ARTIKEL PINTASAN

Sunday, November 16, 2008

Konflik Sosial Dalam Novel Gadis Pantai Karya Pamoedya Ananta Toer


Konflik terjadi karena dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok kepentingan. Thomas Hobbes, seorang filosof sosial terkemuka abad tujuh belas, mengemukakan tentang konflik yang bertolak dari keadaan alamiah masyarakat. Thomas Hobbes menyatakan:
Keadaan alamiah masyarakat manusia senantiasa di- liputi oleh rasa takut dan terancam bahaya kematian karena kekerasan. Kehidupan manusia selalu dalam keadaan menyendiri, miskin, penuh kekotoran dan ke- kerasan serta jangka waktu kehidupan pendek. Apabila manusia dibiarkan menanggung nasibnya sendiri, maka manusia akan menjadi korban keinginan merebut ke- kuasaan dan keuntungan, sehingga sebetulnya manusia dikuasai oleh motif-motif untuk memenuhi kepentingan dirinya. Dalam menghadapi situasi yang secara potensial mengembangkan hasrat untuk berperang dan adanya konflik, perlu diciptakan suatu organisasi dan ketertiban sosial yang dapat dipelihara dengan baik.

Keadaan ekonomis keluarga Gadis Pantai memberikan poin utama konflik yang ada. Kakaknya telah meninggalkan keluarga Gadis Pantai yang disebabkan kecelakaan di laut. Hal itu biasa terjadi pada kehidupan masyarakat pinggir pantai. Seperti cerminan kehidupan kecil Gadis Pantai, bermain di pinggir pantai bersama anak-anak lain sebayanya. Padahal, emosional sanga bapak sering diluapkan kepada Gadis, anaknya.
Sifat yang cenderung mengarah pada kekerasan merupakan suatu sifat luapan, berupa emosional sang bapak kepada anak, dalamhal ini seperti yang diungkapkan oleh Thomas Hobbes, adanya ancaman kematian tersebut hadir ketika keluarga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ketakutan itu memberikan dampak dari alam bawah sadar sang bapak. Tidak sedikit dalam kehidupan keluarga bermasyarakat saat ini ditemukan kekerasan terhadap anak di bawah umur, sesuatu yang didasarkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga, sehingga memicu menghadirkan objek kekerasan yang lebih lemah dari diri sendiri.
Konflik bisa ditinjau dari aspek sosial dan politik. Konflik sosial bisa diartikan sebagai perjuangan untuk mendapatkan nilai-nilai atau pengakuan status, kekuasaan dan sumber daya langka. Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, kudeta, teror- isme, dan revolusi. Dalam hal ini, keluarga menjual anaknya, Gadis Pantai, demi mendapatkan pengakuan sosial dalam masyarakat. Keluarga ingin mengangkat derajat sebagai keluarga yang hidup di ruang masyarakat tersebut. Tanpa adanya pengakuan derajat, cacian dan penghinaan akan menghampiri, melihat latar kehidupan keluarga Gadis Pantai merupakan keluarga yang tinggal dalam adat Jawa, sebuah adat yang kenta; dengan sistem feodal. Dari hal itulah, pengakuan masyarakat, dengan menyerahkan Gadis Pantai kepada seorang lelaki, Bendoro. Dalam konteks ini, konflik dikategorikan sebagai aspek sosial.
Hal lain dalam konflik dari aspek sosial adalah pengusiran Mbok, seorang pembantu yang menjadi tempat cerita Gadis Pantai, memaknai bahwa kekuasaan atau hegemoni penguasa tidak dapat diganggu, dalam konteks anatara majikan dengan pembantu. Pembantu akan selalu menuruti keinginan majikan karena ketegantungan hidup. Artinya, penguasaan kebutuhan pokok sang pembantu dikontrol oleh majikannya. Maka, ketika sang majikan, Bendoro, merasakan ada penghianatan secara otoritas kekuasaan mengusir Mbok yang berakibat tidak ada lagi tempat cerita Gadis Pantai. Kekuasaan merupakan salah satu fenomena politik yang penting. Kekuasaan merupakan sumber daya langka yang menjadi penyebab konflik. Orang yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk mempertahankan kekuasaan. Di samping itu, ada pihak lain yang menentang kekuasaan dan ingin merebut kekuasaan itu untuk tujuan yang sama.
Konflik dan integrasi bukan dua aspek yang kontradiktif di dalam politik, mereka juga saling melengkapi satu sama lain.. Antagonisme menghasilkan konflik, akan tetapi, dalam kesempatan tertentu, juga menolong membatasi konflik dan meningkatkan integrasi. Berbicara secara umum, integrasi dalam hal-hal tertentu muncul sebagai akibat terakhir dari antoganisme politik, dan paham integrasi memainkan peranan penting justru di dalam perkembangan konflik. Pandangan ini terdapat pada strata sosial Bendoro.
Konflik politik terjadi pada perseteruan Gadis Pantai dengan Marrdinah dalam perjalanan menuju kampung halaman Gadis Pantai. Kekerasan tidak hanya diatikan sebagai hal yang merugikan secara fisik, tetapi kekerasan juga mencakup pada sifat-sifat yang menghancurkan perasaan manusiawi dan penyimpangan prilaku manusiawi. Perseteruan tersebut menjadi benih perlawanan Mardinah tehadap Gadis Pantai. Perseteruan yang terjadi karena adanya perbedaan sikap pandangan masing-masing. Madinah menganggap seorang Gadis Pantai dari perspektif dirinya, begitu pula sebaliknya oleh Gadis Pantai kepada Mardinah.
Perlawanan terjadi pada saat keduanya tiba di tempat tujuan. Mardinah melarikan diri, sebuah perlawanan yang jelas. Hal ini menimbulkan aspek-aspek kekerasan baru kembali.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes