satu hal yang layak bagi pelaku media tersebut adalah motif pemberitaan. Sebab, seorang dosen Jurusan Sastra Indonesia Unpad dalam kuliah Analisis Wacana mengatakan “sesungguhnya teks tidak pernah steril”. Ada pelaku yang memiliki kepentingan, selain “nilai lebih” atas pemublikan wacana tersebut. Menurut pandangan saya, bukan tidak mungkin wacana “Bui Mewah” diungkap tuntas sejak masa Edi Tansil di penjara. Mengapa wacana ini diungkap lebih mendalam, malah dengan ruang yang lebih luas; lihat pemberitaan di Kompas.com, Temponteraktif, lintasberita.com, dan mungkin dengan hasil yang sangat banyak bila mencari di dunia maya melalui Google.com.

MEDIA BORJUIS SEDANG MENYETIR KITA!

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes